PENGENALAN
TERHADAP
DINAMIKA
KELOMPOK
Adanya
Konsepsi Moreno dalam bukunya “Who shall Survive, mendorong timbulnya pemikiran
untuk mempelajari Dinamika Kelompok sebagai suatu lapangan studi terlepas dari
Psikologi Sosial yang selama ini menjadi pangkal tolak di dalam mempelajari
Dinamika Kelompok.
Keadaan
demikian dapat dimaklumi oleh karena sejarah perkembangan Dinamika Kelompok
berasal dari perkembangan Psikologi pada umumnya dan perkembangan Psikologi
Sosial pada khususnya.
Di
lain pihak, Psikologi Sosial sendiri tumbuh dan berkembang sangat pesat dari
Psikologi, Antripologi sehingga obyek formal Psikologi Sosial banyak diambil
dari ketiga ilmu tersebut diatas,
Sebagai
akibat pertumbuhan Dinamika Kelompok dari Psikologi Sosial, maka keadaan ini
berpengaruh di dalam mempelajari Dinamika Kelompok yang terlihat di dalam
uraian Bab I sampai dengan 4 buku ini.
A. SEJARAH
DINAMIKA KELOMPOK
Setelah disebutkan di bagian muka, bahwa
sejarah Dinamika Kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan Psikologi pada
umunya dan Psikologi Sosial pada khususnya.
Oleh
karena itu berturut-turut akan diuraikan sejarah Dinamika Kelompok sebagai
berikut :
1. Zaman
Yunani
Pada
masa ini berkembang ajaran Plato bahwa daya-daya pada individu tercermin di
dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
1
|
2
|
“Daya
pikir individu tercermin di dalam golongan pemerintahan daya kemauan tercermin
di dalam golongan ketentuan, daya perasaan tercermin di dalam golongan
pedagang”.
Masing-masing
struktur masyarakat tersebut diatas,merupakan kelompok-kelompok yang terpisah
satu sama lain dan tiap-tiap golongan telah memiliki norma yang berfungsi
sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota
masing-masing golongan.
Dan
demikian kuatnya persatuan dan inteaksi sosial yang terjalin sehingga
masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuaanya dan tidak
terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil lagi.
2. Zaman
Liberalisme
Pengaruh
cara berpikir bebas mengakibatkan individu bebas pula untuk menentukan segala
sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menentukan individu lain
dalam kehidupan.
Perkembangan
selanjutnya kebebasan ini membawa malapetaka bagi tiap-tiap individu karena
individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan sehingga mereka tidak
merasa memiliki kepastian.
Keadaan
ini membawa bayang-bayang ketakutan dalam diri individu sehingga berbagai cara
ia tempuh untuk menghilangkan rasa ketakutan dan sekaligus memperoleh pedoman
didalam menempuh kehidupan.
Oleh
karena itu timbullah gagasan individu untuk mengadakan “Perjanjian Sosial”
antara sesamanya dan hal ini dirumuskan di dalam “Leviathan” atau negara yang diharapkan dapat menjamin
kehidupan mereka.
Leviathan/negara
yang ada pada hakikatnya merupakan suatu bentuk pengelompokkan yang telah
memiliki pula norma, struktur dan pimpinan, yang semua hal tersebut merupakan
aspek yang kurang ada di dalam suatu kelompok.
2
|
3. Zaman
Ilmu Jiwa Bangsa-bangsa
Pada
masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall, mempelopori untuk mengadakan suatu
penyelidikan terhadap bangsa primitif yang memiliki ciri khas di dalam
kehidupannya.
Moritz
Lazarus dan Stanley Hall mencoba”mengadakan penyelidikan terhadap adat dan
bahasa rakyat dalam hubungannya dengan tingkah laku” masyarakat primitif
tersebut.
Dari
hasil penyelidikan kiranya pengaruh adat dan bahasa rakyat menimbulkan
homogenitas pada masyarakat, sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota
masyarakat tidak berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan
karena adat dan bahasa rakyat tersebut menimbulkan “kesamaan psikologi” dan ini
tercermin dalam sikap dan tingkah laku tersebut.
Teori
ini kemudian berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan
psikologi menjadi suku bangsa tertentu, yang lengkap dengan kepribadian
masing-masing. Inilah yang kemudian terkenal dengan teori sosial.
Adanya
kekhususan dari tiap-tiap suku bangsa, mengingatkan pada bentuk kelompok,
karena bentuk kelompok satu dengan yang lain pasti berbeda segala-galanya.
Misal : kelompok
pahraga berbeda dengan kelompok kesenian.
4. Zaman
Gerakan Massa
Adanya
sementara bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya,
mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan
membentuk pemerintahan yang sesuai dengan yang diinginkan.
Gerakan
masyarakat, yang lebih dikenal dengan gerakan massa mendorong Gustave le Bon
untuk “mengajar gejala-gejala psikologis yang timbul dalam gerakan massa”
melalui penyelidikan secara intensif dan mendalam.
Hasil
penyelidikan Gustave le Bon dirumuskan dalam buku “The Crowd” menunjukkan bahwa
“dalam gerkan massa timbul apa yang dinamakan sugesti”, yang mengakibatkan
gerakan massa tersebut dalam tiap-tiap individu kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, sudah
barang tentu massa tersebut memiliki anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang
hal ini tidak ubahnya seperti suatu bentuk kelompok.
5. Zaman
Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah
memberikan motivasi kepada para ahli untuk mengadalan penyidikan lebih mendalam
terhadap massa walaupun dengan risiko
yang besar.
Namun permulaan abad ke-20, para
ahli mengubah arah penyelidikan dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan
penyelidikan terhadap “gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu” yang
dipandang dapat memberi hasil yang efektif.
Oleh karena itu,Edward A. Ross
mengadakan penyelidikan terhadap “hubungan psikis antara individu dengan
lingkungannya” yang ditulis dalam bukunya Social Psychology.
Buku ini ternyata mendorong ahli
lain untuk merumuskan secara tegas objek Psikologi Sosial, Ternyata objek
tersebut adalah “suatu studi yang mempelajari tingkah laku individu dalam
hubungan dengan situasi sosial”.
Dalam meninjau situasi sosial,
maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnya sejumlah
individu pada saat tertentu, halini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi
sosial berarti membawa pula adanya kelompok.
6. Zaman
Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan
penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukan
“perlunya individu itu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidariteit” di dalam kehidupanya.
3
|
4
|
Moreno mengemukakan bahwa
perlunya “kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, klik, regu kerja, regu
belajar, dimana di dalam
kelompok-kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi
menjadi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya makin besar
moralnya.
Dalam hal ini Moreno telah
menunjukan dengan jelas adanya kelompok-kelompok yang lebih konkrit dari pada
ahli-ahli Psikologi Sosial dan Moreno menunjukan pula pengaruh kelompok
tersebut terhadap kehidupan individu dari kelompok itu.
Kurt Lewin telah menyimpulkan
bahwa “tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi
anggota” jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan individu.
B. STATUS
DINAMIKA KELOMPOK
Pertumbuhan
dan perkembangan Dinamika Kelompok
sangat erat hubunganya dengan Psikologi Sosial, maka hal ini berpengaruh
terhadap penentuan status dari pada Dinamika Kelompok.
Oleh
karena itu ada di antara ahli Psikolog, ahli Sosiologi, ahli Psikologi Sosial
dan ahli-ahli lain untuk mencoba membawa Dinamika Kelompok kedalam cabang ilmu
mereka masing-masing.
1. Cabang
Sosiologi
Ahli-ahli Sosiologi seperti
Slomans, Morcno dan Mitshell berpendapat bahwa “masalah kelompok/group dan
struktur kelompok yang menjadi obyek Dinamika Kelompok merupakan sebahagian
bahan menjadi objek Sosiologi.
Moreno, misalnya berpendapat
bahwa di dalam suatu kelompok pasti terdapat “social distance/jarak sosial”
antara anggota kelompok tersebut. Hal ini terdapat pada aarah pilihan, sikap
isolasi, keakraban antara masing-masing anggota.
Sesungguhnya masih banyak ahli
Sosiologi seperti : Herbert Spencer dan konsepsinya Nation/Bangsa, Karl Maarx
dengan konsepnya Class, Toynbee dengan konsepnya Civilization, Emile Durheim
dengan konsepnya Group Spirit, namun di atara mereka terdapat perbedaan
pandangan.
2. Cabang
Psikologi
Robert F. Bales di dalam bukunya
“Interaction Analysis”, Memasukkan Dinamika Kelompok ke dalam cabang Psikologi.
Alasan yang digunakan oleh Robert F.
Bales adalah “ di dalam Dinamika Kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok
itu sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada
individu dan pengaruhnya terhadap kelompok".
Misalnya Bales mengungkapkan
bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu.
Ahli lain yakni Sprott dalam
bukunya Human Group mencoba menganalisa persoalan interrelasi/hubungan yang
terjadi antar anggota.
3. Cabang
Psikologi Sosial
Para ahli Psikologi Sosial
seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa Dinamika Kelompok lebih ditekankan
pada peninjauan Psikologi Sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana
pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu
sebagai anggota suatu kelompok.
Hal ini berarti Dinamika Kelompok
ingin mempelajari hubungan timbal balik/saling pengaruh antar anggota di dalam
kehidupan berkelompok.
4. Bidang
Eksperimen
Di dalam buku “Group Dinamic”
yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa Dinamika Kelompok
sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah
kepada persoalan Psikologi.
5
|
6
|
Pendapat Zender ini berdasar pada
suatu anggapan apabila kelompok kecil seperti keluarga, kelas, regu kerja,
serta kelompok besar seoerti masyarakat, negara, dan perusahaan, apabila
mengikuti alam demokrasi maka kehidupannya akan lebih baik.
C. DEFINISI
DINAMIKA KELOMPOK
Pengertian
Dinamika Kelompok dapat diartikan melalui asal kataya, yakni Dinamika dan
Kelompok.
1. Pengertian
Dinamika Kelompok
a. Kelompok
Agar
memberi pengertian yang jelas tentang kelompok, berikut ini diawali dengan
proses pertumbuhan kelompok itu sendiri.
Individu
sebagai mahluk hidup, mempunyai kebutuhan, yang menurut A. Maslow dapat dikenal
adanya:
a)
Kebutuhan
fisik.
b)
Kebutuhan
rasa aman.
c)
Kebuthan
kasih sayang.
d)
Kebutuhan
prestasi dan prestis.
e)
Kebutuhan
untuk melaksakan sendiri.
Di
lain pihak individu itu memiliki potensi untuk memenuhi kebuthan tersebut di
atas, namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga
individu harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama-sama hidup satu
kelompok.
Dalam
keadaan seperti itu individu berusaha mengatsi kesulitan yang ada pada dirinya
melalui “ prinsip escapism” artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan
mengorbankan pribadinya dan mempercayakan pada oarang lain yang menurut
pendapatnya memilih sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri
seperti ini mengkibatkan timbulnya perasaan akan perlunya kemesraan di dalam
kehidupan bersama artinya individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan
individu lain.
Bentuk
kelompok seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, merupakan contoh-contoh
yang konkrit dan kelompok-kelompok tersebut saat ini mendapat tempat kehidupan
yang baik di dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Sudah barang tentu kehidupan
kelompok tersebut tidak berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam
keadaan dinamis artinya kehidupan kelompok itu berkembang dengan baik.
Dengan adanya keadaan seperti
tersebut di atas, beberapa ahli mencoba untuk memberi pengertian apa yang
disebut kelompok.
1)
W.Y.H
Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu
dengan yang lain.
2)
Kurt
Lewin berpendapat bahwa:
“The
essence pof a group is not the similarity or dissimilarity of its members but
their interdependence”.
3)
H.
Smith menguraikan:
“Kelompok
adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan
untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
b. Pengertian
Dinamika
Dinamika
berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang
lain secara timbal balik. Jadi dinamika verarti adanya interaksi dan
interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota yang lain
secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
Dinamic
is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces.
Keadaan
ini dapat terjadi karena selama ada kelompok maka group spirit (semangat
kelompok) secara terus-menerus berada dalam kelompok itu. Sehingga oleh karena
itu kelompok tersebut bersifat dinamis artinya setiap saat kelompok yang
bersangkutan dapat berubah.
7
|
8
|
2. Persoalan
di dalam Dinamika Kelompok
Di
muka telah disebutkan pengertian Dinamika Kelompok secara jelas yang ditarik
atas dasar berbagai pendapat para ahli baik dari ahli psikologi, ahli
sosiologi, dan ahli psikologi sosil sehingga pengertian ini menjadi lebih
sempurna.
Dari
pokok pengertian Dinamika Kelompok dapatlah kiranya ditarik berbagai persoalan
menjadi obyek studi Dinamika kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat
disebutkan bahwa persoalan Dinamika Kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang
disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.
Ruth
Benedict menjelaskan bahwa persoalan yang ada dalam Dinamika Kelompok dapat
diuraikan sebagai berikut:
a.
Kohesi/persatuan
Dalam
persoalan kohesi ini akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti:
proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan
sebagainya.
b.
Motive/dorongan
Persoalan
motive ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti:
Kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan
sebagainya.
c.
Struktur
Persoalan
ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan
antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.
d.
Pimpinan
Persoalan
pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok di mana hal ini telihat
pada: bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan
sebagainya.
e.
Perkembangan
kelompok
Persoalan
perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan
ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada
dalam kelompok, perpecahan kelompok dan lain sebagainya
3. Pentingnya
Mempelajari Dinamika Kelompok
Berbagai
pihak telah menyadari betapa pentingnya mempelajari Dinamika Kelompok, karena
beberapa alasan:
a.
Individu
tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat, di mana ia berada.
b.
Individu
tidak dapat pula bekerja sendiri di dalam kehidupan.
c.
Dalam
suatu masyarakat yang besar perlu adanya pembagian kerja sebagai pekerjaan
dapat terlaksana apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d.
Di
dalam masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial
dapat bekerja dengan efektif.
e.
Semakin
banyak diakui mamfaat dari adanya penyelidikan yang ditujukan kepada
kelompok-kelompok.
D. PENDEKATAN-PENDEKATAN
DINAMIKA KELOMPOK
Status
dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian terdahulu, menjadi bahan
persaingan dari para ahli Psikologi, ahli Sosiologi, ahli Psikologi Sosial
maupun ahli yang menganggap Dinamika Kelompok sebagai bidang eksperimen saja.
Hal
ini ternyata membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam
Dinamika Kelompok, sehingga dalam pendekatan ini terdapat berbagai pandangan
para ahli antara lain:
1. Pendekatan
oleh Bales dan Homas
9
|
10
|
Selanjutnya
Homas menambahkan dengan adanya interaksi dalam kelompok, yang bersangkutan
merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
a.
Adanya
stratifikasi kedudukan warga.
b.
Adanya
deferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu
dengan yang lain;
c.
Adanya
perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh
faktor-faktor dari luar kelompok.
2. Pendekatan
oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan
pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi forma.
Selanjutnya Stogdill
menambahkan :
a.
Yang
dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
yang terorganisir dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan kelompok.
b.
Sedang
yang dimaksud kelompok yeng terorganisir ialah suatu kelompok dimana tiap-tiap
anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk
mencapai kerja sama dalam kelompok.
3. Pendekatan
dari Ahli Psyco Analisa oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger
Scheidlinger
berpendapat bahwa aspek-aspek motive dan emosional sangat memegang peranan
penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok itu akan
dapat berbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motive antar anggota kelompok.
Demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok
sehingga kelompok tersebut kokoh. Sementara itu Sigmund Freud berpendapat bahwa
di dalam setiap kelompok perlu adanya cohesiveness/kesatuan kelompok, agar
kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
Beliau
mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap-tiap
anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antar anggota satu dengan
anggota yang lain.
4. Pendekatan
dari Yennings dan Moreno
Pendekatan
ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sesiometri, yang sangat cocok
diterapkan dalam kelompok.
Yennings
mengemukakan konsepsinya tentang tentang pilihan bebas, spontan dan efektif
dari anggota kelompok yang satu terhadap
anggota kelompok yang lain dalam rangka pemebentukan ikatan kelompok.
Dalam
pada itu moreno, dengan sosiometrinya berhasil membedakan adanya:
a.
Psikhe-group
artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, atau simpati
atau antipati antar anggota.
b.
Socio-group
artinya suatu kelompok yang berbentuknya atas
dasar tekanan dari pihak luar.
Dalam
hubunganya dengan psikhe group dan socio group Yennings menambahkan bahwa
pelaksana tugas akan lebih lancar apabila pemebentukan sosio group disesuaikan
dengan psikhe groud, dengan memperhatikan fktor-faktor efesiensi kerja dan
kepemimpinan dalam kelompok.
Post a Comment