Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

Wednesday, 3 February 20160 comments


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya melayani pemustaka, baik secara tidak langsung maupun langsung telah menimbulkan interaksi sosial. Profesi pustakawan dituntut untuk mampu bersikap lebih terbuka, suka kerja keras, suka melayani, mengutamakan pengabdian serta aspek-aspek kepribadian dan perilaku. Pemustaka adalah manusia yang tentu mempunyai sifat manusia dan karateristik sendiri-sendiri yang semuanya berbaur di tempat yang disebut Perpustakaan. Sehingga dapat dikatakan Perpustakaan adalah pusat pluralis  manusia.

Dengan karaterstik-karateristik serta latar belakang inilah maka di perlukan Pustakawan yang care serta memahami Pemustakanya. Kata kunci dari kepuasaan pengguna adalah bagaimana pengguna itu mendapat kepuasan dari apa yang diperoleh.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pustakawan dan pemustaka ?
2.      Bagaimana mengetahui karakteristik pemustaka dan cara menghadapinya ?
3.      Bagaimana membangun hubungan interpersonal antara pustakawan dan pemustaka ?
4.      Bagaimana sikap dan prilaku yang harus dilakukan oleh setiap pustakawan dalam melayani pemustaka ?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pustakawan dan Pemustaka.

Menurut undang-undang perpustakaan nomor 43 tahun 2007, “pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan  tanggung jawab melaksanakan pengolahan dan pelayanan perpustakaan”.[1] Setiap pemustaka behak untuk mendapatkan informasi yang relevan dan pelayanan optimal dari pustakawan.

Pemustaka sendiri diartikan sebagai pengguna perpustakaan baik perseorangan, kelompok atau masyarakat yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Kajian tentang karater pemustaka merupakan bagian dari Psikologi Pemakai. Karakter adalah sifat manusia yang pada umumnya, setiap orang mempunyai karakter yang berbeda yang menjadi ciri khasnya. Jadi dapat diartikan bahwa karate pemustaka adalah cirri-ciri dari pengguna yang menelusuri setiap informasi di sebuah perpustakaan.

B.     Karakteristik Pemustaka dan cara menghadapinya.

Dalam memberikan layanan, pustakawan harus mampu mengangkat dan melindungi harga diri pemustaka tanpa terhalang oleh penampilannya. Pemustakawan perlu menciptakan hubungan baik dan selalu bersikap proaktif, memberikan sambutan lebih dahulu, menawarkan bantuan apa myang dapat dilakukan, dan mampu memberikan perasaan nyaman pemustaka sebelum memperoleh apa yang mereka butuhkan.

Menurut Septiyantono (2003) ada berbagai sifat dan karakter pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi pemustaka :
a)    Pendiam, dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya
b)   Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin
c)    Banyak bicara, dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya
d)   Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya seta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia
e)    Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberi banyak pilihan namun mengikuti seleranya
f)    Senang membantah, harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat
g)   Lugu, dihadapi degan apa adanya menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan
h)   Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya
i)     Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul.[2]
j)     Sombong, dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta memberi kesan bahwa pemustaka tersebut perlu dihormati.

C.    Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

Hubungan Interpersonal merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, sejak dari lahir sampai akhir hayatnya, manusia selalu membutuhkan orang lain. Maju tidaknya sebuah perpustakaan ditentukan oleh kemampuan Sumber Daya Manusanya dalm dari kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Special Library Association menyatakan ada dua jenis kompetensi yang harus dimiliki seorang pustakawan yaitu:
Ø  Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan yang sifatnya teknis, seperti kemampuan mengindeks, menelusur informasi, teknologi informasi, dan lain-lain.
Ø  Kompetensi personal adalah sejumlah keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan mereka bekerja dengan efisien seperti kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, keinginan untuk terus belajar, keinginan untuk bekerja sebaik mungkin dan kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi perkembangan zaman.

Kemampuan pustakawan dalam menjalin suatu hubungan interpersonal dengan pemustaka menjadi sangat penting, karena kunci suksesnya Perpustakaan ada pada keharmonisan hubungan ini, Seseorang pustakawan tidak begitu saja mempunyai keterampilan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Untuk itulah diperlukan latihan baik formal maupun non formal Salah satu faktor yang penting dalam membina hubungan interpersonal adalah komunikasi.[3] Komunikasi adalah dasar dari semua hubungan interpersonal. Untuk bisa berkomunikasi secara efektif maka pustakawan harus memahami dan mengenal pemustakanya sebagaimana apa yang telah diuraikan dalam point C dan D.

Pustakawan dituntut untuk berorientasi terhadap kebutuhan pemustaka, dalam arti pustakawan harus berpikir dari sudut pandang pengguna. Hal-hal yang simpel dapat berlangsung dari pintu masuk perpustakaan Ketika pengguna datang ke perpustakaan mereka menginginkan yang lebih dikenal dengan 3S (senyum, salam, dan sapa). Langkah komunikasi efektif terbagi menjadi 4 langkah
Ø  Kontak awal – membangun kesan pertama
Ø  Pustakawan mempersepsikan kebutuhan pemakai perpustakaan
Ø  Pustakawan berusaha memenuhi kebutuhan pengguna
Ø  Kontak akhir – memberikan kesan akhir.

D.    Sikap dan Prilaku yang harus dilakukan oleh setiap pustakawan.

Perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi menjadi tulang punggung berkembangnya pengetahuan masyarakat. Informasi di dalamnya merupakan aset penting bagi peradaban masyarakat. Jika memerhatikan konsep dasarnya sebagai pusat informasi, tentu perpustakaan mendapatkan peran yang cukup strategis di tengah-tengah mayarakat. Memang, baik tidaknya perpustakaan itu tergantung bagaimana kinerjanya. Artinya, apakah perpustakaan itu profesional dalam pengelolaannya, loyal dalam pencapaian visi dan misinya, dan sebagainya sehingga perpustakaan itu benar-benar menjadi pusat informasi.[4] kinerja atau performa akan menentukan citra perpustakaan di mata masyarakat. Jika kinerjanya baik,tentu secara berangsur-angsur citranya akan terangkat.

Di dalam perpustakaan pastinya ada pustakawan yang mengolah informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka dengan baik dan benar. Tetapi, dari pengalaman saya malah sebaliknya. Sikap pustakawan dalam memberikan pelayanan menurut saya masih kurang karena ketika pemustaka datang tidak disambut dengan ramah malah berbicara yang menurut saya lumayan kasar. Dari kejadian tersebut, hendaklah pustakawan bersikap baik dan sopan kepada pemustaka, karena tanpa pemustaka perpustakaan tersebut tidak akan ada gunanya ibarat istilahnya pemustaka itu “konsumen informasi”.

Ada beberapa sikap yang harus ada pada pustakawan dalam memberikan layanan kepada pemustaka, sebagai mana di atur dalam kode etik pustakawan Indonesia tahun 2006, yaitu :
1.      Pustakawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa memandang ras, agama, status social, ekonomi, politik, gender, kecuali ditentukan oleh perundang –undangan
2.      Pustakawan harus melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.
3.      Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani pengguna, baik secara ucapan maupun perbuatan.
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat memberikan pelayanan yang prima terhadap pengguna perpustakaan, khususnya kepada mahasiswa.
1.      Sebuah perpustakaan akan dapat dioptimalkan pelayanannya bila didukung oleh gedung, sarana dan prasana yang memadai.
2.      Koleksi yang mampu memberikan kebutuhan akan informasi penggunanya
3.       Sumberdaya manusia yang memiliki keahlian di bidang perpustakaan;
4.      Teknologi informasi (komputer, internet dll.)
Di samping hal tersebut agar perpustakaan dapat memberikan pelayanan yang prima, ada beberapa elemen strategi jasa perpustakaan diantaranya, sebagai berikut:
1.      mengkaji siapa klien.
               Membuat katagori klien atau segmentasi merupakan tahap awal dari perencanaan jasa layanan informasi. Adapun klien yang ada di perpustakaan perguruan tinggi adalah : mahasiswa, staf pengajar, karyawan dan pengguna dari luar perguruan tinggi tersebut.
2.      mengkaji layanan jasa informasi yang klien inginkan
. Untuk mencari tahu kebutuhan klien pada saat ini maupun kedepan, amatlah penting untuk memahami persoalan-persioalan/isu-isu yang dihadapi lingkup kerja mereka. Misalnya kebutuhan mahasiswa program studi desain tentunya akan berbeda dengan program studi lainnya. Oleh karena itu kita harus dapat menyediakan informasi/koleksi yang mencakup seluruh program studi yang ada di perguruan tinggi tersebut dan kebutuhan informasi apa saja yang mereka butuhkan.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi klien perpustakaan tidak dapat bekerja sendiri harus dapat bekerjasama dengan pihak lain seperti program studi yang ada di perguruan tinggi tersebut, karena yang mengetahui kebutuhan informasi mahasiswa adalah program studi yang ada di perguruan tiggi tersebut, disamping itu staf perpustakaan harus berperan aktif untuk mengetahui kebutuhan klien dengan cara melakukan pendekatan kepada klien (mahasiswa) yang datang ke perpustakaan, kebutuhan informasi atau koleksi apa saja yang mereka butuhkan.

Sesungguhnya investasi paling utama dalam pengembangan layanan prima bukanlah semata-mata peralatan teknologi yang canggih, melainkan adalah sikap dari pustakawan itu sendiri. Sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan layanan di perpustakaan terutama pustakawan yang bertugaas di bagian layanan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya agar dapat menimbulkan motivasi pribadi. Motivasi adalah kemauan besar yang terkandung dalam diri seseorang, dan untuk mendapatkanya menurut Mustafa (2005) dapat dilakukan dengan cara :
1.      Mempunyai rasa percaya diri
2.       Menggunakan imajinasi
3.       Jangan takut gagal/salah
4.       Perhatikan penampilan
Menurut Zeitthemi dalam Kosasih (2009) kualitas layanan yang baik apabila pustakawan bersedia melayani pemustaka dengan senang hati, bersedia membantu, dan selalu menjemput bola, seperti bertanya kepada pemustaka sebelum mereka bertanya. Kriteria untuk peningkatan kualitas layanan, maka pustakawan harus dapat memenuhi dimensi-dimensi sebagai berikut:
1.      Tangibles (berwujud), ruang dan peralatan harus nyaman dan tertata dengan baik dan pustakawan selalu berpenampilan menarik
2.      Realibility (kehandalan), kinerja pustakawan harus handal dan akurat sehingga meminimalisasi kesalahan
3.      Responsiveness (daya tanggap), pustakawan harus dapat menjawab pertanyaan pemustaka dalam waktu singkat dan jika tidak ditemukan dapat menunjukkan ke tempat
4.      Competence (pengetahuan dan keterampilan), pustakawan harus terlatih dalam memberi layanan kepada pemustaka
5.      Access (kemudahan hubungan), suasana perpustakaan harus menyenangkan dan tersedia sarana komunikasi sehingga pelacakan informasi dapat dilakukan dengan cepat
6.      Courtesy (perilaku), setiap pustakawan harus bersikap sopan, bersahabat, tanggap, dan ramah kepada pemustaka
7.      Communication (komunikasi), pustakawan harus mampu mendengarkan keinginan dan aspirasi pemustaka dan kesediaan menyampaiakan informasi terbaru kepada pemustaka.[5]
8.      Creadibility (kejujuran), pustakawan harus menjunjung tinggi sifat kejujuranya baik terhadap diri sendiri, sesama pustakawan dan terhadap pemustaka
9.      Security (kemanan), Pelayanan perpustakaan harus menjamin keselamatan fisik, kenyamanan, dan keamanan barang-barang yang dianggap rasasia dan berharga
10.  Understanding the Costamer (memahami kebutuhan), pustakawan mampu menggali, menidentifikasi, dan memahami kebutuhan pemustaka



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Menurut undang-undang perpustakaan nomor 43 tahun 2007, pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan  tanggung jawab melaksanakan pengolahan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan Pemustaka sendiri diartikan sebagai pengguna perpustakaan baik perseorangan, kelompok atau masyarakat yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
2.      Menurut Septiyantono ada berbagai sifat dan karakter pengguna yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Seperti orang yang Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya.
3.      Dalam membina hubungan interpersonal antara Pustakawan dan Pemustaka hal yang perlu dilakukan adalah komunikasi dengan baik antara pemustaka dan pustakwan, karena dengan berkomuikasi pustakawan akan dapat mengetahui apa yang dibutuhkan pemustaka.
4.      Ada beberapa sikap yang harus ada pada pustakawan dalam memberikan layanan kepada pemustaka, sebagai mana di atur dalam kode etik pustakawan Indonesia tahun 2006, yaitu Pustakawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi, Pustakawan harus melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari dan Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani pengguna.

Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger