PENGARUH
KELOMPOK SOSIAL
A. PENGARUH
KELOMPOK SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN PRIBADI
Pada
umunya terlihat pada 3 segi :
1. Pengaruh
kelompok sosial terhadap persepsi individu
Pengaruh kelompok sosial terhadap
persepsi seseorang individu dapat dilihat pada percobaan Solomon E Asch sebagai
berikut :
Di dalam percobaan itu, sebuah
kelompok terdiri dari 7 sampai 9 orang mahasiswa dan dibagi menjadi 2 bagian
yakni kelompok mayoritas, terdiri dari sebagian besar anggota kelompok dan
minoritas terdiri dari sebaigian kecil anggota kelompok, dan dapat diusahakan
hanya seorang individu saja.
Dalam percobaan ini pada kelompok
mayoritas diterangkan tentang maksud daripada percobaan itu, sehingga di dalam
menjawab pertanyaan nanti hendaknya menjawab dengan jawaban salah, sehingga
seorang coba (minoritas) akan menghadapi pendapat meyoritas.
Kepada kelompok diperlihatkan
sebuah gambar sebagai berikut:
a = standar
b > a
74
|
73
|
Kemudian mereka ditanya: garis mana
(b atau c) yangh sama panjangnya dengan garis standar? Di sini mayoritas
menjawab lebih dahulu, baru jawaban diberikan minoritas.
Percobaan ini diulang-ulang
dengan berbagai gambar, tetapi dengan prosedur yang sama dengan percobaan
sebelumnya. Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa muls-mula perbedaan
pendapat antara mayoritas dan minoritas tidak menimbulkan pengaruh apa-apa.
Tetapi setelah percobaan ini diulang-ulang, nampaklah keragu-raguan pada
minoritas terhadap persepsinya sendiri.
Setelah timbulnya keragu-raguan,
minoritas duduknya menjadi tidak tenang, dia pandang gambar itu dari segala
arah dan mulailah jawaban yang diberikan menjadi ragu-ragu.
Percobaan kemudian ditingkatkan
dengan diskusi. Sesudah minoritas menjawab, maka meyoritas dan minoritas diajak
berdiskusi di mana dalam diskusi tersebut agar diusahakan minoritas diberi
tekanan.
Setelah itu dilaksanakan
percobaan berikutnya, dengan prosedur seperti semula. Dalam percobaan ini,
minoritas akan kecenderungan menyesuikan jawabannya dengan jawaban mayoritas.
Dengan keadaan demikian maka
kesalahan jawaban isebabminoritas makin lama makin mengikat. Hal ini disebabkan
karena pada minoritas terjadi konflik dengan konflik ini membawa akibat:
a)
Minoritas
berbeda jawabannya dengan mayoritas, tetapi kualitas keyakinan mulai berkurang.
b)
Timbulnya
penyesuaian jawaban dengan mayoritas.
2.
Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap
Sikap Individu.
Pengaruh kelompok sosial terhadap
sikap individu telah pula diadakan penyelidikan antara lain penyelidikan yang
dilaksanakan oleh Lippite dan Whyte sebagain berikut:
Dalam penyelidikan, Lippite dan
Whyte membentuk 4 regu, yang setiap regunya terdiri dari 5 anak lak-laki
berumur 10 tahun dan mereka secara sukarela mempunyai keinginan yang besar
untuk ikut dalam aktivitas rekreasi dan pekerjaan tangan.
Percobaan ini berlangsung 7
minggu dalam suasana yang berbeda-beda. Untuk setiap regu disediakan 3 orang
pemimpin dimana sebelumnya sudah diberikan bahwa mereka harus mempunyai sikap
tertentu dan mengusahakan agar mereka berwibawa serta dapat mempengaruhi
kehidupan kelompok.
Sikap
yang harus dimiliki adalah:
a)
Sikap
otoriter, di mana semua aktivitas kelompok dijalankan atas intruksi pimpinan
dan para anggota kelompok hannya melaksanakan tugas/intruksi.
b)
Sikap
demokratis di mana semua aktivitas kelompok dijalankan atas keputusan bersama,
anggota mengadakan diskusi untuk membicarakan tugas dan penyelesaian tugas
secara bersama.
c)
Sikap
laizer-faire (liberal) di mana semua tugas diserahkan para anggota, pimpinan
sekedar memberi penjelasan apabila diperlukan.
Dari hasil penyelidikannya,
Lippte dan Whyte mendapatkan kesimpulan bahwa setelah setiap kelompok berganti
kepemimpinan ternyata:
a)
sikap otoriter membawa pengaruh 2 hal pada anggota yakni:
-
anggota kelompok menjadi apatis;
-
anggota kelompok bersikap agresif pada pimpinan.
75
|
76
|
b) sikap
demokratis membawa pengaruh antara lain:
-
ada kerukunan di antara anggota kelompok;
-
para anggota banyak mengambil inisiatif;
-
para anggota banyak bertanggung jawab.
c) Sikap liberal
membawa pengaruh:
- pada anggota bertanggung jawab besar;
- hubungan antar anggota kurang;
- ada suasana pertentangan antar anggota
kelompok.
3.
Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap
Tingkah Laku Individu
Pengaruh kelompok sosial terhadap
tingkah laku individu mendapatkan perhatian Muzefer Sherif dengan mengadakan
penyelidikan di Northom Connecticut terhadap anak laki-laki berumur 12 tahun
sebanyak 12 orang yang memiliki latar belakang sosial, pendidikan, intelegensi
dan kepercayaan sama dan mereka belum pernah kenal satu sama lain sebelum
diadakan penyelidikan.
Percobaan
dilaksanakan dalam 3 tingkat, yaitu:
- Tingkat I : Semua
anak dicampur dengan kebebasan sepenuhnya untuk bergaul dan bermain bersama.
Pada mereka kemudian diberi kesempatan untuk membentuk kliks.
- Tingkat II : Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok yang
hidup sendiri-sendiri dan diusahakan supaya kedua kelompok itu tidak saling
bertemu.
- Tingkat III : Kedua kelompok itu dihubungkan dalam suasana
kompetisi, dengan jalan mengadakan perlombaan. Sehingga dengan demikian
timbullah persaingan yang besar antara kelompok tersebut.
Tingkat I berakhir 3 hari, tingkat
II berakhir 5 hari dan tingkat III berakhir 5 hari juga. Percobaan ini
diselenggarakan di sesuatu daerah terpencil dan tidak ada lalu lintas bis serta
selama percobaan tidak pernah ada tamu, karena memang dilarang.
Daerah ini luasnya 125 are, ada
bukitnya, ada sungainya, ada 2 pondokan, jembatan dan, lapangan olahraga.
Anak-anak dimasukkan di daerah ini dalam rangka liburan sekolah.
Dan ternyata percobaan ini membenarkan
adanya gejala umum dari tingkah laku dalam kelompok, artinya sesudah tingkat
III, hubungan antara 2 kelompok tersebut begitu jelek, sehingga perlu
dinormalisasikan dulu sebelum percobaan dibubarkan.
Akhirnya kira-kira selama 5 hari
diadakan perlombaan melawan kelompok luar, barulah muncul rasa in-group kembali
pada 24 orang anak terebut.
B. PENGARUH
KELOMPOK SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN KELOMPOK
Pengaruh kelompok sosial mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan pribadai sseorang, tetapi di samping itu berpengaruh
pula kelompok sosial tersebut terhadap kehidupan bersama/berkelompok dapat
terlihat sebagai berikut:
1.
Group
Cohesiveness/Kesatuan Kelompok
78
|
77
|
Dari hasil penyelidikan, ternyata
bahwa apabila kelompok itu memiliki kesatuan kelompok terlihat adanya data
sebagai berikut:
a)
suatu
kelompok menjadi sehat bilamana di antara warga “ada kesadaran kita” dari pada
mengenai “aku”.
b)
Di
antara warga kelompok tampak lebih bersahabat dan lebih setia mewujudkan rasa
setia kawannya.
c)
Warga
kelompok itu bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama yang bertanggung
jawab atas maju-mundurnya kelompok dan bila mana perlu warga bersedia bekerja
keras atau menderita untuk kepentingan kelompok.
d)
Warga
kelompok bersedia membela nama baik kelompok dari serangan/kritikan dari luar.
Dalam pada itu, suatu kelompok
terdapat berbagai tenaga pemersatu untuk kelompoknya sehingga kelompok yang
bersangkutan dapat hidup secara konstan dan bahkan ada kelompok yang berkembang
pesat berbeda jauh bila dibandingkan dengan kelompok lain.
Adapun faktor-faktor pemerasatu
kelompok ada beberapa pendapat antara lain:
a.
Menurut
Festinger:
Tenaga
pemersatu kelompok itu adalah taraf menariknya kelompok terhadap
anggota-anggotanya. Oleh karena itu bila kelompok itu menarik berarti tiap-tiap
anggota selalu bersedia untuk tetap tinggal dalam kelompok dan bahkan dengan
gigih mempertahankan adanya kelompok.
b.
Boward berpendapat bahwa dari hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap:
1)
pimpinan yang berbentuk group contered leader;
2)
pimpinan yang berbentuk leader contered leader.
Dengan
demikian dapat disimpulkan:
Pimpinan yang berbentuk group centered leader
lebih menunjukkan kelompok yang ada bersatu, artinya para anggota kelompok
lebih bersahabat, kecintaan anggota lebih mendalam terhadap kelompok serta pandangan
anggota-anggota lebih seragam/serasi, jika dibandingkan dengan pimpinan
berbentuk leader centered leader.
c.
Schacter berpendapat bahwa tenaga pemersatu kelompok adalah:
1)
Adanya
persoalan-persoalan sangat penting yang harus dipecahkan bersama-sama dapat
memupuk rasa kesatuan kelompok. Persoalan yang penting artinya perroalan yang
menyangkut kelompok secara keseluruhan dan tidak mungkin dipecahkan secara
perorangan.
2)
Adanya
sistem ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Hal ini berarti apabila di
dalam kelompok tersebut ada anggota yang berlaku sesuai dengan norma-norma
kelompok, ia dapat perlakuan berbeda dari anggota yang lain (reward). Namun
bila dalam kelompok tersebut ada anggota kelompok yang mempunyai tingkah laku
yang merugikan kelompok secara keseluruhan, ia mendapat tantangan terutama
secara psikologis dari anggota-anggota kelompok yang lain.
Di samping pendapat-pendapat di
atas, ada beberapa ahli yang mengadakan penyelidikan untuk menunjukkan ada rasa
kesatuan kelompok (group coheseiveness) dengan cara yang berbeda satu sama
lain.
Adapun
penyelidikan-penyelidikan yang dimaksud adalah:
a.
Penyelidikan
Whyte dan Lippite.
Mereka
mengadakan penyelidikan terhadap kelompok-kelompok yang memiliki suasana
otokratis, suasana demokratis dan suasana liberal.
80
|
79
|
-
Kelompok
yang bersuasana otokratis terhadap ketegangan-ketegangan antar warga kelompok,
sehingga tidak ada rasa kesatuan.
-
Kelompok
yang bersuasana demokratis terdapat rasa solidaritas antar anggota kelompok
sehingga kelompok tersebut ada rasa kesatuan.
-
Kelompok
yang bersuasana liberal terdapat rasa acuh tak acuh antar anggota, sehingga
dalam kelompok tersebut tidak ada rasa kesatuan.
b.
Penyelidikan Festinger
Penyelidikan
ini menggunaan indeks persahabatan sebagai kriteria sebagai ukuran untuk
menunjukkan rasa persatuan kelompok. Penyelidikan ini dilaksanakan dengan
jalan: menanyakan kepada tiap-tiap anggota tentang kawan/sahabat karib yang
mereka ketahui yang diam bersama-sama
mereka.
Semakin
banyak sahabat karib yang mereka ketahui, berarti di dalam kelompok tersebut
terdapat rasa persatuan.
Rasa
persatuan dalam kelompok membuktikan pula bahwa dalam kelompok tersebut sering
mengadakan pertemuan, atau sering mengadakan kegiatan bersama. Jadi pada
kelompok tersebut terdapat social life.
c.
Penyelidikan
French:
Penyelidikan
French menggunakan norma-norma sosial sebagai taraf kesatuan kelompok.
Penyelidikan
ini dilaksanakan dengan mengetahui sejauh mana tingkah laku dari tiap-tiap
anggota kelompok yang sesuai dengan norma-norma sosial dan sejauh mana tingkah
laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial.
d.
Penyelidikan
Libout
dalam
penyelidikan libout menggunakan tes gambar proyektif sebagai alat untuk
mengetahui ada/tidaknya rasa kesatuan di dalam kelompok.
Penyelidikan
ini dilaksanakan dengan menunjukkan gambar-gambar yang ada hubungan dengan
situasi sosial yang mereka alami di dalam kelompok dan tiap-tiap anggota
kelompok diharuskan membuat karangan sebanyak gambar yang ditunjukkan.
Hasil
penyelidikannya adalah semakin banyak gambaran yang dapat dibuat tiap anggota
menunjukkan bahwa smakin baiknya sikap anggota dan situasi kelompok tersebut.
Dengan
kata lain di dalam kelompok tersebut terdapat rasa kesatuan yang kuat di antara
anggota kelompok sehingga anggota-anggota kelompok sering mengalami situasi
sama secara bersama-sama.
2. Sumber-sumber
Menarik Tidaknya Suatu Kelompok
a.
Sumber-sumber Menariknya Suatu Kelompok.
Suatu kelompok seringkali terlihat
jumlah anggota ataupun kegiatannya semakin lam semakin meningkat sehingga dari
kelompok yang kecil yang tidak terkenal menjadi kelompk besar atau kelompok
yang terkenal.
Hal ini yang menyebabkan kelompok
tersebut menjadi menarik bagi anggota-anggotanya. Sumber-sumber yang menjadikan
kelompok tersebut menarik adalah:
1)
Kelompok sebagai obyek untuk memnuhi kebutuhan:
a) individu amat senang pada
individu-individu yang menjadi anggota kelompok tersebut atau juag komposisi
dari kelompok tersebut:
b) individu ingin ikut di dalam
kegiatan yang menurut penilaiannya baik dan bermamfaat.
c) individu senang sebagai anggota
kelompok dan sekaligus ingin ikut kegiatan kelompok yang baik dan menarik.
d) individu tertarik pada tujuan
kelompok tersebut yang bersifat fungsional.
2)
Masuknya
dalam kelompok sebagai jalan untuk memenuhi tujuan.
Pada
umumnya, individu tertarik pada kelompok karena kelompok dapat memenuhi tujuan.
Hal
ini disebabkan karena:
a)
individu
ingin mengejar sesuatu tujuan tertentu, yang mungkin dapat tercapai
melaluikegiatan kelompok.
b)
individu
ingin mengejar sesuatu tujuan di luar kelompoknya, di mana tujuan ini hannya
dapat tercapai bila ia masuk kelompok.
b.
Sumber-sumber menurunnya suatu kelompok.
Sumber-sumber
menurunnya suatu kelompok adalah sebagai berikut;
1)
Sering
terjadinya disintegrasi dalam kelompok tersebut, karena tidak adanya
penyesuaian paham dalam di dalam pemecahan sesuatu masalah.
2)
Adanya
pengalaman pahit yang dialami anggota kelompok tersebut sehingga anggota
menderita menjadi turun kepercayaan kepada kelompok.
3)
Para
anggota kelompok merasa seakan-akan kelompok ditunggangi beberapa anggota lain
dari kelompok tersebut, sehingga kelompok yang bersangkutan sebagai alat
anggota kelompok tertentu.
4)
adanya
masalah/kesukaran yang tidak dapat diatasi oleh kelompok itu sendiri, sehingga
hal ini merupakan pukulan bagi anggota kelompok.
3.
Nilai Kelompok/Valance of The Group
Bagi tiap-tiap kelompok memiliki
nilai tersendiri bagi individu artinya apakah kelompok mempunyai nilai tinggi
atau kelompok tersebut mempunyai nilai rendah.
81
|
82
|
Untuk meningkatkan nilai dari suatu
kelompok ditinjau dari segi anggota ada beberapa pendapat:
a)
Menurut
Kelly:
Seseorang individu masuk kelompok
bilamana ia dapat mencapai posisi/gengsi yang lebih baik. Tetapi sebaliknya
individu meninggalkan kelompok bila posisi /gengsinya turun.
b)
Merton
Deuttch berpendapat:
Suasana kerja sama dalam kelompok
lebih menarik daripada suasana yang saling bersaingan.
c)
Menurut
Homans:
Semakin banyak interaksi di
antara para anggota semakin menarik kelompok itu sebab dengan semakin sering
berhubungan antar anggota semakin senang para anggota kelompok untuk bekerja
sama.
Dalam hal ini Homans
mengadakan penyelidikan dengan 2 macam metode:
- group centered
instruction;
- leader centered
instruction.
Dari hasil
penyelidikannya ternyata group centered instruction menunjukkan bahwa nilai
kelompok itu tinggi bagi anggota-anggotanya.
d)
Thibout
berpendapat :
Peristiwa yang ada
di luar kelopok banyak mempengaruhi kekompakan dalam kelompok. Akibatnya
kekompakan ini, kelompok akan menarik
bagi anggota-anggota tersebut.
4.
Spluiter
Group
Dalam kehidupan dan perkembangannya,
kelompok dapat hidup terus dan berkembang, tetapi kelompok tersebut dapat pula
mengalami kemunduran, perpindahan anggota kelompok lain dan bahkan mati sama
sekali.
Post a Comment