Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

LAPORAN TUGAS IPS

Wednesday, 10 December 20140 comments






LAPORAN TUGAS IPS
Kabupaten Aceh Tamiang
            Kabupaten Aceh Tamiang adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Kabupaten ini merupakan satu-satunya kawasan di Aceh yang dikuasai oleh etnis Melayu. Di samping etnis Melayu, di kabupaten ini juga terdiri dari etnis Aceh, Gayo, Jawa, Karo, dan lain sebagainya.
            Kabupaten Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di NAD. Disamping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu primadona alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai Tamiang (yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan) dan Sungai Kaloy.
            Tamiang adalah sebuah nama yang berdasarkan legenda dan data sejarah berasal dari : " Te - Miyang " yang berarti tidak kena gatal atau kebal gatal dari miang bambu. Hal tersebut berhubungan dengan cerita sejarah tentang Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh, ketika masih bayi ditemui dalam rumpun bambu Betong (istilah Tamiang "bulooh") dan Raja ketika itu bernama Tamiang Pehok lalu mengambil bayi tersebut. Setelah dewasa dinobatkan menjadi Raja Tamiang dengan gelar "Pucook Sulooh Raja Te - Miyang ", yang artinya "seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong, tetapi tidak kena gatal atau kebal gatal".
            Nama Tamiang dipakai dalam usulan bagi pemekaran status wilayah Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah-III meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang. Tuntutan pemekaran daerah di Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak tahun 1957 awal masa Propinsi Aceh ke-II, termasuk eks Kewedanaan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonom. Berikutnya usulan tersebut mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan keluarnya ketetapan MPRS hasil sidang umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian otonomi yang seluas-luasnya.




Letak Geografis dan Batas Wilayah
            Kabupaten Aceh Tamiang secara geografis terbentang pada posisi 03° 53 - 04° 32' LU sampai 97° 44'- 98° 18' BT, dengan batas administratif adalah sebagai berikut :
  • Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Langsa Timur, kota Langsa dan Selat Malaka
  • Sebelah Timur dengan kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
  • Sebelah Selatan dengan kabupaten Langkat Sumatera Utara dan kecamatan Pinding kabupaten Gayo Lues
  • Sebelah Barat dengan kecamatan Serba Jadi dan kecamatan Birem Bayeun kabupaten Aceh Timur

Wisata Pantai

            Pantai Kuala Peunaga Kec. Seuruway, Air Terjun Alue Punti Desa Alue Punti Kec. Manyak Payed

Wisata Spiritual/Budaya

            Makam Tengku Raja Sulong Desa Bukit Tempurung Kec. Kuala Simpang, Makam Tengku Derambong Desa Balai Kec. Bendahara, Makam Tengku Tinggi Desa Tengku Tinggi Kec. Bendahara, Makam tengku Panglima Panjang Dusun Mapoli Kec. Kejuruan Muda, Makam Tengku Panglima Hitam Desa Sungai Liput Kec. Kejuruan Muda, Makam Tengku Sultan Trenggulon Kec. Kejuruan Muda, Makam Tan Po Garang Dusun Alur Selawe Kec. Kejuruan Muda, Makam Sultan Al Nasir Desa Alur Manis Kec. Kejuruan Muda, Bukit Kerang Desa Jambo Labu Kec. Bendahara, Situs Purbakala Bukit Kerang Desa Pangkalan Kec. Kejuruan Muda, Makam Tengku Blang Nibong Desa Lubuk Paret Kec. Bendahara, Pintu Gua Kuari Desa Selamat Kec. Kejuruan Muda.

Wisata Gunung

            Air terjun 7 tingkat : Pulo Tiga (Tamiang Hulu) Goa Alam Pulo Tiga (Tamiang Hulu).

Sungai

            Sungai Kaloy : Tamiang Hulu Sungai Tamiang : Kuala Simpang

Kesenian/Budaya

            Tari 8 Objek : Ule-ule Lembing, Rapai, Seudati, Merukun, Saman, Gayo, Bines & Tari Japin

                                                                                                                                                
Kabupaten Bireuen
            Kabupaten Bireuen adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Kabupaten ini menjadi wilayah otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara.
            Kabupaten ini terkenal dengan julukan kota juangnya, namun sempat menjadi salah satu basis utama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Semenjak diberlakukannya darurat militer sejak bulan Mei 2003, situasi di kabupaten ini berangsur-angsur mulai kembali normal, meski belum sepenuhnya.
Kabupaten Bireuen juga terkenal dengan emping melinjonya yang khas dan keripik pisangnya.
Kabupaten Bireuen sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Utara, kemudian melalui Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000, Bireuen dimekarkan menjadi sebuah Kabupaten yang berdiri sendiri (Otonom) dalam Provinsi Aceh.
Wilayah Kabupaten Bireuen secara geografis terletak dibagian pantai timur Sumatera yang berada pada koordinat 40.54’ - 50.21 menit Lintang Utara dan 96.20’ .97021 Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.901,21 Km² atau 190.121 Ha.
Topografi Kabupaten Bireuen memiliki daerah yang datar dan bergelombang ( 0-8%) terutama pada wilayah pesisir utara sedangkan pada daerah bagian Selatan memiliki topografi berbukit dengan kemiringan 15% sampai dengan 30%.
Sejak berdirinya Kabupaten Bireuen, yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 tahun 1999, telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam bidang pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan. Pada tahun 2001 dimekarkan menjadi 10 Kecamatan selanjutnya pada tahun 2004 dimekarkan kembali menjadi 17 Kecamatan. Adapun Kecamatan, serta luas wilayahnya seperti pada tabel di bawah ini.
Dari luas wilayah tersebut sebanyak 17,58 persen atau seluas 33.427 ha merupakan kawasan ladang/huma, 8,63 persen atau 16.416,93 ha dimanfaatkan untuk perkebunan besar, seluas 27.791 ha (14,62 persen) dimanfaatkan untuk lahan perkebunan rakyat, serta seluas 22.948 ha (12,07 persen) dari luas wilayah diperuntukkan sebagai areal persawahan.



Letak Geografis & Batas Administrasi
090 20’ – 970 21 BT dan 40 54’ – 050 18’ LU
            Kabupaten Bireuen yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun2000 Nomor 75, Tambahan Lembar Negara Nomor 3963). Kabupaten ini memiliki Luas wilayah 1.901,21 Km2. Pada Tahun 2006, secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 Kecamatan , 70 Mukim serta 559 Desa dan 2 Kelurahan. Jumlah penduduk pada Tahun 2006 sebanyak 354.763 jiwa yang terdiri dari 174.258 laki-laki dan 180.505 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 0,97 atau dengan kata lain pada setiap seratus penduduk perempuan terdapat 97 orang. Rata-rata kepadatan penduduk untuk setiap kilometer persegi adalah 187 jiwa. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang terendah adalah Pandrah 83 jiwa perkilometer persegi sedangkan kepadatan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Peusangan yang mencapai 43.625 jiwa perkilometer persegi dan hampir seluruh penduduk Kabupaten Bireuen beragama Islam yakni mencapai 99,58 persen.
            Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pendapatan regional perkapita juga mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku, pada Tahun 2006 pendapatan regional perkapita Bireuen mencapai 7.670.272,74 rupiah yang mengalami peningkatan sebesar 9,72 persen di banding tahun lalu. Rata-rata pendapatan regional perkapita Kabupaten Bireuen relatif membaik.  G    [
            Kabupaten Bireuen terbagi dalam 17 Kecamatan dan 75 Kemukiman. Pada Tahun 2008 sesuai dengan Qanun No. 06 Tahun 2008 yang ditetapkan pada Tanggal 19 September 2008 tentang Penghapusan Kelurahan dan Pembentukan Gampong, dimana Kelurahan Kota Bireuen menjadi Gampong Bandar Bireuen dan Kelurahan Meunasah Timu menjadi Gampong Meunasah Timu sehingga jumlah Gampong di Kabupaten Bireuen menjadi 609 Gampong dengan rincian sebagaimana tabel 1.1 berikut ini :

Potensi Unggulan Daerah.

Kabupaten Bireuen memiliki keunggulan dari sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan, industri, perdagangan, pertambangan dengan uraian sebagai berikut:

  • Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura.
Tanaman pangan yang berkembang dan telah diusahakan di Kabupaten Bireuen adalah padi, palawija, dan lain-lain yang sejenis. Wilayah Kecamatan yang potensial dan menjadi penghasil padi terbesar adalah Kecamatan Jeunieb, Peusangan, Samalanga, Simpang Mamplam dan Jangka.

Kabupaten Bireuen juga terkenal sebagai penghasil komoditi palawija yang handal. Kecamatan penghasil utama palawija adalah Kecamatan Peusangan, Makmur, Jangka, Kuala dan Kecamatan Kuta Blang. Jenis palawija yang diusahakan masyarakat adalah kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.

Pakaian Adat Aceh

            Baje ( Pakaian ) Aceh merupakan busana tradisional yang dilengkapi dengan aksesoris. Aksesoris untuk perempuan adalah Baju berwarna merah, sanggul tegak di tengah kepala yang di hiasi dengan Colok o'ek (tusuk Konde)/mahkota, memakai selendang dari kain tenun songket, celana panjang berwarna hitam yang di atasnya dililit sarung songket merah sebatas lutut . Aksesoris untuk laki-laki adalah baju khas aceh berwarna hitam memaki Topi Meuketop yang menghias kepala, celana panjang warna hitam yang di atasnya dililit kain songket warna merah yang pada pinggang terselip sebilah rencong.

Rumah Adat

            Rumah Aceh adalah rumah adat Aceh yang khas dengan bentuk ukiran ornanien Aceh. Rumah Adat antar satu Kabupaten dengan Kabupaten lainnya dalam Provinsi NAD secara kasat mata sama, tetapi bila diteliliti dari seni ukiran yang menghiasi rumah terdapat perbedaan yang nyata.
            Karena menyimpan makna sejarah, rumah adat ini menjadi salah satu objek wisata yang ramai di kunjungi wisatawan.

Tugu Batee Krueng

            Bate Krueng adalah nama salah satu batalyon TII dibawah pimpinan Abdul Hamid atau yang lebih dikenal pada,saat itu (Ayah Hamid). Batalyon ini pada masa itu bermarkas di daerah Juli dengan wilayah penguasaan lingkup kewedanaan Bireuen. Dengan bersatunya TII dalam NKRI yang penuh martabat untuk mengenang namanya oleh Pemerintah Kabupaten Bireuen di lambangkan dengan sebuah batu besar yang diambil dari pedalaman Juli dan disandingkan dengan tugu Bungong Jeumpa tepatnya di alun-alun kota Bireuen atau depan Meuligoe Bupati Bireuen.

Tugu Bungong Jeumpa

            Tugu ini merupkan titik sentral perjuangan masyarakat kabupaten Bireuen dalam mengusir penjajah dari bumi Serambi Mekkah. Tugu ini sejak berdiri telah mengalami renovasi untuk penyesuaian dengan kondisi bangunan pertokoan. Tugu ini berdiri megah di areal alun-alun Kota Bireuen tepatnya di depan Meuligoe -Bireuen
Kota Banda Aceh
            Kota Banda Aceh adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibu kota Provinsi Aceh, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara dimana Kota Banda Aceh merupakan ibukota dari Kesultanan Aceh.


Geografi

            Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16' 15" - 05° 36' 16" Lintang Utara dan 95° 16' 15" - 95° 22' 35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut.

Batas wilayah

Iklim

[sembunyikan]Data iklim Banda Aceh
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Tahun
Rata-rata harian °C (°F)
27.01
26.88
27.02
27.30
27.89
27.99
27.76
27.76
27.12
26.72
26.54
26.86
Presipitasi mm (inci)
256
114
117
139
143
84
95
90
161
200
225
321
1945
Rata-rata hari hujan
8.5
5.9
7.8
8.8
12.4
10.3
9.2
10.6
12.5
15.5
14.3
12.7
Sumber: [2]

 

Ekonomi

Pada 2001, Dana Alokasi Umum untuk Banda Aceh adalah sebesar Rp. 137,95 miliar.

Pemerintahan


Pembagian administratif


Pembagian Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh
Semula hanya ada 4 kecamatan di Kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Syiah Kuala. Kemudian berkembang menjadi 9 kecamatan yaitu:
  1. Baiturrahman
  2. Banda Raya
  3. Jaya Baru
  4. Kuta Alam
  5. Kuta Raja
  6. Lueng Bata
  7. Meuraksa
  8. Syiah Kuala
  9. Ulee Kareng
Pariwisata

            Komplek Taman Ghairah merupakan taman Kesultanan Aceh yang berada di jantung Kota Banda Aceh.
            Kota Banda Aceh sebagai ibukota dari Kesultanan Aceh Darussalam yang dahulunya merupakan salah satu dari lima Kerajaan Islam terbesar di dunia menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah dari berbagai masa, mulai dari masa Kesultanan, masa Kolonial Belanda, masa bergabung dalam bingkai NKRI, masa konflik hingga tsunami. Berbagai situs objek wisata tersebut antara lain adalah Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh dan berbagai macam situs peninggalan sejarah lainnya terdapat diberbagai sudut kota Islam tertua di Asia Tenggara ini.
            Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas permukaan laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.

Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger