Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA AKIBAT FAKTOR BIOTA

Wednesday, 29 July 20150 comments

KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA 
AKIBAT FAKTOR BIOTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Bahan pustaka terdiri dari beberapa komponen antara lain: kertas,tinta dan komponen-komponen untuk menjilid buku-buku seperti kertas karton, plastik, tekstil, benang, paku, dan perekat. Umumnya komponen-komponen yang digunakan untuk bahan pustaka tersebut di atas kurang mendukung dalam upaya pelestariannya karena kertas, karton dan perekat mengandung asam.
Menyimpan dan memelihara bahan pustaka harus dilakukan dalam kondisi yang baik, yang merupakan syarat terpenting untuk mencegah kerusakannya. Pustakawan harus memperhatikan faktor-faktor keamanan, termasuk di dalamnya tindakan dan langkah-langkah untuk menghadapi kerusakan yang disebabkan oleh adanya bencana alam dan musibah.
Perencanaan pencegahan yang efektif untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ataupun tidak diduga sebelumnya perlu diawali dengan memasukkan persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan spesifikasi yang ideal untuk sebuah perpustakaan dengan memperhatikan unsur keamanan tersebut.
Ratusan jenis biota khususnya serangga hidup dengan sumber makanan yang berasal dari buku, karena makanan utamanya adalah kertas dan zat-zat yang ada dalam kertas. Akibatnya bahan pustaka berlubang, lapuk, rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Pada akhirnya akan menambah jumlah anggaran untuk pengadaan buku pengganti. Untuk mencegah dan membasmi wabah akibat biota khususnya serangga diperlukan suatu cara, sehingga penggunaan bahan pustaka lebih awet, dan menghemat biaya. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apa-apa saja yang merusak bahan pustaka akibat faktor biota dan cara pencegahannya.



1.2. Rumusan Masalah
a.    Apa saja yang termasuk dalam faktor biota?
b.    Bagaimana langkah preventif dan kuratif bahan pustaka akibat faktor biota ?

1.3. Tujuan Pembahasan
a.    Mengetahui perusak bahan pustaka dari faktor biota
b.    Mengetahui langkah preventif dan kuratif bahan pustaka akibat faktor biota
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kerusakan Bahan Pustaka Akibat Faktor Biota
Biota adalah mikro organisme yang melekat pada arsip. Bahan-bahan pustaka dan arsip yang terdiri dari selulosa, perekat dan protein merupakan sumber makanan bagi makhluk-makhluk hidup seperti mikroorganisme ( jamur/kapang), insek/serangga dan binatang pengerat. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya mereka memerlukan kondisi lingkungan yang idea seperti suhu dan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu ruang penyimpanan bahan pustaka dan arsip yang kondisi lingkungan tidak terpelihara dapat dijadikan tempat hidup yang aman bagi makhluk-makhluk tersebut. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan banyak dijumpai bahan pustaka dan arsip dalam keadaan rusak berat.
Bahan pustka terdiri dari kertas dan perekat yang merupakan sumber makanan bagi makhluk serangga dan binatang penggerat. Jamur jga bsa merusak bhan pustk, oleh sbbb itu bhn pustka hrus plhra agar tdk hbis. Jamur merupakan tmbuhan parasit yg mnumpang hdup pda smbrng tmpat dan bisa hidup pada kertas yang memiliki kelembaban udara. Keadaan seperti ini mnegakibatkan berkembang biaknya di atas permukaan kertas.
Seperti yang dinyatakan Darmo (2001 : 78) bahwa : “binatang penggerat dan serangga yang merupakan musuh bahan pustaka, karena dapat mampu memakan kertas banyak dan berkembng biak dengan cepat”. Bukan hanya binatang penggert saja yang menjadi musuh bahan pustaka, tapi juga serangga yang menjdi musuh bahan pustaka (darmo, 2001 : 40).[1]
Faktor-faktor biota tersebut yaitu :
a.    Fungi
Fungi adalah tumbuhan multisel yang tidak berkloropil, sehingga untuk memperoleh makanan harus di ambil dari sumber kehidupan lain ( parasit), atau dari benda mati ( sapropit). Fungi terdiri dari cabang-cabang halus yang disebut hypae, bentuknya seperti kapas ( mycelium). Mycelium ini membentang seperti benang (rhizoid) dan menyebar diatas permukaan tempat pertumbuhannya. Fungi berkembangbiak dengan spora yang dapat menyebar di udara di terbangkan angin, hinggap di sembarang tempat, menanti kondisi yang idea untuk berkembangbiak. Kertas yang terdiri dari selulosa merupakan tempat yang cukup ideal untuk di hinggapi oleh spora. Di dukung oleh kelembaban yang melebihi 70% dan suhu yang memadai, maka spora mulai berkembang biak dan membentangkan mycelium menyebar di atas permukaan kertas tempat pertumbuhan.
Fungi mengeluarkan enzim yang menghidrolisa rantai panjang polimer selulosa menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil. Fungi juga memproduksi beberapa macam asam organic seperti asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat menyebabkan kertas menjadi asam serta lemut dan rapuh.
Kertas yang rapuh karena asam dan kertas yang rapuh karena jamur dapat dibedakan dari bentuk fisik kertas. Kertas rapuh karena asam bila di lipat menjadi patah, sedangkan yanag disebabkan oleh jamur meskipin lembut dan lemah apabila disentuh, tetapi tidak menjadi pata bila di lipat. Asam organik yang dihasilkan oleh jamur akan beraksi dengan partikel-partikel besi yang ada dalam kertas membentuk noda yang berwarna merah kecoklatan yang disebut foxing, noda ini sulit dihilangkan.
Fungi juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas, sehingga mengurangi daya rekatnya, serta merusak tinta mengakibatkan tinta hilang dan tulisan tidak terbaca. Kertas yang terbuat dari kulit kayu lebih mudah hancur oleh fungi dari pada kertas dari kain perca yang dibuat dengan tangan, di samping itu sizing dan keasaman kertas mempengaruhi pertumbuhan jamur diatas kertas. Kertas dengan PH 5,5-6 lebih tahan terhadap jamur. Kertas dengan permukaan yang halus, bersih dan tidak mudah menyerap air, juga lebih tahan terhadap jamur, dibandingkan dengan kertas yang permukaannya kasar karena mudah menyimpan spora.
Langkah preventif untuk menghindari keruskan akibat jamur yaitu menjaga ruangan buku dari genangan air, menempatkan kapur sirih yang dimasukkan kedalam baskon pada setiap rak buku, menempatkan arang pada setiap rak buku. Tapi cara ini sudah banyak ditinggalkan, sekarang telah menggunakan cara-cara modern, seperti: melakukan sistem fumigasi, pemasangan AC, serta menggunakan silica gel.

Langkah kuratif  untuk memperbaiki koleksi yang rusak yaitu fumigasi adalah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan cara pengasapan pada bahan pustaka agar jamur tidak tumbuh dengan pembakaran atau penguapan zat kimia yang mengandung racun. Koleksi yang diserang jamur maka dibersihkan dengan menggunakan alkohol dan melakukan pemutihan kertas supaya kertas putih kembali dan bersih.

b.    Serangga
Ratusan jenis serangga hidup dengan sumber makanannya berasal dari buku, yang berarti merusak bahan pustaka dan arsip. Serangga dibagi dalam dua kelompok yaitu penghuni tetap, dan penghuni musiman. Kelompok pertama yaitu serangga dengan makanan utamanya adalah kertas dan zat-zat yang ada pada kertas (selulosa, perekat, glue), kelompok kedua makanan utamanya adalah kayu, tetapi juga merusak kertas.
Siklus kehidupan seekor serangga normal terdiri dari beberapa tahapan (fase) yang berbeda-beda yaitu telur, larva, kepompong dan bentuk dewasa. Kerusakan yang terbesar dilakukan oleh serangga pada fase larva. Lingkungan ideal untuk pertumbuhan semua jenis serangga adalah hangat, lembab, gelap dengan sirkulasi udara yang tidak sempurna.
Ø Kecoa
Terdapat lebih dari 1.000 jenis kecoa di seluruh dunia, tetapi yang jumpai di perpustakaan biasanya hanya lima macam. Sebagian besar hidup di daerah tropis atau subtropis. Kecoa berwarna coklat kehitaman, muncul dan mencari makanan pada malam hari. Makanan kecoa adalah kanji dan perekat-perekat sampul buku yang dimakannya hingga habis serta kain-kain pada punggung buku, dan jarang menembus masuk kedalam buku. Kecoa mengeluarkan cairan pekat berwarna hitam yang membentuk noda dan sulit untuk dihilangkan.

Ø Silverfish dan firebrat
Berbadan ramping, tidak bersayap, serangga dewasa mempunyai panjang 12mm, berwarna abu-abu mutiara, sedangkan firebrat berwarna abu-abu. Serangga-serangga ini lebih aktif dimalam hari, dapat dijumpai disetiap tempat dalam gedung, lebih menyenangi sudut-sudut yang gelap dan lembab. Makanannya adalah lem/perekat-perekat yang terdapat pada sampul buku sehingga merusak jilid dan sampul buku. Telurnya diletakkan ditempat gelap dan belakang buku dalam rak buku atau pada tumpukan kertas dilemari kaca. Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan memungkin, telur akan nenetas.[2]

Ø Rayap
Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu yang singkat. Hidup di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Binatang ini berbadan lunak dan berwarna putih pucat, karena bentuknya seperti semut, makan binatang ini disebut juga semut putih (white ant). Ada dua jenis rayap, yaitu rayap kering yang hidup dalam kayu (wood dwellers) dan rayap basah yang hidup dalam tanah ( subteranian), mereka hidup berkelompok dalam koloni yang terorganisasi dengan rapi. Rayap subteranian membuat sarang dalam tanah dan akan keluar keatas permukaan tanah untuk mencari makan melalui jalan yang mereka buat, kadang-kadang dapat menembus dinding tembok dan lantai bangunan. Masuk ke dalam rak-rak kayu memakannya sampai habis dan masuk kedalam buku-bukunya.

Ø Book lice ( kutu buku)
Binatang ini sangat kecil, berwarna abu-abu atau putih, badannya lunak dan kepalanya relative besar serta giginya sangat kuat. Makanannya adalah perekat, glue dan kertas-kertas yang ditumbuhi jamur. Bentuk larva dan bentuk dewasa agak sulit dibedakan, tetapi bentuk dewasa mempunyai warna yang lebih terang. Binatang ini meletakkan telurnya diatas atau didalam punggung buku. Spesies yang paling umum adalah lipocelis divinatorius.

Ø Book worm
Binatang ini meletakkan telurnya dipermukaan kertas atau disela-sela kertas dekat jilid buku, dari telur ini keluar larva yang sangat berbahaya bagi buku.  Buku yang dihuni oleh book worm menjadi berlubang-lubang karena larvanya makan kertas pada waktu mencari jalan keluar, sehingga jalan yang dibuatnya menyerupai terowongan.  Binatang ini sangat merusak buku karena makan hampir semua material yang ada pada buku.
Ø Bedbuds (kepinding)
Hidup diantara celah-celah kayu, mebel dan serat-serat kain. Walaupun secara umum bedbuds tidak dianggap sebagai hama perpustakaan, tetapi bedbuds dapat hidup pada mebel atau tirai-tirai yang terdapat diperpustakaan.  Kemudian bila ada kesempatan berkembang biak, akan meletakkan telur-telurnya dalam celah-celah atau lubang.[3]
Langkah preventif perpustakaan harus mempersiapkan secara matang kemungkinan yang akan terjadi. Mulai dari bangunan atau gedung yang harus diperhatikan, peralatan yang digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana perpustakaan. Langkah preventif dari serangga yaitu diupayakan ruangan tetap selalu bersih, susunan buku dalam rak-rak ditata secara rapi, sehingga ada sirkulasi udara, rak harus di buat dari bahan yang tidak disukai oleh serangga (kayu/Iogam), pada rak diberikan bahan yang berbau, dan tidak disukai oleh serangga, penyuntikkan dengan bahan anti serangga (DTT), fumigasi : mencegah, mengobati dan mensterilkan bahan pustaka.
Tindakan prefentif untuk mencegah tmbuh dan perkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak disusun terlalu rapat pada rak karena dapat menghalangi sirkulasi udara. Untuk mencegah menelurnya jamur dan serangga dari luar, sebaiknya buku yang baru dibeli atau baru diterima pihak lain difumigasi terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama buku yang lain. Pada rak diletakkan bahan yang berbau untuk mengusir serangga seperti kanfer, naftalen dan PBC.[4] Pencegahaan serangga dengan cara Penyemprotan dengan menggunakan insektisida (bahan pembasmi serangga) dan penggunaan gas racun, pyroxilyn atau vynil diserapkan kedalam kulit buku, lem atau perekat yang digunakan untuk menjilit buku dicampur dengan polyvynil, engrin, atau betariaphtol, sebelum dijilid, kulit buku dipernis degan menggunakan insektisida tertentu.
Langkah kuratif jika koleksi rusak akibat serangga maka koleksi tersebut penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang, halaman yang robek dan robekkannya tidak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Dengan cara menyisipkan dan menempelkan menggunakan lem sevara hati-hati pada bagian yang hilang, mengencangkan benang jilidan yang kendur, dan memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.

c.    Binatang pengerat
Tikus juga merupakan binatang perusak buku yang cukup sulit diberantas.  Binatang ini biasanya memakan buku-buku yang disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-disobek dan dikumpulkan untuk dijadikan sarang.  Tindakan pencegahan untuk melindungi kertas dari serangan tikus adalah, tempat penyimpanan harus bersih dan kering serta selalu dikontrol secara berkala.  Lubang-lubang yang memungkinkan tikus dapat masuk harus ditutup dengan rapat .
Langkah preventif agar tidak timbul kerusakan akibat bintang pengerat yaitu Melakukan pemeriksaan secara teratur terhadap gedung, ruang, atau tempat penyimpanan bahan pustaka, kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat didalam saluran air disekitar tempat penyimpanan bahan pustaka hendaknya dibuang, menggunakan berbagai jenis perangkap tikus, menggunakan lem penangkap tikus, menggunakan berbagai jenis racun tikus seperti Racumin dan Kill Mouse, menerapkan sistem emposan, yaitu memasang petasan berisi gas racun di dalam lubang tikus yang terdapat disekeliling tempat penyimpanan bahan pustaka.
Langkah kuratif pada koleksi yang sudah rusak akibat bintang pengerat yaitu maka koleksi tersebut penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang, halaman yang robek dan robekkannya tidak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Dengan cara menyisipkan dan menempelkan menggunakan lem sevara hati-hati pada bagian yang hilang, mengencangkan benang jilidan yang kendur, dan memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Biota adalah mikro organisme yang melekat pada arsip. Bahan-bahan pustaka dan arsip yang terdiri dari selulosa, perekat dan protein merupakan sumber makanan bagi makhluk-makhluk hidup seperti mikroorganisme ( jamur/kapang), insek/serangga dan binatang pengerat. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya mereka memerlukan kondisi lingkungan yang idea seperti suhu dan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu ruang penyimpanan bahan pustaka dan arsip yang kondisi lingkungan tidak terpelihara dapat dijadikan tempat hidup yang aman bagi makhluk-makhluk tersebut.
   Faktor-faktor biota tersebut yaitu :
a.       Fungi
Fungi adalah tumbuhan multisel yang tidak berkloropil, sehingga untuk memperoleh makanan harus di ambil dari sumber kehidupan lain ( parasit), atau dari benda mati ( sapropit). Fungi terdiri dari cabang-cabang halus yang disebut hypae, bentuknya seperti kapas ( mycelium). Mycelium ini membentang seperti benang (rhizoid) dan menyebar diatas permukaan tempat pertumbuhannya. Fungi berkembangbiak dengan spora yang dapat menyebar di udara di terbangkan angin, hinggap di sembarang tempat, menanti kondisi yang idea untuk berkembangbiak. Kertas yang terdiri dari selulosa merupakan tempat yang cukup ideal untuk di hinggapi oleh spora. Di dukung oleh kelembaban yang melebihi 70% dan suhu yang memadai, maka spora mulai berkembang biak dan membentangkan mycelium menyebar di atas permukaan kertas tempat pertumbuhan.
Fungi juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas, sehingga mengurangi daya rekatnya, serta merusak tinta mengakibatkan tinta hilang dan tulisan tidak terbaca. Kertas yang terbuat dari kulit kayu lebih mudah hancur oleh fungi dari pada kertas dari kain perca yang dibuat dengan tangan, di samping itu sizing dan keasaman kertas mempengaruhi pertumbuhan jamur diatas kertas. Kertas dengan PH 5,5-6 lebih tahan terhadap jamur. Kertas dengan permukaan yang halus, bersih dan tidak mudah menyerap air, juga lebih tahan terhadap jamur, dibandingkan dengan kertas yang permukaannya kasar karena mudah menyimpan spora.
b.    Serangga
Ratusan jenis serangga hidup dengan sumber makanannya berasal dari buku, yang berarti merusak bahan pustaka dan arsip. Serangga dibagi dalam dua kelompok yaitu penghuni tetap, dan penghuni musiman. Kelompok pertama yaitu serangga dengan makanan utamanya adalah kertas dan zat-zat yang ada pada kertas (selulosa, perekat, glue), kelompok kedua makanan utamanya adalah kayu, tetapi juga merusak kertas.
Siklus kehidupan seekor serangga normal terdiri dari beberapa tahapan (fase) yang berbeda-beda yaitu telur, larva, kepompong dan bentuk dewasa. Kerusakan yang terbesar dilakukan oleh serangga pada fase larva. Lingkungan ideal untuk pertumbuhan semua jenis serangga adalah hangat, lembab, gelap dengan sirkulasi udara yang tidak sempurna.














DAFTAR PUSTAKA

Andi Ibrahim, Perawatan dan Pelestarian bahan Pustaka, di akses dalam download.portalgaruda.org/article.php?=184134&val=6309&title=perawatan%20dan%20pelestarian%20bahan%20pustaka, Jum’at, 08 Mei 2015.
Daryono, Pemeliharaan Bahan Pustaka,di akses dalam daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan/, Jum’at, 08 Mei 2015
Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta : diterbitkan dengan dukunagn dana dari Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
PNRI,Colfogging Permethrin Sebagai Alternatif Bahan Kimia Fumigasi Dalam Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Kertas di akses dalam www.pnri.go.id/majalahOnlineAdd.asp?id=8, Jum’at, 08 Mei 2015



[1] Daryono, Pemeliharaan Bahan Pustaka,di akses dalam daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan/, Jum’at, 08 Mei 2015.s
[2] PNRI,Colfogging Permethrin Sebagai Alternatif Bahan Kimia Fumigasi Dalam Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Kertas di akses dalam www.pnri.go.id/majalahOnlineAdd.asp?id=8, Jum’at, 08 Mei 2015
[3] Muhammad Razak, Pelestarian Bahn Pustaka dan Arsip, (Jakarta : diterbitkan dengan dukunagn dana dari Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), hal.
[4]Andi Ibrahim, Perawatan dan Pelestarian bahan Pustaka, di akses dalam download.portalgaruda.org/article.php?=184134&val=6309&title=perawatan%20dan%20pelestarian%20bahan%20pustaka, Jum’at, 08 Mei 2015.
Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger