A. Tantangan Perpustakaan
Setiap tantangan harus dihadapi dengan arif dan bijak, jika salah pendekatannya maka tantangan itu akan menjadi masalah yang makin pelik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan pusat informasi yang diwarnai infotainment dan amusementlebih menonjol dibandingkan perpustakaan yang lebih menekankan unsur ilmiah. Sebagian lahan perpustakaan sudah digarap oleh orang lain dengan lebih profesional, maka tidak ada jalan lain kecuali bekerja lebih keras dan profesional serta menjalin kerja sama yang erat dan saling menuntungkan semua pihak dibandingkan dengan cara lain seperti bersaing, karena perpustakaan akan terpinggirkan.[1]
Dalam kondisi sekarang, mampukah perpustakaan mengubah citra dan kenerjanya sehingga dekat dengan masyarakat banyak. Dalam banyak kasus hal itu mesti dibuktikan secara lebih kongret dan kasad mata. Orang mengenal istilah dan membayangkan perpustakaan sebagai bangunan / gedung, sederatan koleksi, petugas, namun mereka umumnya belum mengerti, memahami dan memanfaatkannyasecara maksima. Pandangan dan persepsi seperti itu sudah saatnya diubah, karena perpustakaan, dalam aspek-aspek tertentu sudah berubah. Kini undang-undang sebagai landasan hukum telah menjamin dan memungkinkan untuk itu. Berbagai upaya secara terarah dan terencana sedang dan akan terus dilakukan dan berhasil menggapai perkembangan yang sgnifikan. Namun, semuanya terpulang kepada penyelenggara perpustakaan dan seluruh Indonesia.
Tantangan yang dihadapi perpustakaan dapat ditafsirkan pula sebagai sebuah tanggung jawab dalam menciptakan sistem nasional perpustakaan. Suatu upaya pensinergian semua jenis dan jenjang perpustakaan dari pusat sampai di daerah di seluruh Indonesia untuk menjadikan kekuatan yang besar dan memadai. Untuk itu setiap unsur dan komponen penyelenggara perpustakaan harus mengembangkan suatu konsep, ide dan gagasan yang cerdas sebagai sebuah Grand strategic disign. Untuk mampu menghujudkan cita-cita itu dibutuhkan orang-orang yang profesional. Perpustakaan diarahkan menjadi komponen kebangkitan nasional kedua. Sebuah semangat dan jiwa nasional mengutamakan kepentingan negara dan bangsa. Perpustakaan dibina berangkat dari sebuah potensi yang besar untuk menjilma dan mengela – wantah dalam wujud bekerja keras, ulet, dan didasari keyakinan untuk sukses.[2]
B. Promosi/Pemasyarakatan Perpustakaan
Data dan informasi makin dirasakan penting dalam kehidupan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hubungan ini perpustakaan dinas di lingkungan jajaran Departemen Agama perlu terus dikembangkan, baik di tingkat pusat maupun di daerah, baik koleksi maupun penataannya, sehingga mampu memberikan layanan informasi secara mantap bagi para pengguna jasa layanan perpustakaan. Dilainpihak para pegawai di lingkungan Departemen Agama, perlu didorong untuk memanfaatkan jasa layanan perpustakaan dinas. Pada umumnya mereka masih kurang menyadari sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan dinas serta bentuk-bentuk informasi yang disediakan. Oleh karena itu kegiatan promosi atau permasyarakatan perlu dilakukan di lingkungan Departemen Agama sebagai bagian terpadu dari pembinaan perpustakaan dinas secara keseluruhan.
Promosi atau pemasyarakatan perpustakaan adalah memperkenalkanperpustakaan dinas dengan seluruh kegiatannya, sehingga diharapkan perpustakaan menjadi populer di kalangan pegawai. Promosi perpustakaan dapat dilakukan melalui berbagai publikasi seperti : penyebaran brosur (leaflet, booklet, poster, dan lain-lain), memberikan pengumuman, menyelenggarakan pameran, menggadakan seminar dan lain-lain, yang diadakan secara periodik.
Tujuan promosi terutama adalah di dalam maupun di luar perpustakaan dinas. Agar promosi dapat berhasil baik, perlu dilakukan persiapan yang matang serta berkesinambungan, antara lain :
1. Mengatur gedung/ ruang perpustakaan dan perlengkapan supaya menarik, dengan suasana ruang yang cerah sehingga dapat memotivasi para pegawai untuk berkunjung ke perpustakaan. Dinding-dinding perpustakaan perlu diberi dekorasi yang menarik, dengan memasang semboyan-semboyan yang dapat membangkitkan minat gemar membaca. Semboyan-semboyan itu misalnya :
Tiada hari tanpa membaca, Perpustakaan dinas pusat informasi, Buku adalah jendela dunia, dan lain-lain.
2. Sikap petugas perpustakaan dinas juag perlu diupayakan agar penampilan menarik, ramah dan suka menolong pengunjung.
3. Koleksi bahan pustaka Perpustakaan dinas agar diupayakan supaya lengkap dan mutakhir, yang disusun secara teratur, bersih (bersih debu) dan menarik.
Dengan promosi atau pemasyarakatan perpustakaan dinas yang baik, maka para pegawai akan selalu ingin datang ke perpustakaan, sehingga koleksi bahab pustaka yamng mengandung informasi berharga bagi pelaksanaan tugas sehari-hari di kantor dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka pelaksanaan tugas dan mencapai tujuan Departemen Agama.[3]
[1] Sutarno Ns, 1 Abad Kebangkitan Nasional dan Kebangkitan Perpustakaan, Jakarta: CV sagung seto, 2008.hal 123
[2]Sutarno Ns, 1 Abad Kebangkitan Nasional dan Kebangkitan Perpustakaan, Jakarta: CV sagung seto, 2008.hal 125
[3]Departemen Agama RI, Buku Pedoman Perpustakaan Dinas Departemen Agama RI, Jakarta: Departemen Agama RI, 2001, hal. 151
Post a Comment