Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

MAKALAH PENGARUH KELOMPOK SOSIAL

Saturday, 13 December 20140 comments








PENGARUH KELOMPOK SOSIAL


A.     PENGARUH KELOMPOK SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN PRIBADI
Pada umunya terlihat pada 3 segi :
1.      Pengaruh kelompok sosial terhadap persepsi individu
Pengaruh kelompok sosial terhadap persepsi seseorang individu dapat dilihat pada percobaan Solomon E Asch sebagai berikut :
Di dalam percobaan itu, sebuah kelompok terdiri dari 7 sampai 9 orang mahasiswa dan dibagi menjadi 2 bagian yakni kelompok mayoritas, terdiri dari sebagian besar anggota kelompok dan minoritas terdiri dari sebaigian kecil anggota kelompok, dan dapat diusahakan hanya seorang individu saja.
Dalam percobaan ini pada kelompok mayoritas diterangkan tentang maksud daripada percobaan itu, sehingga di dalam menjawab pertanyaan nanti hendaknya menjawab dengan jawaban salah, sehingga seorang coba (minoritas) akan menghadapi pendapat meyoritas.
Kepada kelompok diperlihatkan sebuah gambar sebagai berikut:
a = standar
b > a
74
73
c = a
            Kemudian mereka ditanya: garis mana (b atau c) yangh sama panjangnya dengan garis standar? Di sini mayoritas menjawab lebih dahulu, baru jawaban diberikan minoritas.
Percobaan ini diulang-ulang dengan berbagai gambar, tetapi dengan prosedur yang sama dengan percobaan sebelumnya. Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa muls-mula perbedaan pendapat antara mayoritas dan minoritas tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi setelah percobaan ini diulang-ulang, nampaklah keragu-raguan pada minoritas terhadap persepsinya sendiri.
Setelah timbulnya keragu-raguan, minoritas duduknya menjadi tidak tenang, dia pandang gambar itu dari segala arah dan mulailah jawaban yang diberikan menjadi ragu-ragu.
Percobaan kemudian ditingkatkan dengan diskusi. Sesudah minoritas menjawab, maka meyoritas dan minoritas diajak berdiskusi di mana dalam diskusi tersebut agar diusahakan minoritas diberi tekanan.
Setelah itu dilaksanakan percobaan berikutnya, dengan prosedur seperti semula. Dalam percobaan ini, minoritas akan kecenderungan menyesuikan jawabannya dengan jawaban mayoritas.
Dengan keadaan demikian maka kesalahan jawaban isebabminoritas makin lama makin mengikat. Hal ini disebabkan karena pada minoritas terjadi konflik dengan konflik ini membawa akibat:
a)      Minoritas berbeda jawabannya dengan mayoritas, tetapi kualitas keyakinan mulai berkurang.
b)      Timbulnya penyesuaian jawaban dengan mayoritas.





2.        Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Sikap Individu.
Pengaruh kelompok sosial terhadap sikap individu telah pula diadakan penyelidikan antara lain penyelidikan yang dilaksanakan oleh Lippite dan Whyte sebagain berikut:
Dalam penyelidikan, Lippite dan Whyte membentuk 4 regu, yang setiap regunya terdiri dari 5 anak lak-laki berumur 10 tahun dan mereka secara sukarela mempunyai keinginan yang besar untuk ikut dalam aktivitas rekreasi dan pekerjaan tangan.
Percobaan ini berlangsung 7 minggu dalam suasana yang berbeda-beda. Untuk setiap regu disediakan 3 orang pemimpin dimana sebelumnya sudah diberikan bahwa mereka harus mempunyai sikap tertentu dan mengusahakan agar mereka berwibawa serta dapat mempengaruhi kehidupan kelompok.
Sikap yang harus dimiliki adalah:
a)      Sikap otoriter, di mana semua aktivitas kelompok dijalankan atas intruksi pimpinan dan para anggota kelompok hannya melaksanakan tugas/intruksi.
b)      Sikap demokratis di mana semua aktivitas kelompok dijalankan atas keputusan bersama, anggota mengadakan diskusi untuk membicarakan tugas dan penyelesaian tugas secara bersama.
c)      Sikap laizer-faire (liberal) di mana semua tugas diserahkan para anggota, pimpinan sekedar memberi penjelasan apabila diperlukan.
Dari hasil penyelidikannya, Lippte dan Whyte mendapatkan kesimpulan bahwa setelah setiap kelompok berganti kepemimpinan ternyata:
a) sikap otoriter membawa pengaruh 2 hal pada anggota yakni:
- anggota kelompok menjadi apatis;
- anggota kelompok bersikap agresif pada pimpinan.

