Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

MAKALAH PENGENALAN TERHADAP DINAMIKA KELOMPOK

Friday, 12 December 20140 comments





Bab 1
 


PENGENALAN TERHADAP
DINAMIKA KELOMPOK

            Adanya Konsepsi Moreno dalam bukunya “Who shall Survive, mendorong timbulnya pemikiran untuk mempelajari Dinamika Kelompok sebagai suatu lapangan studi terlepas dari Psikologi Sosial yang selama ini menjadi pangkal tolak di dalam mempelajari Dinamika Kelompok.
            Keadaan demikian dapat dimaklumi oleh karena sejarah perkembangan Dinamika Kelompok berasal dari perkembangan Psikologi pada umumnya dan perkembangan Psikologi Sosial pada khususnya.
            Di lain pihak, Psikologi Sosial sendiri tumbuh dan berkembang sangat pesat dari Psikologi, Antripologi sehingga obyek formal Psikologi Sosial banyak diambil dari ketiga ilmu tersebut diatas,
            Sebagai akibat pertumbuhan Dinamika Kelompok dari Psikologi Sosial, maka keadaan ini berpengaruh di dalam mempelajari Dinamika Kelompok yang terlihat di dalam uraian Bab I sampai dengan 4 buku ini.

A.     SEJARAH DINAMIKA KELOMPOK
      Setelah disebutkan di bagian muka, bahwa sejarah Dinamika Kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan Psikologi pada umunya dan Psikologi Sosial pada khususnya.
Oleh karena itu berturut-turut akan diuraikan sejarah Dinamika Kelompok sebagai berikut :

1.      Zaman Yunani
            Pada masa ini berkembang ajaran Plato bahwa daya-daya pada individu tercermin di dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
1
 
2
Menurut Plato :
            “Daya pikir individu tercermin di dalam golongan pemerintahan daya kemauan tercermin di dalam golongan ketentuan, daya perasaan tercermin di dalam golongan pedagang”.
Masing-masing struktur masyarakat tersebut diatas,merupakan kelompok-kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan telah memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan.
            Dan demikian kuatnya persatuan dan inteaksi sosial yang terjalin sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuaanya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil lagi.

2.      Zaman Liberalisme
            Pengaruh cara berpikir bebas mengakibatkan individu bebas pula untuk menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menentukan individu lain dalam kehidupan.
            Perkembangan selanjutnya kebebasan ini membawa malapetaka bagi tiap-tiap individu karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan sehingga mereka tidak merasa memiliki kepastian.
            Keadaan ini membawa bayang-bayang ketakutan dalam diri individu sehingga berbagai cara ia tempuh untuk menghilangkan rasa ketakutan dan sekaligus memperoleh pedoman didalam menempuh kehidupan.
            Oleh karena itu timbullah gagasan individu untuk mengadakan “Perjanjian Sosial” antara sesamanya dan hal ini dirumuskan di dalam “Leviathan” atau  negara yang diharapkan dapat menjamin kehidupan mereka.
            Leviathan/negara yang ada pada hakikatnya merupakan suatu bentuk pengelompokkan yang telah memiliki pula norma, struktur dan pimpinan, yang semua hal tersebut merupakan aspek yang kurang ada di dalam suatu kelompok.



2
 
3.      Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-bangsa
            Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall, mempelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitif yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya.
            Moritz Lazarus dan Stanley Hall mencoba”mengadakan penyelidikan terhadap adat dan bahasa rakyat dalam hubungannya dengan tingkah laku” masyarakat primitif tersebut.
            Dari hasil penyelidikan kiranya pengaruh adat dan bahasa rakyat menimbulkan homogenitas pada masyarakat, sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat tersebut menimbulkan “kesamaan psikologi” dan ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku tersebut.
Teori ini kemudian berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, yang lengkap dengan kepribadian masing-masing. Inilah yang kemudian terkenal dengan teori sosial.
            Adanya kekhususan dari tiap-tiap suku bangsa, mengingatkan pada bentuk kelompok, karena bentuk kelompok satu dengan yang lain pasti berbeda segala-galanya.
Misal : kelompok pahraga berbeda dengan kelompok kesenian.

4.      Zaman Gerakan Massa
            Adanya sementara bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya, mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang sesuai dengan yang diinginkan.
Gerakan masyarakat, yang lebih dikenal dengan gerakan massa mendorong Gustave le Bon untuk “mengajar gejala-gejala psikologis yang timbul dalam gerakan massa” melalui penyelidikan secara intensif dan mendalam.
            Hasil penyelidikan Gustave le Bon dirumuskan dalam buku “The Crowd” menunjukkan bahwa “dalam gerkan massa timbul apa yang dinamakan sugesti”, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dalam tiap-tiap individu kehilangan kontrol terhadap dirinya. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, sudah barang tentu massa tersebut memiliki anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti suatu bentuk kelompok.

5.      Zaman Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah memberikan motivasi kepada para ahli untuk mengadalan penyidikan lebih mendalam terhadap  massa walaupun dengan risiko yang besar.
Namun permulaan abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikan dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap “gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu” yang dipandang dapat memberi hasil yang efektif.
Oleh karena itu,Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap “hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya” yang ditulis dalam bukunya Social Psychology.
Buku ini ternyata mendorong ahli lain untuk merumuskan secara tegas objek Psikologi Sosial, Ternyata objek tersebut adalah “suatu studi yang mempelajari tingkah laku individu dalam hubungan dengan situasi sosial”.
Dalam meninjau situasi sosial, maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnya sejumlah individu pada saat tertentu, halini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok.

6.      Zaman Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukan “perlunya individu itu bekerja sama dengan individu lain, hingga  timbul solidariteit” di dalam kehidupanya.
3
4
Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya kainginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan dimana hasrat kepastian ini hanya diperoleh bila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas.
Moreno mengemukakan bahwa perlunya “kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, klik, regu kerja, regu belajar, dimana di dalam  kelompok-kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya makin besar moralnya.
Dalam hal ini Moreno telah menunjukan dengan jelas adanya kelompok-kelompok yang lebih konkrit dari pada ahli-ahli Psikologi Sosial dan Moreno menunjukan pula pengaruh kelompok tersebut terhadap kehidupan individu dari kelompok itu.
Kurt Lewin telah menyimpulkan bahwa “tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggota” jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.

B.     STATUS DINAMIKA KELOMPOK
Pertumbuhan dan perkembangan Dinamika Kelompok  sangat erat hubunganya dengan Psikologi Sosial, maka hal ini berpengaruh terhadap penentuan status dari pada Dinamika Kelompok.
Oleh karena itu ada di antara ahli Psikolog, ahli Sosiologi, ahli Psikologi Sosial dan ahli-ahli lain untuk mencoba membawa Dinamika Kelompok kedalam cabang ilmu mereka masing-masing.

1.      Cabang Sosiologi
Ahli-ahli Sosiologi seperti Slomans, Morcno dan Mitshell berpendapat bahwa “masalah kelompok/group dan struktur kelompok yang menjadi obyek Dinamika Kelompok merupakan sebahagian bahan menjadi objek Sosiologi.
Moreno, misalnya berpendapat bahwa di dalam suatu kelompok pasti terdapat “social distance/jarak sosial” antara anggota kelompok tersebut. Hal ini terdapat pada aarah pilihan, sikap isolasi, keakraban antara masing-masing anggota.
Sesungguhnya masih banyak ahli Sosiologi seperti : Herbert Spencer dan konsepsinya Nation/Bangsa, Karl Maarx dengan konsepnya Class, Toynbee dengan konsepnya Civilization, Emile Durheim dengan konsepnya Group Spirit, namun di atara mereka terdapat perbedaan pandangan.

2.      Cabang Psikologi
Robert F. Bales di dalam bukunya “Interaction Analysis”, Memasukkan Dinamika Kelompok ke dalam cabang Psikologi.
            Alasan yang digunakan oleh Robert F. Bales adalah “ di dalam Dinamika Kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok".
            Misalnya Bales mengungkapkan bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu.
Ahli lain yakni Sprott dalam bukunya Human Group mencoba menganalisa persoalan interrelasi/hubungan yang terjadi antar anggota.

3.      Cabang Psikologi Sosial
Para ahli Psikologi Sosial seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa Dinamika Kelompok lebih ditekankan pada peninjauan Psikologi Sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai anggota suatu kelompok.
            Hal ini berarti Dinamika Kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik/saling pengaruh antar anggota di dalam kehidupan berkelompok.

4.      Bidang Eksperimen
Di dalam buku “Group Dinamic” yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa Dinamika Kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah kepada persoalan Psikologi.
5
6
Seperti diungkapkan oleh Zender bahwa perkembanga alam demokrasi akan lebih menjamin kepentinga hak individu, sehingga semakin besar perkembangan demokrasi makin pesat pula perkmbangan individu.
Pendapat Zender ini berdasar pada suatu anggapan apabila kelompok kecil seperti keluarga, kelas, regu kerja, serta kelompok besar seoerti masyarakat, negara, dan perusahaan, apabila mengikuti alam demokrasi maka kehidupannya akan lebih baik.

C.     DEFINISI DINAMIKA KELOMPOK
Pengertian Dinamika Kelompok dapat diartikan melalui asal kataya, yakni Dinamika dan Kelompok.

1.      Pengertian Dinamika Kelompok
a.      Kelompok
Agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok, berikut ini diawali dengan proses pertumbuhan kelompok itu sendiri.
Individu sebagai mahluk hidup, mempunyai kebutuhan, yang menurut A. Maslow dapat dikenal adanya:
a)      Kebutuhan fisik.
b)      Kebutuhan rasa aman.
c)      Kebuthan kasih sayang.
d)      Kebutuhan prestasi dan prestis.
e)      Kebutuhan untuk melaksakan sendiri.

Di lain pihak individu itu memiliki potensi untuk memenuhi kebuthan tersebut di atas, namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga individu harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama-sama hidup satu kelompok.
Dalam keadaan seperti itu individu berusaha mengatsi kesulitan yang ada pada dirinya melalui “ prinsip escapism” artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan mengorbankan pribadinya dan mempercayakan pada oarang lain yang menurut pendapatnya memilih sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri seperti ini mengkibatkan timbulnya perasaan akan perlunya kemesraan di dalam kehidupan bersama artinya individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan individu lain.
Bentuk kelompok seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, merupakan contoh-contoh yang konkrit dan kelompok-kelompok tersebut saat ini mendapat tempat kehidupan yang baik di dalam masyarakat yang semakin kompleks.
            Sudah barang tentu kehidupan kelompok tersebut tidak berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam keadaan dinamis artinya kehidupan kelompok itu berkembang dengan baik.
            Dengan adanya keadaan seperti tersebut di atas, beberapa ahli mencoba untuk memberi pengertian apa yang disebut kelompok.
1)      W.Y.H Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain.
2)      Kurt Lewin berpendapat bahwa:
“The essence pof a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”.
3)      H. Smith menguraikan:
“Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.

b.      Pengertian Dinamika
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi dinamika verarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
Dinamic is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces.
Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok maka group spirit (semangat kelompok) secara terus-menerus berada dalam kelompok itu. Sehingga oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
7
8
Dengan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan Psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Dengan kata lain antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang di alami secara bersama-sama.

2.      Persoalan di dalam Dinamika Kelompok
Di muka telah disebutkan pengertian Dinamika Kelompok secara jelas yang ditarik atas dasar berbagai pendapat para ahli baik dari ahli psikologi, ahli sosiologi, dan ahli psikologi sosil sehingga pengertian ini menjadi lebih sempurna.
Dari pokok pengertian Dinamika Kelompok dapatlah kiranya ditarik berbagai persoalan menjadi obyek studi Dinamika kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat disebutkan bahwa persoalan Dinamika Kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.
Ruth Benedict menjelaskan bahwa persoalan yang ada dalam Dinamika Kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Kohesi/persatuan
Dalam persoalan kohesi ini akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti: proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
b.      Motive/dorongan
Persoalan motive ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti: Kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
c.       Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.
d.      Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok di mana hal ini telihat pada: bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.

e.       Perkembangan kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok dan lain sebagainya

3.      Pentingnya Mempelajari Dinamika Kelompok
Berbagai pihak telah menyadari betapa pentingnya mempelajari Dinamika Kelompok, karena beberapa alasan:
a.       Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat, di mana ia berada.
b.      Individu tidak dapat pula bekerja sendiri di dalam kehidupan.
c.       Dalam suatu masyarakat yang besar perlu adanya pembagian kerja sebagai pekerjaan dapat terlaksana apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d.      Di dalam masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
e.       Semakin banyak diakui mamfaat dari adanya penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok.

D.     PENDEKATAN-PENDEKATAN DINAMIKA KELOMPOK
Status dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian terdahulu, menjadi bahan persaingan dari para ahli Psikologi, ahli Sosiologi, ahli Psikologi Sosial maupun ahli yang menganggap Dinamika Kelompok sebagai bidang eksperimen saja.
Hal ini ternyata membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam Dinamika Kelompok, sehingga dalam pendekatan ini terdapat berbagai pandangan para ahli antara lain:

1.      Pendekatan oleh Bales dan Homas
9
10
Pendekatan ini mendasarkan diri pada konsep adanya aksi, interaksi/aksi dan situasi yang ada dalam suatu kelompok.
Selanjutnya Homas menambahkan dengan adanya interaksi dalam kelompok, yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
a.         Adanya stratifikasi kedudukan warga.
b.        Adanya deferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain;
c.         Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar kelompok.

2.      Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi forma.
Selanjutnya Stogdill menambahkan :
a.       Yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan kelompok.
b.      Sedang yang dimaksud kelompok yeng terorganisir ialah suatu kelompok dimana tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.

3.      Pendekatan dari Ahli Psyco Analisa oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motive dan emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok itu akan dapat berbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motive antar anggota kelompok. Demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut kokoh. Sementara itu Sigmund Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya cohesiveness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antar anggota satu dengan anggota yang lain.

4.      Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sesiometri, yang sangat cocok diterapkan dalam kelompok.
Yennings mengemukakan konsepsinya tentang tentang pilihan bebas, spontan dan efektif dari anggota kelompok yang satu  terhadap anggota kelompok yang lain dalam rangka pemebentukan ikatan kelompok.
Dalam pada itu moreno, dengan sosiometrinya berhasil membedakan adanya:
a.       Psikhe-group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, atau simpati atau antipati antar anggota.
b.      Socio-group artinya suatu kelompok yang berbentuknya atas  dasar tekanan dari pihak luar.

Dalam hubunganya dengan psikhe group dan socio group Yennings menambahkan bahwa pelaksana tugas akan lebih lancar apabila pemebentukan sosio group disesuaikan dengan psikhe groud, dengan memperhatikan fktor-faktor efesiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger