LAPORAN TUGAS IPS
Kabupaten Aceh Tamiang
Kabupaten
Aceh Tamiang adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Kabupaten
ini merupakan satu-satunya kawasan di Aceh yang dikuasai oleh etnis Melayu. Di
samping etnis Melayu, di kabupaten ini juga terdiri dari etnis Aceh, Gayo,
Jawa, Karo, dan lain sebagainya.
Kabupaten
Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak
sebesar Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu sentra perkebunan
kelapa sawit di NAD. Disamping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor
angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu
primadona alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai
Tamiang (yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan) dan Sungai
Kaloy.
Tamiang
adalah sebuah nama yang berdasarkan legenda dan data sejarah berasal
dari : " Te - Miyang " yang berarti tidak kena gatal atau kebal
gatal dari miang bambu. Hal tersebut berhubungan dengan cerita sejarah tentang
Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh, ketika masih bayi ditemui dalam rumpun
bambu Betong (istilah Tamiang "bulooh") dan Raja ketika itu bernama
Tamiang Pehok lalu mengambil bayi tersebut. Setelah dewasa dinobatkan menjadi
Raja Tamiang dengan gelar "Pucook Sulooh Raja Te - Miyang ", yang
artinya "seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong, tetapi tidak kena
gatal atau kebal gatal".
Nama
Tamiang dipakai dalam usulan bagi pemekaran status wilayah Pembantu Bupati Aceh
Timur Wilayah-III meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang. Tuntutan pemekaran
daerah di Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan
diperjuangkan sejak tahun 1957 awal masa Propinsi Aceh ke-II, termasuk eks
Kewedanaan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonom. Berikutnya usulan
tersebut mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan
keluarnya ketetapan MPRS hasil sidang umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian
otonomi yang seluas-luasnya.
Letak
Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten
Aceh Tamiang secara geografis terbentang pada posisi 03° 53 - 04° 32' LU sampai
97° 44'- 98° 18' BT, dengan batas administratif adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Langsa Timur, kota Langsa dan Selat Malaka
- Sebelah Timur dengan kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
- Sebelah Selatan dengan kabupaten Langkat Sumatera Utara dan kecamatan Pinding kabupaten Gayo Lues
- Sebelah Barat dengan kecamatan Serba Jadi dan kecamatan Birem Bayeun kabupaten Aceh Timur
Wisata Pantai
Pantai
Kuala Peunaga Kec. Seuruway, Air Terjun Alue Punti Desa Alue Punti Kec. Manyak
Payed
Wisata Spiritual/Budaya
Makam
Tengku Raja Sulong Desa Bukit Tempurung Kec. Kuala Simpang, Makam Tengku
Derambong Desa Balai Kec. Bendahara, Makam Tengku Tinggi Desa Tengku Tinggi
Kec. Bendahara, Makam tengku Panglima Panjang Dusun Mapoli Kec. Kejuruan Muda,
Makam Tengku Panglima Hitam Desa Sungai Liput Kec. Kejuruan Muda, Makam Tengku
Sultan Trenggulon Kec. Kejuruan Muda, Makam Tan Po Garang Dusun Alur Selawe Kec.
Kejuruan Muda, Makam Sultan Al Nasir Desa Alur Manis Kec. Kejuruan Muda, Bukit
Kerang Desa Jambo Labu Kec. Bendahara, Situs Purbakala Bukit Kerang Desa
Pangkalan Kec. Kejuruan Muda, Makam Tengku Blang Nibong Desa Lubuk Paret Kec.
Bendahara, Pintu Gua Kuari Desa Selamat Kec. Kejuruan Muda.
Wisata Gunung
Air
terjun 7 tingkat : Pulo Tiga (Tamiang Hulu) Goa Alam Pulo Tiga (Tamiang
Hulu).
Sungai
Sungai
Kaloy : Tamiang Hulu Sungai Tamiang : Kuala Simpang
Kesenian/Budaya
Tari 8 Objek : Ule-ule Lembing,
Rapai, Seudati, Merukun, Saman, Gayo, Bines & Tari Japin
Kabupaten Bireuen
Kabupaten
Bireuen adalah salah satu kabupaten di Aceh,
Indonesia. Kabupaten ini menjadi wilayah
otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh
Utara.
Kabupaten
ini terkenal dengan julukan kota juangnya, namun sempat menjadi salah satu
basis utama Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Semenjak diberlakukannya darurat militer sejak bulan Mei 2003,
situasi di kabupaten ini berangsur-angsur mulai kembali normal, meski belum
sepenuhnya.
Kabupaten
Bireuen juga terkenal dengan emping melinjonya yang khas dan keripik pisangnya.
Kabupaten Bireuen
sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Aceh
Utara, kemudian melalui Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000, Bireuen dimekarkan menjadi sebuah Kabupaten
yang berdiri sendiri (Otonom) dalam Provinsi Aceh.
Wilayah Kabupaten Bireuen secara geografis terletak dibagian pantai timur
Sumatera yang berada pada koordinat 40.54’ - 50.21’ menit
Lintang Utara dan 960 .20’ .97021’ Bujur
Timur, dengan luas wilayah 1.901,21 Km² atau 190.121 Ha.
Topografi Kabupaten
Bireuen memiliki daerah yang datar dan bergelombang ( 0-8%) terutama pada
wilayah pesisir utara sedangkan pada daerah bagian Selatan memiliki topografi
berbukit dengan kemiringan 15% sampai dengan 30%.
Sejak berdirinya
Kabupaten Bireuen, yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 tahun
1999, telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam bidang
pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan. Pada tahun
2001 dimekarkan menjadi 10 Kecamatan selanjutnya pada tahun 2004 dimekarkan
kembali menjadi 17 Kecamatan. Adapun Kecamatan, serta luas wilayahnya seperti
pada tabel di bawah ini.
Dari luas wilayah
tersebut sebanyak 17,58 persen atau seluas 33.427 ha merupakan kawasan
ladang/huma, 8,63 persen atau 16.416,93 ha dimanfaatkan untuk perkebunan besar,
seluas 27.791 ha (14,62 persen) dimanfaatkan untuk lahan perkebunan rakyat,
serta seluas 22.948 ha (12,07 persen) dari luas wilayah diperuntukkan sebagai
areal persawahan.
Letak
Geografis & Batas Administrasi
090 20’ – 970 21 BT dan 40
54’ – 050 18’ LU
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bener Meriah
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie
Kabupaten Bireuen yang terbentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun
2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun2000
Nomor 75, Tambahan Lembar Negara Nomor 3963). Kabupaten ini memiliki Luas
wilayah 1.901,21 Km2. Pada Tahun 2006, secara administratif Kabupaten Bireuen
ini terdiri dari 17 Kecamatan , 70 Mukim serta 559 Desa dan 2 Kelurahan. Jumlah
penduduk pada Tahun 2006 sebanyak 354.763 jiwa yang terdiri dari 174.258
laki-laki dan 180.505 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 0,97 atau
dengan kata lain pada setiap seratus penduduk perempuan terdapat 97 orang.
Rata-rata kepadatan penduduk untuk setiap kilometer persegi adalah 187 jiwa.
Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang terendah adalah Pandrah 83 jiwa
perkilometer persegi sedangkan kepadatan yang tertinggi terdapat di Kecamatan
Peusangan yang mencapai 43.625 jiwa perkilometer persegi dan hampir seluruh
penduduk Kabupaten Bireuen beragama Islam yakni mencapai 99,58 persen.
Seiring meningkatnya pertumbuhan
ekonomi, pendapatan regional perkapita juga mengalami peningkatan. Berdasarkan
harga berlaku, pada Tahun 2006 pendapatan regional perkapita Bireuen mencapai
7.670.272,74 rupiah yang mengalami peningkatan sebesar 9,72 persen di banding
tahun lalu. Rata-rata pendapatan regional perkapita Kabupaten Bireuen relatif
membaik. G [
Kabupaten Bireuen terbagi dalam 17 Kecamatan dan 75
Kemukiman. Pada Tahun 2008 sesuai dengan Qanun No. 06 Tahun 2008 yang
ditetapkan pada Tanggal 19 September 2008 tentang Penghapusan Kelurahan dan
Pembentukan Gampong, dimana Kelurahan Kota Bireuen menjadi Gampong Bandar
Bireuen dan Kelurahan Meunasah Timu menjadi Gampong Meunasah Timu sehingga
jumlah Gampong di Kabupaten Bireuen menjadi 609 Gampong dengan rincian
sebagaimana tabel 1.1 berikut ini :
Potensi Unggulan Daerah.
Kabupaten
Bireuen memiliki keunggulan dari sektor pertanian tanaman pangan dan
holtikultura, perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan, industri,
perdagangan, pertambangan dengan uraian sebagai berikut:
- Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura.
Tanaman pangan yang
berkembang dan telah diusahakan di Kabupaten Bireuen adalah padi, palawija, dan
lain-lain yang sejenis. Wilayah Kecamatan yang potensial dan menjadi penghasil
padi terbesar adalah Kecamatan Jeunieb, Peusangan, Samalanga, Simpang Mamplam
dan Jangka.
Kabupaten
Bireuen juga terkenal sebagai penghasil komoditi palawija yang handal.
Kecamatan penghasil utama palawija adalah Kecamatan Peusangan, Makmur, Jangka,
Kuala dan Kecamatan Kuta Blang. Jenis palawija yang diusahakan masyarakat
adalah kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Pakaian Adat Aceh
Baje
( Pakaian ) Aceh merupakan busana tradisional yang dilengkapi dengan aksesoris.
Aksesoris untuk perempuan adalah Baju berwarna merah, sanggul tegak di tengah
kepala yang di hiasi dengan Colok o'ek (tusuk Konde)/mahkota, memakai selendang
dari kain tenun songket, celana panjang berwarna hitam yang di atasnya dililit
sarung songket merah sebatas lutut . Aksesoris untuk laki-laki adalah baju khas
aceh berwarna hitam memaki Topi Meuketop yang menghias kepala, celana panjang
warna hitam yang di atasnya dililit kain songket warna merah yang pada pinggang
terselip sebilah rencong.
Rumah Adat
Rumah
Aceh adalah rumah adat Aceh yang khas dengan bentuk ukiran ornanien Aceh. Rumah
Adat antar satu Kabupaten dengan Kabupaten lainnya dalam Provinsi NAD secara
kasat mata sama, tetapi bila diteliliti dari seni ukiran yang menghiasi rumah
terdapat perbedaan yang nyata.
Karena
menyimpan makna sejarah, rumah adat ini menjadi salah satu objek wisata yang
ramai di kunjungi wisatawan.
Tugu Batee Krueng
Bate
Krueng adalah nama salah satu batalyon TII dibawah pimpinan Abdul Hamid atau
yang lebih dikenal pada,saat itu (Ayah Hamid). Batalyon ini pada masa itu
bermarkas di daerah Juli dengan wilayah penguasaan lingkup kewedanaan Bireuen.
Dengan bersatunya TII dalam NKRI yang penuh martabat untuk mengenang namanya
oleh Pemerintah Kabupaten Bireuen di lambangkan dengan sebuah batu besar yang
diambil dari pedalaman Juli dan disandingkan dengan tugu Bungong Jeumpa
tepatnya di alun-alun kota Bireuen atau depan Meuligoe Bupati Bireuen.
Tugu Bungong Jeumpa
Tugu
ini merupkan titik sentral perjuangan masyarakat kabupaten Bireuen dalam
mengusir penjajah dari bumi Serambi Mekkah. Tugu ini sejak berdiri telah
mengalami renovasi untuk penyesuaian dengan kondisi bangunan pertokoan. Tugu
ini berdiri megah di areal alun-alun Kota Bireuen tepatnya di depan Meuligoe
-Bireuen
Kota Banda Aceh
Kota
Banda Aceh adalah salah satu kota
yang berada di Aceh dan menjadi ibu kota Provinsi Aceh,
Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda
Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota
Banda Aceh merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara dimana Kota Banda Aceh
merupakan ibukota dari Kesultanan Aceh.
Geografi
Letak
astronomis Banda Aceh adalah 05°16' 15" - 05° 36' 16" Lintang Utara dan 95° 16' 15" - 95°
22' 35" Bujur Timur
dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut.
Batas wilayah
Iklim
sembunyikanData
iklim Banda Aceh
|
|||||||||||||
Bulan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Tahun
|
Rata-rata harian °C
(°F)
|
27.01
|
26.88
|
27.02
|
27.30
|
27.89
|
27.99
|
27.76
|
27.76
|
27.12
|
26.72
|
26.54
|
26.86
|
—
|
Presipitasi mm (inci)
|
256
|
114
|
117
|
139
|
143
|
84
|
95
|
90
|
161
|
200
|
225
|
321
|
1945
|
Rata-rata hari hujan
|
8.5
|
5.9
|
7.8
|
8.8
|
12.4
|
10.3
|
9.2
|
10.6
|
12.5
|
15.5
|
14.3
|
12.7
|
—
|
Sumber: [2]
|
Ekonomi
Pada 2001, Dana Alokasi Umum untuk Banda Aceh adalah sebesar Rp. 137,95 miliar.
Pemerintahan
Pembagian administratif
Pembagian
Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh
Semula hanya ada 4 kecamatan di
Kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Syiah Kuala.
Kemudian berkembang menjadi 9 kecamatan yaitu:
Pariwisata
Komplek Taman Ghairah merupakan taman
Kesultanan Aceh yang berada di jantung Kota Banda Aceh.
Kota Banda Aceh sebagai ibukota dari
Kesultanan Aceh Darussalam yang dahulunya merupakan salah satu dari lima
Kerajaan Islam terbesar di dunia menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah
dari berbagai masa, mulai dari masa Kesultanan, masa Kolonial Belanda, masa
bergabung dalam bingkai NKRI, masa konflik hingga tsunami. Berbagai situs objek
wisata tersebut antara lain adalah Masjid Raya Baiturrahman, Komplek
Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh dan
berbagai macam situs peninggalan sejarah lainnya terdapat diberbagai sudut kota
Islam tertua di Asia Tenggara ini.
Kota Banda Aceh merupakan dataran
rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada
ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu dataran ini
menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas permukaan
laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur
dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut
menghadap ke laut.
Post a Comment