75
76
 
b) sikap demokratis membawa pengaruh antara lain:
- ada kerukunan di antara anggota kelompok;
- para anggota banyak mengambil inisiatif;
- para anggota banyak bertanggung jawab.

c) Sikap liberal membawa pengaruh:
     - pada anggota bertanggung jawab besar;
     - hubungan antar anggota kurang;
     - ada suasana pertentangan antar anggota kelompok.

3. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Tingkah Laku Individu
            Pengaruh kelompok sosial terhadap tingkah laku individu mendapatkan perhatian Muzefer Sherif dengan mengadakan penyelidikan di Northom Connecticut terhadap anak laki-laki berumur 12 tahun sebanyak 12 orang yang memiliki latar belakang sosial, pendidikan, intelegensi dan kepercayaan sama dan mereka belum pernah kenal satu sama lain sebelum diadakan penyelidikan.
Percobaan dilaksanakan dalam 3 tingkat, yaitu:
- Tingkat I :        Semua anak dicampur dengan kebebasan sepenuhnya untuk bergaul dan bermain bersama. Pada mereka kemudian diberi kesempatan untuk membentuk kliks.
- Tingkat II :       Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok yang hidup sendiri-sendiri dan diusahakan supaya kedua kelompok itu tidak saling bertemu.
- Tingkat III :     Kedua kelompok itu dihubungkan dalam suasana kompetisi, dengan jalan mengadakan perlombaan. Sehingga dengan demikian timbullah persaingan yang besar antara kelompok tersebut.
            Tingkat I berakhir 3 hari, tingkat II berakhir 5 hari dan tingkat III berakhir 5 hari juga. Percobaan ini diselenggarakan di sesuatu daerah terpencil dan tidak ada lalu lintas bis serta selama percobaan tidak pernah ada tamu, karena memang dilarang.
            Daerah ini luasnya 125 are, ada bukitnya, ada sungainya, ada 2 pondokan, jembatan dan, lapangan olahraga. Anak-anak dimasukkan di daerah ini dalam rangka liburan sekolah.
            Dan ternyata percobaan ini membenarkan adanya gejala umum dari tingkah laku dalam kelompok, artinya sesudah tingkat III, hubungan antara 2 kelompok tersebut begitu jelek, sehingga perlu dinormalisasikan dulu sebelum percobaan dibubarkan.
            Akhirnya kira-kira selama 5 hari diadakan perlombaan melawan kelompok luar, barulah muncul rasa in-group kembali pada 24 orang anak terebut.

B.     PENGARUH KELOMPOK SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN KELOMPOK
            Pengaruh kelompok sosial mempunyai pengaruh terhadap kehidupan pribadai sseorang, tetapi di samping itu berpengaruh pula kelompok sosial tersebut terhadap kehidupan bersama/berkelompok dapat terlihat sebagai berikut:
1.      Group Cohesiveness/Kesatuan Kelompok
78
77
            Dalam kenyataan sehari-hari, ada kelompok yang tampak berkehidupan baik dan lancar, dan ada pula kelompok yang mempunyai kehidupan kurang baik dan tersendat-sendat bahkan ada kelompok yang hannya memiliki nama tanpa ada kegiatan sama sekali.
Dari hasil penyelidikan, ternyata bahwa apabila kelompok itu memiliki kesatuan kelompok terlihat adanya data sebagai berikut:
a)      suatu kelompok menjadi sehat bilamana di antara warga “ada kesadaran kita” dari pada mengenai “aku”.
b)      Di antara warga kelompok tampak lebih bersahabat dan lebih setia mewujudkan rasa setia kawannya.
c)      Warga kelompok itu bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama yang bertanggung jawab atas maju-mundurnya kelompok dan bila mana perlu warga bersedia bekerja keras atau menderita untuk kepentingan kelompok.
d)      Warga kelompok bersedia membela nama baik kelompok dari serangan/kritikan dari luar.
            Dalam pada itu, suatu kelompok terdapat berbagai tenaga pemersatu untuk kelompoknya sehingga kelompok yang bersangkutan dapat hidup secara konstan dan bahkan ada kelompok yang berkembang pesat berbeda jauh bila dibandingkan dengan kelompok lain.
            Adapun faktor-faktor pemerasatu kelompok ada beberapa pendapat antara lain:
a.       Menurut Festinger:
            Tenaga pemersatu kelompok itu adalah taraf menariknya kelompok terhadap anggota-anggotanya. Oleh karena itu bila kelompok itu menarik berarti tiap-tiap anggota selalu bersedia untuk tetap tinggal dalam kelompok dan bahkan dengan gigih mempertahankan adanya kelompok.
b. Boward berpendapat bahwa dari hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap:
1) pimpinan yang berbentuk group contered leader;
2) pimpinan yang berbentuk leader contered leader.

