KERUSAKAN
BAHAN PUSTAKA
AKIBAT FAKTOR BIOTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan pustaka
terdiri dari beberapa komponen antara lain: kertas,tinta dan
komponen-komponen untuk menjilid buku-buku seperti kertas karton, plastik,
tekstil, benang, paku, dan perekat. Umumnya komponen-komponen yang digunakan
untuk bahan pustaka tersebut di atas kurang mendukung dalam upaya
pelestariannya karena kertas, karton dan perekat mengandung asam.
Menyimpan dan
memelihara bahan pustaka harus dilakukan dalam kondisi yang baik, yang
merupakan syarat terpenting untuk mencegah kerusakannya. Pustakawan harus
memperhatikan faktor-faktor keamanan, termasuk di dalamnya tindakan dan
langkah-langkah untuk menghadapi kerusakan yang disebabkan oleh adanya bencana
alam dan musibah.
Perencanaan pencegahan yang efektif untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ataupun tidak diduga sebelumnya perlu diawali dengan memasukkan persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan spesifikasi yang ideal untuk sebuah perpustakaan dengan memperhatikan unsur keamanan tersebut.
Perencanaan pencegahan yang efektif untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ataupun tidak diduga sebelumnya perlu diawali dengan memasukkan persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan spesifikasi yang ideal untuk sebuah perpustakaan dengan memperhatikan unsur keamanan tersebut.
Ratusan jenis biota khususnya serangga hidup dengan sumber makanan
yang berasal dari buku, karena makanan utamanya adalah kertas dan zat-zat yang
ada dalam kertas. Akibatnya bahan pustaka berlubang, lapuk, rusak dan tidak
bisa digunakan lagi. Pada akhirnya akan menambah jumlah anggaran untuk
pengadaan buku pengganti. Untuk mencegah dan membasmi wabah akibat biota
khususnya serangga diperlukan suatu cara, sehingga penggunaan bahan pustaka
lebih awet, dan menghemat biaya. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apa-apa saja
yang merusak bahan pustaka akibat faktor biota dan cara pencegahannya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa saja yang termasuk dalam faktor biota?
b. Bagaimana langkah preventif dan kuratif bahan
pustaka akibat faktor biota ?
1.3. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui perusak bahan pustaka dari faktor
biota
b. Mengetahui langkah preventif dan kuratif bahan
pustaka akibat faktor biota
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kerusakan Bahan Pustaka Akibat Faktor Biota
Biota adalah mikro organisme yang melekat pada arsip. Bahan-bahan
pustaka dan arsip yang terdiri dari selulosa, perekat dan protein merupakan
sumber makanan bagi makhluk-makhluk hidup seperti mikroorganisme (
jamur/kapang), insek/serangga dan binatang pengerat. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya mereka memerlukan kondisi lingkungan yang idea seperti
suhu dan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu ruang penyimpanan bahan
pustaka dan arsip yang kondisi lingkungan tidak terpelihara dapat dijadikan
tempat hidup yang aman bagi makhluk-makhluk tersebut. Apabila keadaan ini
dibiarkan berlarut-larut, maka akan banyak dijumpai bahan pustaka dan arsip
dalam keadaan rusak berat.
Bahan pustka terdiri dari kertas dan
perekat yang merupakan sumber makanan bagi makhluk serangga dan binatang penggerat.
Jamur jga bsa merusak bhan pustk, oleh sbbb itu bhn pustka hrus plhra agar tdk
hbis. Jamur
merupakan tmbuhan parasit yg mnumpang hdup pda smbrng tmpat dan bisa
hidup pada kertas yang memiliki kelembaban udara. Keadaan seperti ini
mnegakibatkan berkembang biaknya di atas permukaan kertas.
Seperti yang dinyatakan Darmo (2001
: 78) bahwa : “binatang penggerat dan serangga yang merupakan musuh bahan
pustaka, karena dapat mampu memakan kertas banyak dan berkembng biak dengan
cepat”. Bukan
hanya binatang penggert saja yang menjadi musuh bahan pustaka, tapi juga
serangga yang menjdi musuh bahan pustaka (darmo, 2001 : 40).[1]
Faktor-faktor biota tersebut yaitu :
a.
Fungi
Fungi
adalah tumbuhan multisel yang tidak berkloropil, sehingga untuk memperoleh
makanan harus di ambil dari sumber kehidupan lain ( parasit), atau dari benda
mati ( sapropit). Fungi terdiri dari cabang-cabang halus yang disebut hypae,
bentuknya seperti kapas ( mycelium). Mycelium ini membentang seperti benang
(rhizoid) dan menyebar diatas permukaan tempat pertumbuhannya. Fungi
berkembangbiak dengan spora yang dapat menyebar di udara di terbangkan angin,
hinggap di sembarang tempat, menanti kondisi yang idea untuk berkembangbiak.
Kertas yang terdiri dari selulosa merupakan tempat yang cukup ideal untuk di
hinggapi oleh spora. Di dukung oleh kelembaban yang melebihi 70% dan suhu yang
memadai, maka spora mulai berkembang biak dan membentangkan mycelium menyebar
di atas permukaan kertas tempat pertumbuhan.
Fungi
mengeluarkan enzim yang menghidrolisa rantai panjang polimer selulosa menjadi
fraksi-fraksi yang lebih kecil. Fungi juga memproduksi beberapa macam asam
organic seperti asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat menyebabkan kertas
menjadi asam serta lemut dan rapuh.
Kertas
yang rapuh karena asam dan kertas yang rapuh karena jamur dapat dibedakan dari
bentuk fisik kertas. Kertas rapuh karena asam bila di lipat menjadi patah,
sedangkan yanag disebabkan oleh jamur meskipin lembut dan lemah apabila
disentuh, tetapi tidak menjadi pata bila di lipat. Asam organik yang dihasilkan oleh jamur akan
beraksi dengan partikel-partikel besi yang ada dalam kertas membentuk noda yang
berwarna merah kecoklatan yang disebut foxing,
noda ini sulit dihilangkan.
Fungi juga merusak perekat-perekat yang ada
pada kertas, sehingga mengurangi daya rekatnya, serta merusak tinta
mengakibatkan tinta hilang dan tulisan tidak terbaca. Kertas yang terbuat dari
kulit kayu lebih mudah hancur oleh fungi dari pada kertas dari kain perca yang
dibuat dengan tangan, di samping itu sizing dan keasaman kertas mempengaruhi
pertumbuhan jamur diatas kertas. Kertas dengan PH 5,5-6 lebih tahan terhadap
jamur. Kertas dengan permukaan yang halus, bersih dan tidak mudah menyerap air,
juga lebih tahan terhadap jamur, dibandingkan dengan kertas yang permukaannya
kasar karena mudah menyimpan spora.
Langkah preventif untuk menghindari keruskan akibat jamur yaitu
menjaga ruangan buku dari genangan air, menempatkan
kapur sirih yang dimasukkan kedalam baskon pada setiap rak buku, menempatkan
arang pada setiap rak buku. Tapi cara ini sudah
banyak ditinggalkan, sekarang telah menggunakan cara-cara modern, seperti:
melakukan sistem fumigasi, pemasangan AC, serta menggunakan silica gel.
Langkah kuratif untuk
memperbaiki koleksi yang rusak yaitu fumigasi adalah salah satu cara melestarikan bahan
pustaka dengan cara pengasapan pada bahan pustaka agar jamur tidak tumbuh
dengan pembakaran atau penguapan zat kimia yang mengandung racun. Koleksi yang diserang jamur
maka dibersihkan dengan menggunakan alkohol dan melakukan pemutihan kertas
supaya kertas putih kembali dan bersih.
b.
Serangga
Ratusan jenis serangga hidup dengan sumber makanannya berasal dari
buku, yang berarti merusak bahan pustaka dan arsip. Serangga dibagi dalam dua
kelompok yaitu penghuni tetap, dan penghuni musiman. Kelompok pertama yaitu serangga
dengan makanan utamanya adalah kertas dan zat-zat yang ada pada kertas
(selulosa, perekat, glue), kelompok kedua makanan utamanya adalah kayu, tetapi
juga merusak kertas.
Siklus kehidupan seekor serangga normal
terdiri dari beberapa tahapan (fase) yang berbeda-beda yaitu telur, larva, kepompong
dan bentuk dewasa. Kerusakan yang
terbesar dilakukan oleh serangga pada fase larva. Lingkungan ideal untuk
pertumbuhan semua jenis serangga adalah hangat, lembab, gelap dengan sirkulasi
udara yang tidak sempurna.
Ø Kecoa
Terdapat lebih dari 1.000 jenis kecoa di seluruh dunia, tetapi yang
jumpai di perpustakaan biasanya hanya lima macam. Sebagian besar hidup di
daerah tropis atau subtropis. Kecoa berwarna coklat kehitaman, muncul dan
mencari makanan pada malam hari. Makanan kecoa adalah kanji dan perekat-perekat
sampul buku yang dimakannya hingga habis serta kain-kain pada punggung buku,
dan jarang menembus masuk kedalam buku. Kecoa mengeluarkan cairan pekat
berwarna hitam yang membentuk noda dan sulit untuk dihilangkan.
Ø Silverfish dan firebrat
Berbadan ramping, tidak bersayap, serangga dewasa mempunyai panjang
12mm, berwarna abu-abu mutiara, sedangkan firebrat berwarna abu-abu.
Serangga-serangga ini lebih aktif dimalam hari, dapat dijumpai disetiap tempat
dalam gedung, lebih menyenangi sudut-sudut yang gelap dan lembab. Makanannya
adalah lem/perekat-perekat yang terdapat pada sampul buku sehingga merusak
jilid dan sampul buku. Telurnya diletakkan ditempat gelap dan belakang buku
dalam rak buku atau pada tumpukan kertas dilemari kaca. Setelah dua minggu
apabila kondisi lingkungan memungkin, telur akan nenetas.[2]
Ø Rayap
Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat
menghabiskan buku dalam waktu yang singkat. Hidup di daerah beriklim tropis dan
sub tropis. Binatang ini berbadan lunak dan berwarna putih pucat, karena bentuknya
seperti semut, makan binatang ini disebut juga semut putih (white ant). Ada dua
jenis rayap, yaitu rayap kering yang hidup dalam kayu (wood dwellers) dan rayap
basah yang hidup dalam tanah ( subteranian), mereka hidup berkelompok dalam
koloni yang terorganisasi dengan rapi. Rayap subteranian membuat sarang dalam
tanah dan akan keluar keatas permukaan tanah untuk mencari makan melalui jalan
yang mereka buat, kadang-kadang dapat menembus dinding tembok dan lantai
bangunan. Masuk ke dalam rak-rak kayu memakannya sampai habis dan masuk kedalam
buku-bukunya.
Ø Book lice ( kutu buku)
Binatang ini sangat kecil, berwarna abu-abu atau putih, badannya
lunak dan kepalanya relative besar serta giginya sangat kuat. Makanannya adalah
perekat, glue dan kertas-kertas yang ditumbuhi jamur. Bentuk larva dan bentuk
dewasa agak sulit dibedakan, tetapi bentuk dewasa mempunyai warna yang lebih
terang. Binatang ini meletakkan telurnya diatas atau didalam punggung buku. Spesies
yang paling umum adalah lipocelis
divinatorius.
Ø Book worm
Binatang ini meletakkan telurnya dipermukaan kertas atau
disela-sela kertas dekat jilid buku, dari telur ini keluar larva yang sangat
berbahaya bagi buku. Buku yang dihuni
oleh book worm menjadi berlubang-lubang karena larvanya makan kertas pada waktu
mencari jalan keluar, sehingga jalan yang dibuatnya menyerupai terowongan. Binatang ini sangat merusak buku karena makan
hampir semua material yang ada pada buku.
Ø Bedbuds (kepinding)
Hidup diantara celah-celah kayu, mebel dan serat-serat kain.
Walaupun secara umum bedbuds tidak dianggap sebagai hama perpustakaan, tetapi
bedbuds dapat hidup pada mebel atau tirai-tirai yang terdapat
diperpustakaan. Kemudian bila ada
kesempatan berkembang biak, akan meletakkan telur-telurnya dalam celah-celah
atau lubang.[3]
Langkah preventif perpustakaan harus mempersiapkan secara matang kemungkinan
yang akan terjadi. Mulai dari bangunan atau gedung yang harus diperhatikan,
peralatan yang digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana perpustakaan. Langkah
preventif dari serangga yaitu diupayakan ruangan tetap
selalu bersih, susunan buku dalam rak-rak
ditata secara rapi, sehingga ada sirkulasi udara, rak harus di buat dari bahan yang tidak disukai
oleh serangga (kayu/Iogam), pada
rak diberikan bahan yang berbau, dan tidak disukai oleh serangga, penyuntikkan
dengan bahan anti serangga (DTT), fumigasi : mencegah, mengobati dan
mensterilkan bahan pustaka.
Tindakan prefentif untuk mencegah tmbuh dan
perkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara
berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan
buku-buku tidak disusun terlalu rapat pada rak karena dapat menghalangi
sirkulasi udara. Untuk mencegah menelurnya jamur dan serangga dari luar,
sebaiknya buku yang baru dibeli atau baru diterima pihak lain difumigasi
terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama buku yang lain. Pada rak diletakkan bahan yang berbau untuk mengusir serangga
seperti kanfer, naftalen dan PBC.[4] Pencegahaan serangga dengan cara Penyemprotan dengan menggunakan insektisida (bahan
pembasmi serangga) dan penggunaan gas racun, pyroxilyn atau vynil diserapkan
kedalam kulit buku, lem atau perekat yang digunakan untuk menjilit buku
dicampur dengan polyvynil, engrin, atau betariaphtol, sebelum
dijilid, kulit buku dipernis degan menggunakan insektisida tertentu.
Langkah kuratif jika koleksi rusak akibat serangga maka
koleksi tersebut penambalan
karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang, halaman
yang robek dan robekkannya tidak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau
sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Dengan cara menyisipkan dan menempelkan menggunakan lem sevara hati-hati
pada bagian yang hilang,
mengencangkan benang jilidan yang kendur,
dan memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.
c.
Binatang
pengerat
Tikus juga merupakan binatang perusak buku yang cukup sulit diberantas. Binatang ini biasanya memakan buku-buku yang
disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-disobek dan dikumpulkan
untuk dijadikan sarang. Tindakan pencegahan
untuk melindungi kertas dari serangan tikus adalah, tempat penyimpanan harus
bersih dan kering serta selalu dikontrol secara berkala. Lubang-lubang yang memungkinkan tikus dapat
masuk harus ditutup dengan rapat .
Langkah preventif agar tidak timbul kerusakan akibat bintang
pengerat yaitu Melakukan pemeriksaan
secara teratur terhadap gedung, ruang, atau tempat penyimpanan bahan pustaka, kotoran atau sisa-sisa
makanan yang terdapat didalam saluran air disekitar tempat penyimpanan bahan
pustaka hendaknya dibuang,
menggunakan berbagai jenis perangkap tikus, menggunakan lem
penangkap tikus,
menggunakan berbagai jenis racun tikus seperti Racumin dan Kill
Mouse,
menerapkan sistem emposan, yaitu memasang petasan berisi gas racun di
dalam lubang tikus yang terdapat disekeliling tempat penyimpanan bahan pustaka.
Langkah kuratif pada koleksi yang sudah rusak akibat bintang
pengerat yaitu maka koleksi tersebut penambalan
karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang, halaman
yang robek dan robekkannya tidak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau
sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Dengan cara menyisipkan dan menempelkan menggunakan lem sevara hati-hati
pada bagian yang hilang,
mengencangkan benang jilidan yang kendur,
dan memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biota adalah mikro organisme yang melekat pada arsip. Bahan-bahan
pustaka dan arsip yang terdiri dari selulosa, perekat dan protein merupakan
sumber makanan bagi makhluk-makhluk hidup seperti mikroorganisme ( jamur/kapang),
insek/serangga dan binatang pengerat. Untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya mereka memerlukan kondisi lingkungan yang idea seperti suhu dan
kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu ruang penyimpanan bahan pustaka dan
arsip yang kondisi lingkungan tidak terpelihara dapat dijadikan tempat hidup
yang aman bagi makhluk-makhluk tersebut.
Faktor-faktor
biota tersebut yaitu :
a.
Fungi
Fungi
adalah tumbuhan multisel yang tidak berkloropil, sehingga untuk memperoleh
makanan harus di ambil dari sumber kehidupan lain ( parasit), atau dari benda
mati ( sapropit). Fungi terdiri dari cabang-cabang halus yang disebut hypae,
bentuknya seperti kapas ( mycelium). Mycelium ini membentang seperti benang
(rhizoid) dan menyebar diatas permukaan tempat pertumbuhannya. Fungi
berkembangbiak dengan spora yang dapat menyebar di udara di terbangkan angin,
hinggap di sembarang tempat, menanti kondisi yang idea untuk berkembangbiak.
Kertas yang terdiri dari selulosa merupakan tempat yang cukup ideal untuk di
hinggapi oleh spora. Di dukung oleh kelembaban yang melebihi 70% dan suhu yang
memadai, maka spora mulai berkembang biak dan membentangkan mycelium menyebar
di atas permukaan kertas tempat pertumbuhan.
Fungi juga merusak perekat-perekat yang ada
pada kertas, sehingga mengurangi daya rekatnya, serta merusak tinta
mengakibatkan tinta hilang dan tulisan tidak terbaca. Kertas yang terbuat dari
kulit kayu lebih mudah hancur oleh fungi dari pada kertas dari kain perca yang
dibuat dengan tangan, di samping itu sizing dan keasaman kertas mempengaruhi
pertumbuhan jamur diatas kertas. Kertas dengan PH 5,5-6 lebih tahan terhadap
jamur. Kertas dengan permukaan yang halus, bersih dan tidak mudah menyerap air,
juga lebih tahan terhadap jamur, dibandingkan dengan kertas yang permukaannya
kasar karena mudah menyimpan spora.
b.
Serangga
Ratusan jenis serangga hidup dengan sumber makanannya berasal dari
buku, yang berarti merusak bahan pustaka dan arsip. Serangga dibagi dalam dua
kelompok yaitu penghuni tetap, dan penghuni musiman. Kelompok pertama yaitu serangga dengan
makanan utamanya adalah kertas dan zat-zat yang ada pada kertas (selulosa,
perekat, glue), kelompok kedua makanan utamanya adalah kayu, tetapi juga
merusak kertas.
Siklus kehidupan seekor serangga normal
terdiri dari beberapa tahapan (fase) yang berbeda-beda yaitu telur, larva,
kepompong dan bentuk dewasa. Kerusakan yang
terbesar dilakukan oleh serangga pada fase larva. Lingkungan ideal untuk
pertumbuhan semua jenis serangga adalah hangat, lembab, gelap dengan sirkulasi
udara yang tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Ibrahim, Perawatan dan Pelestarian bahan Pustaka, di akses
dalam
download.portalgaruda.org/article.php?=184134&val=6309&title=perawatan%20dan%20pelestarian%20bahan%20pustaka,
Jum’at, 08 Mei 2015.
Daryono, Pemeliharaan Bahan Pustaka,di akses dalam
daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan/,
Jum’at, 08 Mei 2015
Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta :
diterbitkan dengan dukunagn dana dari Yayasan Ford oleh Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
PNRI,Colfogging Permethrin Sebagai
Alternatif Bahan Kimia Fumigasi Dalam Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Kertas di akses dalam www.pnri.go.id/majalahOnlineAdd.asp?id=8, Jum’at, 08 Mei 2015
[1] Daryono, Pemeliharaan Bahan Pustaka,di akses dalam daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan/,
Jum’at, 08 Mei 2015.s
[2] PNRI,Colfogging Permethrin Sebagai Alternatif Bahan Kimia Fumigasi Dalam
Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Kertas di akses dalam www.pnri.go.id/majalahOnlineAdd.asp?id=8, Jum’at, 08 Mei 2015
[3] Muhammad Razak, Pelestarian Bahn Pustaka dan Arsip, (Jakarta :
diterbitkan dengan dukunagn dana dari Yayasan Ford oleh Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), hal.
[4]Andi Ibrahim, Perawatan dan Pelestarian
bahan Pustaka, di akses dalam
download.portalgaruda.org/article.php?=184134&val=6309&title=perawatan%20dan%20pelestarian%20bahan%20pustaka,
Jum’at, 08 Mei 2015.
Post a Comment