Dengan demikian dapat disimpulkan:
 Pimpinan yang berbentuk group centered leader lebih menunjukkan kelompok yang ada bersatu, artinya para anggota kelompok lebih bersahabat, kecintaan anggota lebih mendalam terhadap kelompok serta pandangan anggota-anggota lebih seragam/serasi, jika dibandingkan dengan pimpinan berbentuk leader centered leader.
c. Schacter berpendapat bahwa tenaga pemersatu kelompok adalah:
1)      Adanya persoalan-persoalan sangat penting yang harus dipecahkan bersama-sama dapat memupuk rasa kesatuan kelompok. Persoalan yang penting artinya perroalan yang menyangkut kelompok secara keseluruhan dan tidak mungkin dipecahkan secara perorangan.
2)      Adanya sistem ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Hal ini berarti apabila di dalam kelompok tersebut ada anggota yang berlaku sesuai dengan norma-norma kelompok, ia dapat perlakuan berbeda dari anggota yang lain (reward). Namun bila dalam kelompok tersebut ada anggota kelompok yang mempunyai tingkah laku yang merugikan kelompok secara keseluruhan, ia mendapat tantangan terutama secara psikologis dari anggota-anggota kelompok yang lain.
            Di samping pendapat-pendapat di atas, ada beberapa ahli yang mengadakan penyelidikan untuk menunjukkan ada rasa kesatuan kelompok (group coheseiveness) dengan cara yang berbeda satu sama lain.
Adapun penyelidikan-penyelidikan yang dimaksud adalah:
a.       Penyelidikan Whyte dan Lippite.
            Mereka mengadakan penyelidikan terhadap kelompok-kelompok yang memiliki suasana otokratis, suasana demokratis dan suasana liberal.
80
79
Dari hasil penyelidikan ternyata:
-          Kelompok yang bersuasana otokratis terhadap ketegangan-ketegangan antar warga kelompok, sehingga tidak ada rasa kesatuan.
-          Kelompok yang bersuasana demokratis terdapat rasa solidaritas antar anggota kelompok sehingga kelompok tersebut ada rasa kesatuan.
-          Kelompok yang bersuasana liberal terdapat rasa acuh tak acuh antar anggota, sehingga dalam kelompok tersebut tidak ada rasa kesatuan.
b. Penyelidikan Festinger
            Penyelidikan ini menggunaan indeks persahabatan sebagai kriteria sebagai ukuran untuk menunjukkan rasa persatuan kelompok. Penyelidikan ini dilaksanakan dengan jalan: menanyakan kepada tiap-tiap anggota tentang kawan/sahabat karib yang mereka  ketahui yang diam bersama-sama mereka.
            Semakin banyak sahabat karib yang mereka ketahui, berarti di dalam kelompok tersebut terdapat rasa persatuan.
            Rasa persatuan dalam kelompok membuktikan pula bahwa dalam kelompok tersebut sering mengadakan pertemuan, atau sering mengadakan kegiatan bersama. Jadi pada kelompok tersebut terdapat social life.
c.       Penyelidikan French:
            Penyelidikan French menggunakan norma-norma sosial sebagai taraf kesatuan kelompok.
            Penyelidikan ini dilaksanakan dengan mengetahui sejauh mana tingkah laku dari tiap-tiap anggota kelompok yang sesuai dengan norma-norma sosial dan sejauh mana tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial.
d.      Penyelidikan Libout
            dalam penyelidikan libout menggunakan tes gambar proyektif sebagai alat untuk mengetahui ada/tidaknya rasa kesatuan di dalam kelompok.
            Penyelidikan ini dilaksanakan dengan menunjukkan gambar-gambar yang ada hubungan dengan situasi sosial yang mereka alami di dalam kelompok dan tiap-tiap anggota kelompok diharuskan membuat karangan sebanyak gambar yang ditunjukkan.
            Hasil penyelidikannya adalah semakin banyak gambaran yang dapat dibuat tiap anggota menunjukkan bahwa smakin baiknya sikap anggota dan situasi kelompok tersebut.
            Dengan kata lain di dalam kelompok tersebut terdapat rasa kesatuan yang kuat di antara anggota kelompok sehingga anggota-anggota kelompok sering mengalami situasi sama secara bersama-sama.
2. Sumber-sumber Menarik Tidaknya Suatu Kelompok
a. Sumber-sumber Menariknya Suatu Kelompok.
            Suatu kelompok seringkali terlihat jumlah anggota ataupun kegiatannya semakin lam semakin meningkat sehingga dari kelompok yang kecil yang tidak terkenal menjadi kelompk besar atau kelompok yang terkenal.
            Hal ini yang menyebabkan kelompok tersebut menjadi menarik bagi anggota-anggotanya. Sumber-sumber yang menjadikan kelompok tersebut menarik adalah:
1) Kelompok sebagai obyek untuk memnuhi kebutuhan:
a)      individu amat senang pada individu-individu yang menjadi anggota kelompok tersebut atau juag komposisi dari kelompok tersebut:
b)      individu ingin ikut di dalam kegiatan yang menurut penilaiannya baik dan bermamfaat.
c)      individu senang sebagai anggota kelompok dan sekaligus ingin ikut kegiatan kelompok yang baik dan menarik.
d)      individu tertarik pada tujuan kelompok tersebut yang bersifat fungsional.
2)      Masuknya dalam kelompok sebagai jalan untuk memenuhi tujuan.
Pada umumnya, individu tertarik pada kelompok karena kelompok dapat memenuhi tujuan.
Hal ini disebabkan karena:
a)      individu ingin mengejar sesuatu tujuan tertentu, yang mungkin dapat tercapai melaluikegiatan kelompok.
b)      individu ingin mengejar sesuatu tujuan di luar kelompoknya, di mana tujuan ini hannya dapat tercapai bila ia masuk kelompok.
b. Sumber-sumber menurunnya suatu kelompok.
Sumber-sumber menurunnya suatu kelompok adalah sebagai berikut;
1)      Sering terjadinya disintegrasi dalam kelompok tersebut, karena tidak adanya penyesuaian paham dalam di dalam pemecahan sesuatu masalah.
2)      Adanya pengalaman pahit yang dialami anggota kelompok tersebut sehingga anggota menderita menjadi turun kepercayaan kepada kelompok.
3)      Para anggota kelompok merasa seakan-akan kelompok ditunggangi beberapa anggota lain dari kelompok tersebut, sehingga kelompok yang bersangkutan sebagai alat anggota kelompok tertentu.
4)      adanya masalah/kesukaran yang tidak dapat diatasi oleh kelompok itu sendiri, sehingga hal ini merupakan pukulan bagi anggota kelompok.
3. Nilai Kelompok/Valance of The Group
            Bagi tiap-tiap kelompok memiliki nilai tersendiri bagi individu artinya apakah kelompok mempunyai nilai tinggi atau kelompok tersebut mempunyai nilai rendah.
81
82
            Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan bila ada kesadaran dari anggota bahwa ia masuk ke dalam satu kelompok, keinginan atau kebutuhan akan terpenuhi.
            Untuk meningkatkan nilai dari suatu kelompok ditinjau dari segi anggota ada beberapa pendapat:
a)      Menurut Kelly:
Seseorang individu masuk kelompok bilamana ia dapat mencapai posisi/gengsi yang lebih baik. Tetapi sebaliknya individu meninggalkan kelompok bila posisi /gengsinya turun.
b)      Merton Deuttch berpendapat:
Suasana kerja sama dalam kelompok lebih menarik daripada suasana yang saling bersaingan.
c)      Menurut Homans:
Semakin banyak interaksi di antara para anggota semakin menarik kelompok itu sebab dengan semakin sering berhubungan antar anggota semakin senang para anggota kelompok untuk bekerja sama.
Dalam hal ini Homans mengadakan penyelidikan dengan 2 macam metode:
- group centered instruction;
- leader centered instruction.
Dari hasil penyelidikannya ternyata group centered instruction menunjukkan bahwa nilai kelompok itu tinggi bagi anggota-anggotanya.
d)      Thibout berpendapat :
Peristiwa yang ada di luar kelopok banyak mempengaruhi kekompakan dalam kelompok. Akibatnya kekompakan  ini, kelompok akan menarik bagi anggota-anggota tersebut.

4.      Spluiter Group
            Dalam kehidupan dan perkembangannya, kelompok dapat hidup terus dan berkembang, tetapi kelompok tersebut dapat pula mengalami kemunduran, perpindahan anggota kelompok lain dan bahkan mati sama sekali.

Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger