INTERAKSI
SOSIAL
Dalam
suatu pengelompokan gejala kejiwaan yang timbul antar anggota kelompok adalah
adanya interaksi sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bales maupun
Homans pada Bab 1.
Interaksi
sosial ini akan diuraikan selanjutnya pada Bab 2 secara panjang lebar.
Secara
berturut-turut akan diuraikan :
A. DEFINISI
DAN ASPEK INTERAKSI SOSIAL
1. Definisi
interaksi sosial
Pada
hakikatnya manusia telah memiliki sifat yang dapat digolongkan kedalam :
a.
Manusia
sebagai makhluk individual.
b.
Manusia
sebagai makhluk sosial
c.
Manusia
sebagai makhluk berke-Tuhanan
Khususnya
manusia sebagai makhluk sosial maka manusia sudah barang tentu dituntut untuk
menjadi hubungan sosial antar sesamanya dalam kehidupan di samping tuntunan
untuk hidup secara kelompok.
Hubungan
sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, mengandung
pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang
kehadirannya di samping kehadiran individu lain.
Hal
ini disebabkan bahwa dengan kata berarti “hubungan yang berdasarkan adanya
kesadaran yang satu terhadap yang lain, di mana mereka saling mengakui dan
saling mengenal atau mutual action dan mutual recognation.
Disamping
itu, manusia sebagai makhluk sosial, dituntut pula adanya kehidupan
berkelompok, sehingga keadaan ini mirip sebuah community, seperti desa, suku
bangsa dan sebagainya yang masing-masing kelompok memiliki ciri yang berbeda
satu sama lain.
Kehidupan
berkelompok ini, bukan ditentukan oleh adanya interest/kepentingan, tetapi
karena adanya the basic condition of a common life (syarat-syarat dasar
daripada kehidupan bersama) the basic condition of a common life ini merupakan
unsur pengikat kehidupan berkelompok mereka dan dapat berupa “locality, yakini
adanya daerah/tempat tinggal tertentu dan community sentiment, yakni suatu
perasaan tentang pemilikan bersama” dalam kehidupan.
Dalam
pada itu Harold Bethel menjelaskan bahwa the basic condition of a common life
dapat tercermin pada faktor-faktor antara lain.
1)
Grouping
of people artinya adanya kumpulan orang-orang
2)
Definite
place artinya adanya wilayah/tempat tinggal tertentu
3)
Mode
of living artinya adanya pemilikan cara-cara hidup
Atas
dasar uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa setiap individu dalam
kehidupan harus menjalin interaksi sosial antar individu lain, yang sama-sama
hidup dalam satu kelompok.
Dalam
hal menurut S.S. Sargent “ Social interaction is to cansider social behavior
always within a group framework, asa related to group structure an function”.
Apa yang
dikemukakan oleh S.S. Sargent tentang interaksi sosial pada pokoknya memandang
tingkah laku sosial yang selalu dalam kerangka kelompok seperti struktur dan
fungsi dalam kelompok.
13
|
14
|
Dengan
demikian kedua definsi tersebut diatas satu sama lain tidak ada perbedaan dalam
penngertian dan saling melengkapi sehingga hal ini akan memudahkan untuk
mengetahui aspek-aspek yang ada dalam interaksi sosial.
2. Aspek-aspek
Interaksi Sosial
Dengan
telah diketahui definisi interaksi sosial di atas, maka aspek-aspek dalam
interaksi sosial itu adalah berikut :
a.
Adanya
hubungan
Setiap
interaksi sudah barang tentu terjadi
karena adanya hubungan baik antara individu dengan individu maupun individu
dalam hubungan kelompok.
b.
Ada
individu
Setiap
interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang melaksanakan
hubungan.
c.
Ada
tujuan
Setiap
interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain.
d.
Adanya
hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok interaksi sosial yang ada hubungan
dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak
terpisah dari kelompok di samping itu tiap-tiap individu memiliki fungsi di
dalam kelompoknya.
3. Faktor-faktor
yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
Disamping
aspek-aspek tersebut di atas, dalam interaksi sosial ada faktor-faktor yang
ikut mempengaruhi interaksi sosial tersebut di mana faktor-faktor ini
menentukan berhasil/tidaknya interaksi sosial yang berlangsung.
Faktor-faktor yang
di maksud adalah :
a.
“The
nature of the social situation”. Situasi sosial itu bagaimanapun memberi bentuk
tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut.
b.
“The
norms previvailing in any given social groud”. Kekuasaan norma-norma kelompok
sangar berpengaruh terjadinya interaksi sosial antar individu.
c.
“Their
own personality trends”. Masing-masing individu memiliki tujuan kepribadian,
sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
d.
“a
person’s transitory tendencies”. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan
kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara.
e.
“The
process of perceiving and intepreting a situation”. Setiap situasi mengandung
arti bagi setiap individu sehingga hal ini mempengaruhi individu untuk melihat
dan menafsirkan situasi tersebut.
B. DASAR-DASAR
INTERAKSI SOSIAL
Seperti
uraian pada bagian muka, setiap individu di dalam kehidupannya selalu menjalin
interaksi sosial dengan sesamanya walaupun interaksi sosial tersebut dibatasi
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor dari dalam diri individu
maupun faktor dari luar individu.
Disamping
itu di dalam menjalin interaksi sosial, sudah barang tentu setiap individu
memiliki dasar-dasar tertentu baik dasar itu datang dari individu yang
bersangkutan maupun dasar itu datang dari liar individu. Adapun dasar-dasar
yang dimaksud adalah :
1) Imitasi
a. Timbulnya Imitasi Sebagai Dasar
interaksi Sosial
Gabriel
Terde penemu istilah imitasi ini atas dasar kesimpulan yang tertarik dari
tugasnya sebagai ahli hukum. Ia berpendapat bahwa kejahatan yang dilakukan oleh
masing-masing individu ternyata akibat imitasi.
Dari
hasil penemuannya ini kemudian ia kembangakan di masyarakat ia menyatakan
adalah hasil imitasi belaka, yang berlansung terus menerus sejak dahulu sampai
sekarang.
15
|
16
|
Bahkan
kata G. Taros “kehidupan sosial itupun
akibat imitasi karena ia beranggapan bahwa imitasi itu adalah kunci daripada
misteri/kejadian masyarakat yang tidak disertai dengan adanya perbedaan
masyarakat dan ia sendiri menyadari bahwa di dalam proses imitasi tersebut
terjadi hasil imitasi yang lebih baik daripada sebelumnya yang mengakibatkan
terdapatnya kemajuan dalam kehidupan sosial individu.
Dengan
demikian di dalam proses imitasi tersebut individu sering memperoleh invention
artinya individu dapat menemukan sesuatu yang baru, yang berbeda dengan keadaan
sebelumnya. Walaupun demikian G. Tarde mengakui bahwa proses penemuan baru
invention tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil individu sedangkan
sebagian besar individu hanyalah mengimitasi saja.
Lebih
lanjut diungkapkan oleh Trotter bahwa “adanya semangat untuk meniru dari
individu pada masyarakat, demikian kata Wallet Bogthot timbul kesamaan yakni
kecakapan meniru”. Selanjutnya disebutkan bahwa tingkah laku imitasi tersebut
merupakan hasil principe attraction.
b.
Definisi
Atas
dasar uraian timbulnya teori imitasi dari Gabriel Tarde maka pengertian/definisi
imitasi akan diberikan pada bagian berikut ini sehingga terlihat imitasi itu
secara keseluruhan G. Tarde mengungkapkan bahwa imitasi berasal dari kata
imitation yang berarti penemuan. Hal ini disebabkan karena manusia itu pola
dasarnya individualiteit, namun dipihak lain manusia mempunyai kesanggupan
untuk menirukan sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial.
Selanjutnya
ada yang berpendapat bahwa :”With imitation one person copies another” artinya
individu itu mencontoh yang lain, sehingga individu memiliki “ a passive role
ini relation” dengan individu lain.
Sementara
itu ada pula yang menyebutkan :”Imitation is to copy or produce action of
another”. Jadi tingkah laku yang dihasilkan berasal dari individu lain.
Hal
ini dapat disimpulkan bahwa imitasi yang dilaksanakan individu serupa dengan
idio-motor action yakni adanya tingkah laku yang bersifat otomatis sehingga
menimbulkan .mengakibatkan adanya tingkah laku yang seragam.
c. Syarat-syarat Imitasi
Salah
satu hal yang belum pernah disinggung oleh Gabriel Tarde dalam hal berimitasi
adalah apa yang menjadi persyaratan di dalam imitasi tersebut, di mana
persyaratan itu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hal berimitasi.
Sementara itu
Choros menggunakan beberapa persyaratan dan berimitasi sebagai berikut :
1)
Harus
ada minat/perhatian terhadap hal/sesuatu yang akan diimitasi.
Minat/perhatian
merupakan tuntutan pertama dalam imitasi dari tiap individu dan merupakan
sesuatu yang membedakan hasil imitasi dari tiap individu dan merupakan sesuatu
yang membedakan hasil imitasi antara individu satu dengan yang lain.
2)
Harus
ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi pada hal-hal yang diimitasi.
Sesuatu
hal yang dihargai/dijunjung tinggi pasti yang lebih baik daripada apa yang
dimiliki oleh individu yang akan mengadakan imitasi atau sesuatu yang tidak
dimiliki oleh individu.
3)
Harus
ada penghargaan sosial yang tinggi
Sering
terlihat bahwa individu yang mengadakan imitasi dengan maksud ia akan
memperoleh tingkah laku di mana tingkah laku ini dapat mendatangkan penghargaan
sosial di dalam lingkunganya.
17
|
18
|
4)
Harus
ada pengetahuan dari individu
Pengetahuan
individu dapat menentukan hasil imitasi dan masing-masing individu walaupun
ketiga persyaratan telah sama-sama dipenuhi individu.
d. Macam-macam Imitasi
Setiap
individu yang mengadkan imitasi, dapat menempuh berbagai cara sehingga dengan
demikian dapat megakibatkan bermacam-macam imitasi yang terjadi.
Dalam hal ini
Baldwin melihat 2 macam imitasi :
1)
Non
deliberate imitation. Yang dimaksud dalah suatu peniruann yang berlangsung
tanpa mengetahui maksud dan tujuan dari peniruan tersebut.
2)
Deliberate
imitation. Adalah suatu penituan yang berlangsung dengan segaja artinya suatu
peniruan dengan maksud dan tujuan tertentu dari peniruan yang dilaksanakan.
e. Tahap Dalam Proses Imitasi
Dalam setiap
imitasi yang tanpa sengaja, mengandung 3 tahap yang harus dilalui.
1.
Tahap
proyeksi. Pada tahap ini individu memperoleh kesan dari sesuatu yang akan
diimitasi.
2.
Tahap
subyektif. Pada tahap ini individu cenderung untuk menerima hal-hal yang akan
diimitasi, misalnya sikap, dan tingkah laku dan individu lain.
3.
Tahap
obyektif. Pada tahap ini individu telah menguasai apa yang akan diimitasi
sehingga akhirnya ia dapat berbuat seperti individu lain yang akan diimitasi.
f.
Hukum-hukum
Imitasi
Dari hasil
penyelidikan Gabriel Terde, sampailah pada hukumu-hukum imitasi yang meliputi :
1.
The
law of descent
Artinya
sesuatu golongan atas menjadi obyek peniruan dari golongan yang di bawahnya.
Golongan
atas yang dimaksssud dapat berupa keadaan (kaya, berpengaruh),keahlian (ahli
ilmu pengetahuan/keterampilan), kedudukan (pimpinan) dan faktor psikologis
(kewibawaan).
2.
The
law of geometrical progression
Yang
dimaksud adalah sesuatu proses peniruan sudah barang tentu dimulai dari sumber
asalnya.
3.
The
law of the internal before the exotic
Artinya
suatu proses peniruan terhadap kebudayaan sendiri akan lebih mudah daripada
kebudayaan asing.
g. Akibat Imitasi
Didalam setiap
proses imitasi, dalam hubungannya dengan interaksi sosial, dapat memberikan
akibat positif dan akibat negatif.
1)
Akibat
positif ini dapat terlihat :
a)
Dapat
diperoleh kecakapan dengan segera
b)
Adanya
sesuatu tingkah laku yang seragam
c)
Dapat
mendorong inidividu/kelompok untuk bertingkah laku.
2)
Akibat
negatif dapat berupa :
a)
Apabila
yang diimitasi hal-hal yang salah, dapat menimbulkan kesalahan massal.
b)
Dengan
imitasi, dapat menghambat cara berpikir kritis.
2. Sugesti
a.
Timbulnua
sugesti sebgai dasar interaksi sosial didahului oleh berbagai pandangan para
ahli yang mempunyai kesamaan walaupun dengan istilah yang berbeda satu dengan
yang lain.
1)
19
|
20
|
2)
Baid
dengan konsepsinya: Idio motor response. Baid mengatakan adanya “hypnotism”
untuk menggambarkan gejala di bawah imbal kata/diskusi dan hipnotisme tersebut
dibatasi oleh lapangan kesadaran.
Ia
memperingatkan betapa pentingnya perhatian individu, karena banyak isi jiwa
individu diakibatkan oleh pengamatan terhadap tingkah laku individu lain, sehingga
individu yang bersangkutan cenderung mencontoh tingkah laku individu lain
secara spontan.
Ahli
lain seperti Liebeult menyamakan konsep sugesti dengan hypnotism, sedang
Burbeheim mengembangkan konsep ini menjadi sugestive-psychotherapy artinya
pengobatan terhadap kejiwaan melalui peristiwa sugesti.
Sedangkan
Y.M Charchot menolak konsepsi hynotism ini karena dalam hipnotisme terjadi
keretakan kepribadian/disosiasi dan hal ini tidak disadari dalam tingkah laku
biasa.
Lebih
lanjut Sidis menyebutkan hypnotism sebagai gejala abnormal stigtibility, yang
ditandai oleh disosiasi dan disagregation dari pada kesadaran.
3)
Kesadaran
yang kacau, konsepsi dari Gustave Ie Bon. Buah pikiran Gustave Ie Bon
dituliskan dalam buku “La Psychologie des faules” yang kemudian diterjemahkan
dengan The Crowd, memusatkan perhatian pada tingkah laku individu dalam
hubungannya dengan situasi massa.
Menurut
Gustave Ie Bon, tingkah laku individu dalam suasana massa berbeda dengan
tingkah laku individu biasa sepertinya individu lebih inpulsif , mudah
tersinggung, agresif,mudah terbawa arus sentimen, kurang rasional, sugestibel,
dan sebagainya.
Dari
hasil penyelidikannya, sampailah Gustave Ie Bon pada kesimpulan bahwa dalam
situasi massa terdapat ciri-ciri:
(a)
Individu
akan kehilangan rasa tanggung jawab. Dalam suasana massa, individu kehilangan
kepribadiannya, walaupun hannya bersifat semu. Hal ini disebabkan karena dalam
keadaan massa kepribadian individu diganti dengan kepribadian massa, yang
merupakan hal yang bersifat abstrak.
Kepribadian massa ini merupakan
kekuatan/pendorong bagi setiap individu untuk bertingkah laku dalam suasana
massa, tingkah laku mana bersifat agresif, irasional, otomatis dan tidak
didasarkan atas pemikiran sehat.
(b)
Individu
terkena infeksi jiwa. Dalam suasana massa, jiwa massa itu terus-menerus
merambat pada setip anggota massa sehingga semakin lama mereka tinggal di dalam
massa semakin tebal jiwa yang tertanam pada diri individu.
(c) Jiwa massa sangat sugestif. Jiwa
massa, yang menghinggapi setiap individu anggota massa, mempunyai sifat
sugestif sehingga jiwa itu bersifat mempengaruhi dan makin lama makin tertanam
lebih mendalam pada setiap individu massa.
Keadaan
ini dapat terlihat jelas pada tingkah laku individu anggota massa seperti
adanya kekompakan pada massa yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang
seragam, tingkah laku lebh agresif dari sebelumnya dan tingkah laku yang
dikendalikan oleh emosional.
b.
Definisi
Istilah
sugesti in mula-mula dikenalkan secara luas oleh Gustave Ie Bon dan istilah
sugesti itu berasal dari kata lain: suggere yang berarti mempengaruhi.
21
|
22
|
Sementara
itu S.S Sargent memcoba memberi pengertian sugesti: “one persom induces
uncritical acceptance of ideas, or uncondcious per formance of acts, in other”.
Selanjutnya
ada yang menyebutkan sugesti adalah “suatu proses dimana seseorang individu
memberikan pandangan atau sikap yang lalu diterima oleh individu lain di luar
dirinya, tanpa ada pemikiran kritis sebelumnya”.
Dengan
demikian dari berbagai pengertian tentang sugesti ternyata pada dasarnya
sugesti adalah pemberian pengaruh kepada yang lain tanpa dikritik terlebih
dahulu, sehingga akibatnya terjadi tingkah laku yang seragam di antara mereka.
c. Syarat-syarat
Sugesti
Dari
hasil pengamatan sementara ahli, yang menyangkut peristiwa sugesti, maka
syarat-syarat sugesti adalah:
1)
Menurut
Thomas Brown. Bahwa setiap asosiasi yang terjadi pada jiwa individu adalah
suatu gejala sugesti.
2)
Menurut
Cantril. “sugesti terjadi bila seseorang individu dihinggapi oleh situasi yang
kritis dan individu tidak dapat membuat suatu ketentuan yang pasti”.
d. Macam-macam
Sugesti
Dari
uraian tentang pengertian sugesti, maka ada yang membagi macam-macam sugesti
sesuai dengan sasaran dimana sugesti tersebut akan diterapkan.
Adapun macam-macam sugesti tersebut
adalah:
1)
Auto
sugesti. Suatu proses sugesti yang diberikan kepada dirinya sendiri sehingga
akan diperoleh tingkah laku lebih meningkat daripada sebelumnya.
2)
Hetero
sugesti. Suatu proses sugesti yang berlangsung, dan ditujukan kepada individu
lain agar individu lain dapat dipengaruhi sesuai dengan maksud individu yang
memberi pengaruh.
e. Hukum-hukum
Sugesti
Dengan
melihat proses berlangsungnya sugesti, maka Sidis memberikan gambaran
hukum-hukum sugesti sebagai berikut:
1)
Bertambahnya
sugesti sebanding dengan bertambahnya perpecahan atau pertentangan daripada
keutuhan kesadarannya.
2)
Bertambahnya
sugesti pada orang-orang normal terlaksana secara tidak langsung daripada
sugesti secara yang tidak langsung.
3)
Bertambahnya
sugesti pada orang-orang tidak normal terlaksana secara langsung daripada sugesti
yang secara tidak langsung. Baik sugesti secara langsung maupun sugesti secara
tidak langsung bermaksud untuk mempatkan kembali sistem tingkah laku pada
sesuatu situasi tertentu, yang dihadapi individu yang bersangkutan.
f.
Faktor-faktor yang Mempercepat Sugesti
Suatu
peristiwa sugesti yang terjadi, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari
dalam individu maupun dari luar individu.
Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1)
Karena
hambatan berpikir. Keadaan seseorang yang berbeda dengan keadaan yang normal menyebabkan
individu tersebut mudah disugesti. Misal: keadaan lelah, sakit dan sebagainya.
2)
Karena
keadaan pikiran terpecah-belah. Keadaan seorang individu yang menghadapi
bermacam-macam hal, menyebabkan individu tersebut mudah disugesti.
23
|
24
|
3)
Karena
keadaan otoriteit. Hal-hal yang merupakan hak milik individu, menyebabkan
individu yang bersangkutan mudah memberi sugesti dan mudah diterima oleh
individu lain.
Misal:
orang yang pandai, ahli, berpengaruh dan sebagainya.
4)
Karena
keadaan mayoritas. Keadaan mayoritas menyebabkan individu mudah terkena sugesti
oleh individu lain.
Misal: individu yang bersama-sama individu
lain saat melihat sepakbola.
5)
Karena
keadaan will to believe. Keadaan yang berfungsi untuk lebih meyakinkan
menyebabkan individu lebih mudah dikenai sugesti.
Misal: Seorang mahasiswa diberi
pengumuman tentang pekan sunyi saat
menjelang tentamen oleh temannya.
3.
Identifikasi
a.
Timbulnya
Identifikasi Sebagai Dasar Interaksi Sosial
Menurut
Sigmund Freud, setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada
situasi tertentu, dimana individu itu berada bersama-sama individu lain.
Akan
tetapi nafsu ini seringkali tidak memenuhi tuntutan yang ada artinya banyak
individu yang tidak dapat menempatkan diri sehingga individu tersebut sukar
untuk bertingkah laku.
Untuk
mengatasi keadaan ini, maka individu yang bersangkutan melaksanakan apa yang
disebut dengan identifikasi kepada individu lain sehingga dengan demikian
akhirnya ia dapat bertingkah laku seperti teman-temannya.
Memang
disadari oleh Sigmund Freud bahwa nafsu-nafsu pada individu tersebut seringkali
berada dalam keadaan terpendam sehingga perlu bantuan pihak luar untuk
menyalurkan nafsu ini.
b.
Definisi
Menurut
Sigmund Freud, identifikai berarti: “dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan individu lain”. Sejak manusia memiliki kesadaran akan egonya sehingga
identifiksi merupakan alat yang penting bagi dirinya untuk saling hubungan
dengan yang lain.
Ahli
lain berpendapat bahwa: “identification server as a fashion of a model. The
machanism of identification functions widely in social situation”.
Dari
beberapa definisi tersebut di atas ternyata identifikasi sebagi poses
menyamakan dirinya dengan individu lain. Jadi dengan kata lain identifikasi
sebagai alat untuk sosialisasi individu dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Proses dan Tujuan
Identifikasi
yang berlangsung pada diri individu, pertama-tama secara tidak disadari artinya
individu yang bersangkutan melakukan sesuatu tingkah laku seperti tingkah laku
orang lain adanya/disertai perasaan dan pemikiran.
Di
lain pihak proses identifikasi sering bersifat irasional di dalam arti proses
tersebut seakan-akan tidak mungkin dilakukan, tetapi proses tersebut tetap
berlangsung dan apapun hasilnya tidak menjadi persoalan baginya.
Adapun
yang menjadi tujuan proses identifikasi adalah individu yang bersangkutan ingin
mempelajari tingkah laku individu lain walaupun tanpa disadari sebelumnya dan
umumnya proses ini berlangsung lama serta baru disadari apabila proses tersebut
telah membawa suatu hasil.
4.
Simpati
a. Timbulnya Simpati
Istilah
simpati dikenalkan oleh Mac Dougull dan
berasal dari adanya self interest yang ada pada masing-masing individu dan
dicerminkan dalam bentuk tingkah laku.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, self interest itu menunjukkan fungsinya sehingga
kehidupan individu berlandaskan mencari keuntungan belaka. Oleh karena itu
kehidupan bersama sebenarnya tidak perlu diadakan.
25
|
26
|
Sementara
itu ahli lain seperti T. Ribot , Herbert Spencer dan lain-lain mengatakan bahwa
setiap individu itu memiliki self love yang tidak hanya ditujukan pada diri
sendiri, tetapi self love juga kepada individu lain serta self-love ini menjadi
dasar utama pada hubungan antar individu.
b. Defenisi
Simpati
Istilah simpati berasal dari
bahasa latin sympathia yang berarti turut merasakan. Kemudian istilah itu
berkembang, sehingga simpati berarti “a foundation of all social existence”
artinya dasar dari semua kenyataan sosial.
Ada yang berpendapat lain bahwa
simpati adalah “suatu relasi kerjasama antara dua atau lebih individu yang
menjamin terdapatnya saling mengerti” sehingga simpati itu merupakan salah satu
dasat untuk menjalin interaksi sosial.
Sedangkan perumusan lain dari
simpati adalah “perasaan tertariknya individu yang satu terhadap individu lain”.
Dari beberapa difinisi tersebut
di atas dapatlah diambil pengertian bahwa simpati pada dasarnya suatu proses
tertariknya seseorang individu kepada individu lain dalam suasana atau situasi
sosial.
c.
Proses dan Tujuan Simpati
Proses
berlangsungnya simpati sering tidak atas dasar logis rasional tetapi lebih
banyak atas dasar penilain perasaan dan umumnya rasa tertarik pada simpati ini
meliputi keseluruhan ciri pola tingkah laku atau keadaan individu lain.
Di
lain pihak proses simpati ini berlangsung secara perlahan-lahan, disadari dan
berkembang secara wajar di dalam interaksi sosial serta sering kali simpati
memerlukan waktu cukup panjang dan disertai dedikasi antar mereka.
Adapun yang menjadi tujuan daripada
simpati adalah agar terciptanya kerja sama dan saling pengertian oleh karena
dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama di antara
mereka.
Beberapa ahli
menyebutkan macam-macam simpati sebagai berikut:
1)
Adam
Smith, membagi simpati menjadi:
a)
Simpati
yang menimbulkan response yang cepat, hampir seperti repleks.
Misal: melihat orang memanjat pohon sampai
tinggi, menjadi ngeri.
b)
Simpati
yang sifatnya lebih intelektual.
Misal: mengucapkan selamat, bila teman meraih
kesuksesan.
2)
Herbert
Spencer, membagi simpati menjadi:
a)
Perspectively
presentative artinya simpati yang timbul secara cepat, seperti refleks.
b)
Representative
artinya simpati yang sadar refleksife
Misal: mengucap selamat, atas kedatangan tamu.
c)
Re-representative
sympathy artinya simpati yang kadar intelektualnya lebih tinggi.
Misal: mengucap salut atas keberhasilan seseorang
untuk membantu kehidupan adiknya sampai menjadi sarjana.
3)
Theodore
Ribot, membagi simpati menjadi
a)
Tipe
primitif atau otomatis artinya simpati yang dapat diterangkan melalui response
bersyarat.
b)
Tipe
reflektif artinya simpati yang menimbulkan kesadaran pad diri sendiri.
c)
Tipe
intelektual artinya simpati yang bersifat umum dan lebih abstrak.
4)
Max
Scheler, membagi simpati menjadi:
a)
Einsfuhlung
artinya simpati yang prosesnya bersifat primitif, kurang berdasar atas
pemikiran. Disebut juga emphaty.
b)
Meteinander
fuhlung artinya simpati yang prosesnya berlangsung dengan spontan.
c)
27
|
28
|
d)
Einsfuhlung
artinya simpati yang proses berlangsungnya atas dasar identifikasi perasaan.
Disebut juga: emphaty.
e)
Nachfulung
artinya simpati yang prosesnya berlangsung atas dasar perasaan masing-masing
individu, sehingga dapat terjadi perbedaan.
f)
Mitgefuhl
artinya simpati yang prosesnya atas dasar penimbangan perasaan orang lain
bersifat positif.
g)
Menchenliebe
artinya simpati yang prosesnya atas dasar penghargaan dan penghormatan kepada
individu lain. Dapat berbentuk: altruisme dan phylannopi.
h)
Akosmisch
person und gottesliebe artinya simpati yang prosesnya atas dasar penyatuan jiwa
dengan Tuhan.
C. BENTUK-BENTUK
INTERAKSI SOSIAL
Di dalam interaksi sosial di samping
mempunyai dasar-dasar, maka interaksi sosial memiliki pula bentuk-bentuk
tertentu, yang berbeda dengan bentuk kelompok yang akan dibicarakan pada bab
berikutnya.
Dalam hubungan ini bentuk-bentuk
interaksi sosial yang ada menurut:
1.
Merton
Deuttah; Terbagi atas:
a.
Kerja
Sama/Cooperation.
1)
Dalam
memberi pengertian kerja sama, S.S Sargett
merumuskan: “...is coondinated effort directed toward a sharable goal it
is most likely to occler in situations where an end cannot be anained by purely
individual effort”.
Pada
pokoknya kerja sama diartikan sebagai terpusarnya berbagai usaha secara
langsung untuk tujuan terpisah.
Hal ini merupakan kesesuaian
dengan situasi di masa dimana tujuan akhir tidak dapat dicapaii denganuasha
khusus individu ada pula yang menunjukkan bahwa kerja sama adalahh suatuu
bentuk interaksi sosial di mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan
erat dengan tujuan anggtoa yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan
sehingga individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai
tujuan.
2)
Proses
timbulnya kerja sama.
Proses timbulnya kerja sama lain
adalah apabila individu menyadari mempunyai tujuan/kepentingan yang sama dan
pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengadilan diri untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam bentuk kerja sama tersebut
ada kesediaan dari seseorang anggtoa kelompok untuk mengganti kegiatan anggota
kelompok yang lain karena kegiatan yang dilaksanakan adalah saling tergantung
dengan kegiatan yang lain dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan bersama.
Perlu disadari bahwa tujuan
bersama tersebut merupakan perpaduan/kepentingan masing-masing individu anggota
kelompok sehingga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling
membantu dan saling memberi/menerima pengaruh dari anggota yang lain.
3)
Macam
– macam kerja sama
Dalam
kerja sama ada yang disebut :
a)
Bergaining
yakni “suatu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa
andara dua organisasi atau lebih.
b)
Cooperation
yakni “suatu proses penerimaan unsur-unsur baruu dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi sebagai salah satuu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan
dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
c)
29
|
30
|
d)
Joint
venture yakni suatu bentuk kerja sama antara dua atau lebih organisasi atau jasa guna memperoleh
suatu keuntungan dalam waktu yang sama.
b. Persaingan
Competition
1)
Pengertian.
Dalam hal ini yang dimaksud
dengan pengertian persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana seseorang
individu dapat mencapai tujuan maka individu lain akan terpengaruh dalam
mencapai tujuan tersebut.
Ahli lain memberi pengertian
bahwa persaingan adalah suatu proses sosial di mana individu/kelompok saling
berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan.
Proses dari persaingan itu berlawanan sama sekali dengan proses kerja sama dan
masing-masing individu atau kelompok disesbu dengan rivalri.
2)
Bidang-bidang
tempat persaingan.
Bidang – bidang yang
dapat digunakan sebagai tempat persaingan adalah :
a)
Bidang
ekonomi
b)
Bidang
kebudayaan
c)
Bidang
kedudukan.
d)
Bidang
kesukuan/ras
3)
Fungsi-fungsi
persaingan
Persaingan
memiliki fungsi-fungsi antara lain :
a)
Persaingan
dapat menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok
b)
Persaingan
sebagai jalan untuk menarik perhatian umum atauu masyarakat
c)
Persaingan
untuk sarana seleksi atas dasar seks atau kesosialan untuk memberi
peranan/kedudukan
d)
Persaingan
sebagai alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga
tujuan kelompok lakas tercapai.
2.
Park
dan Burges
Dalam
bentuk interkasi sosial Parkk dan Burgess membagi :
a.
Competition/persaingan
(lihat
uraian di bagian depan)
b.
Conflict/pertentangan
1)
Pengertian
Yang dimaksud konflik adalah
suatu bentuk interaksi sosial di mana seseorang individu/kelompok dapat
mencapai tujuan maka individu /kelompok lain akan hancur.
Ada lagi pengertian konflik:”.....
is intermiftent rather than lasting and may emerge at any time from the quiter,
more stable, on going processes of social inter action”. Selanjutnya
konflik:”.... is rooted in aggresive reactions to frustation and anger”.
Yang lain berpendapat bahwa
konflik adalah “suatu proses sosial di mana individu-individu atau kelompok
individu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan
ancaman atau kekerasan.
2)
Sebab-sebab
terjadinya konflik.
a)
Adanya
perbedaan pendirian atau perasaan antara individu sehingga terjadi konflik di
antara mereka.
b)
Adanya
perbedaan kepribadian di antara mereka, yang di sebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang kebudayaan.
c)
Adanya
perbedaan kepentingan individu atau kelompok di antara mereka.
d)
Adanya
perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan
nilai/sistem yang berlaku.
31
|
32
|
3)
Bentuk-bentuk
pertentangan.
Bentuk-bentuk
pertentangan dapat diuraikan sebagai berikut:
a)
Pertentangan
pribadi artinya pertentangan yang berlangsung antara dua orang.
b)
Pertentangan
rasial artinya pertentangan artar suku bangsa yang ada.
c)
Pertentangan
kelas sosial artinya pertentangan antara kelas yang ada dalam masyarakat.
d)
Pertentangan
politik artinya pertentangan yang menyangkut golongan di masyarakat.
e)
Pertentangan
internasional artinya pertentangan antar negara yang disebabkan oleh perbedaan
kepentingan.
4)
Akibat-akibat
pertentangan.
a)
Bertambahnya
rasa solidaritas antara anggota.
b)
Hancurnya
atau retaknya kesatuan kelompok.
c)
Adanya
perubahan kepribadian seseorang individu.
d)
Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia.
c.
Accomodational/Persesuain
1. Pengertian
akomodasi
Ada beberapa pengertian akomodasi yakni
menurut S.S. Sargnet, akomodasi adalah : “ .....a process of increasing mutual
adaption aor adjument. Typecally accomudation is a kind of compromose by which
conflict is halted, though often only temporarily”.
Ada yang memberi pengertian akomodasi adalah
“usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yakni usaha-usaha
untuk mencapai kestabilan.
Atau menurut ahli Sosiolosi,
akomodasi berarti usaha proses di mana individu atau kelompok saling mengadakan
penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
2. Tujuan
akomodasi
Ada beberapa tujuan akomodasi,
antara lain :
a) Untuk mengurangi pertentangan
antara individu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham
b) Untuk mencegah meledaknya
pertentangan yang bersifat sementara.
c) Untuk memungkinkan kerja sama
antara kelompok-kelompok sosial sebagai akibat psikologis atau kebuadayaan.
d) Untuk mengusahakan peleburan
antara kelompok-kelompok sosial.
3. Bentuk-bentuk
akomodasi
a) Coercion artinya suatu bentuk
akomodasi diman proses berlangsungnya secara paksaan.
b) Compromise adalah suatu bentuk
akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntunannya agar tercapai
suatu penyelesaian.
c) Arbitration adalah suatu bentuk
akomodasi dimana pihak-pihak yang saling bertentangan tidak sanggup untuk
mencari penyelesaiannya sendiri.
d) Mediation adalah suatu bentuk
akomodasi di mana proses penyelesaian dilaksanakan dengan meminta bantuan pihak
ketiga.
e) Consiliation adalah suatu bentuk
akomodasi dimana prosesnya melalui permufakatan dari keinginan pihak-pihak yang
berselisih agar tercapai persetujuan.
f) Teleration adalah suatu bentuk
akomodasi di mana proses penyelesaian yang ada atas dasar persetujuan formal.
g) Stalemate adalah suatu bentuk
interaksi sosial dimana pihak-pihak yang beeselisih berhenti pada keadaan
tertentu karena keduanya memiliki kekuatan seimbang.
h) Adjucation adalah suatu bentuk
akomodasi di mana proses pencapaian persetujuan melalui suatu pengadilan.
33
|
34
|
4.
Hasil-hasil
yang dicapai akomodasi
a) Terjadinya integrasi di dalam
masyarakat
b) Dapat menekan oposisi
c) Sebagai sarana koordinasi dari
kepribadian yang berbeda
d) Terjadinya perubahan yang sesuai
dengan keadaan yang baru
e) Terjadinya perubahan kedudukan
f) Membuka jalan ke arah asimilasi
d. Assimilation/Asimilasi/Perpaduan
1. Pengertian
asimilasi
S.S.
Sargent berpendapat : “Assimilation is a process of interpenetration and fusiam
in whcih persons and groups asquire the memories, sentimens and attitudes of
other persons and groups and by sharing their experiencies and history, are
incorperated with them in a cultural life.”
Pendapat
lain mengatakan bahwa asimilasi adalah “suatu proses sosial dalam taraf
kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan
yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok-kelompok dan juga
merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan
proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan/tujuan
bersama”.
2. Proses
Asimilasi
Asimilasi yang merupakan bentuk
interaksi sosial diawali dengan adanya perbedaan perbedaan kepentingan/tujuan
dari masing-masing individu atau kelompok dimana mereka saling mempertahankan
berpendapat mereka masing-masing.
35
|
36
|
1
|
Akibat
dari interaksi ini, kedua belah pihak kemudian saling mengadakan penyesuaian
diri, di mana proses penyesuaian diri ini sering tanpa melalui paksaan, tetapi
melalui kesadaran dan kemauan masing-masing.
Penyesuaian
diri yang dilakukan adalah penyesuain diri terhadap norma-norma idiil, sehingga
akhirnya keduanya dapat mencapai keterpaduan kepentingan atau tujuan.
3. Faktor-faktor
yang mempercepat proses asimilasi
a. Adanya toleransi dari kedua belah
pihak
b. Adanya keseimbangan dari keduanya
c. Adanya sikap terbuka
d. Adanya persamaan unsur kebudayaan
dari keduanya
e. Adanya perkawinan campuran
f. Adanya ancaman bersama dari luar
4. Bentuk-bentuk
dari asimilasi
a. Alienation artinya suatu bentuk
asimilasi dimana individu kurang baik di dalam interaksi sosial.
b. Stratification adalah suatu
proses di mana individu yang mempunyai kelas, kasta tingkat atau status memberi
batas yang mempunyai kelas, kasta, tingkat atau status memberi batas yang jelas
dalam masyarakat.
3. Krout
Krout
membagi interaksi sosial ke dalam :
a.
Komensialisme
artinya satu interaksi sosial yang sosial yang dilaksanakan tanpa adanya
perjanjian lebih dahulu.
b.
Parasialisme
artinya suatu interaksi sosial yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja.
c.
Mutualisme
artinya suatu interaksi suatu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah
pihak.
d.
2
|
D. TEORI-TEORI
INTERAKSI SOSIAL
Ada
dua teori penting dalam interaksi sosial, yakni :
1. Teori
Interaksi Sosial dari Bales
a.
Aspek-aspek Interaksi Sosial
1.
Situasi
: yakni suatu suasana dimana tingkah laku masing-masing individu tersebut
berlangsung.
2.
Aksi/interaksi
: yakni suatu tingkah laku yang tampak sebagai pernyataan pribadi.
b.
Macam-macam Interaksi Sosial
1.
Interaksi
antara individu dengan diri pribadi.
2.
Interaksi
antara individu dengan individu
3.
Interaksi
antara individu dengan kelompok
4.
Interaksi
antara kelompok dengan kelompok
c.
Fase-fase dalam Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu
proses yang komplek sehingga bila dianalisa terdapat fase-fase sebagai berikut
:
1)
Dalam
interaksi terdapat aspek-aspek artinya setiap interaksi harus memenuhi aspek-aspek
tersebut di atas.
2)
Dalam
interaksi sosial ada dimensi waktu artinya interaksi sosial pasti memiliki
waktu untuk digunakan berinteraksi.
3)
Dalam
interaksi sosial apa problem yang timbul, baik bersifat individu maupun
bersifat bersama, dan dapat terjadi antara problem tersebut saling bertautan
satu sama lain.
4)
Dalam
interaksi sosial timbul ketegangan dalam penyelesaian problem yang ada,
ketegangan yang ada pada setiap individu.
5)
Dalam
interaksi sosial timbul suatu intergrasi artinya proses penyelesaian dari
problem yang ada tersebut.
d.
Kriteria
untuk analisa interaksi
Bales
mengunakan kriteria untuk analisa interaksi sosial sebagai berikut :
1)
Bidang
sosio emosional, yang terbagi menjadi :
a) Reaksi-reaksi positif, meliputi :
1)
Menunjukan
solidaritas, pemberian bantuan, hadiah.
2)
Menunjukkan
ketegangan, kepuasan, tertawa.
3)
Menunjukan
kesetujuan, penerimaan, pengertian dan sebagainya.
b) Reaksi-reaksi negatif meliputi :
1)
Menunjukan
pertentangan, mempertahankan pendapat sendiri.
2)
Menunjukan
ketegangan, acuh tak acuh
3)
Menunjukan
ketidaksetujuan, penolakan, formalitas.
2)
Bidang
tugas-tugas yang terbagi mejadi :
a)
Memberi
jawaban, meliputi :
1) Memberi saran, tujuan
2) Memberi pendapat, penilaian,
analisa
3) Memberi informasi, orientasi,
pengulangan
b)
Meminta
tugas-tugas, meliputi :
1) Meminta saran, tujuan, kegiatan,
yang positif
2) Meminta pendapat, penilaian,
analisa
3) Meminta orientasi, informasi,
pengulangan.
Dari
kedua kategori tersebut, oleh Bales dibagi lagi menjadi 6 kawasan masalah
sebagai berikut :
1)
Masalah
orientasi, meliputi 2a, (3) dan 2b. (3)
2)
Masalah
penilaian, meliputi 2a (2) dan 2 (b) (2)
3)
Masalah
pengawasan, meliputi 2a (1) dan 2b (1)
4)
Masalah
keputusan, meliputi Ia (3) dan 1b (1)
5)
Masalah
ketegangan meliputi Ia (2) dan Ib (2)
6)
Masalah
integritas, meliputi Ia (1) dan Ib (1)
37
|
38
|
e.
Proses
Analisa Interaksi Sosial
Dengan
kriteria tersebut di atas, Bales menggunakan kriteria tersebut untuk mengadakan
penyelidikan 2 kelompok yang sedang mengadakan diskusi, dengan hasil sebagai
berikut :’
Analisa
tersebut di atas menunjukan :
1)
Memberi
opini dan menunjukan persetujuan, serta memberi informasi sering dilakukan.
2)
Menunjukan
solidaritas, meminta informasi, pendapat, jarang dilakukan.
3)
Menunjukan
ketegangan dan pertentangan serta meminta saran lebih jarang dilakukan.
2. Teori Interaksi Sosial dari G.C.
Homans
a.
Sumber teori G.C Homans
Dalam menyusun
teorinya G.C Homans berdasarkan penyelidikan sebagai berikut :
1.
Bank
wiring group of Hawthom works of the company oleh Roethlisberger dan Dickson.
2.
Norton
Street Gang oleh J.F. Whyle
3.
Family
in Tikopis oleh Raymond Firth.
4.
Disentegration
at Hilltown New England oleh H. Hatch.
5.
Electrical
Equipment Company oelh C.M. Aremberg dan D. Macgregor.
b.
Aspek-aspek dalam Interaksi
Sosial
G.C
Homans membagi aspek-aspek dalam interaksi sosial sebagai berikut :
1)
Adanya motif/tujuan yang sama artinya
setiap individu yang mengadakan interaksi mempunyai motif/tujuan tertentu.
2) Adanya suasana emosional yang sama artinya
bahwa setiap individu didorong oleh perasaan masing-masing yang sama dalam
interaksi sosial.
3)
Adanya interaksi artinya setiap individu dalam keadaan demikian pasti
berhubungan dengan indivudi lain, yang disebutkan dengan interaksi.
Dipandang dari segi individu maka interaksi itu disebut dengan
aksi..
4)
Adanya
pimpinan artinya bahwa adanya interaksi, aksi dan sentimen ini menimbulkan
suatu bentuk pimpinan dan umumnya berlangsung secara wajar serta merupakan
bentuk piramida.
5)
Adanya
eksternal sistem artinya bahwa dengan adanya interaksi dan sintimen maka mereka
tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh luar dan pengaruh dari luar ini
disebut dengan eksternal sistem.
6)
39
|
40
|
c.
Hipotesa dari G.C Homans
Atas dasar penyelidikan dari
kelompok ahli tersebut dan aspek-aspek yang ada dalam interaksi disusunlah
hipotesa sebagai berikut :
Hipotesa 1 : Apabila interaksi antara anggota kelompok makin
sering, sentimen tertarik makin besar, dan kemudian sentimen ini mendorong
unutk makin besarnya interaksi.
Akan
tetapi ada 2 pernyataan yang timbul dengan hipotesa tersebut, yakni :
a)
Bagaimana
hipotesa tersebut apabila diterapkan pada orang-orang yang saling
bermusuhan/tidak menyukai satu sama lain? Sebab pada orang-orang yang saling
bermusuhan, makin sering mereka berinteraksi makin menimbulkan interaksi.
b)
Bagaimana
hipotesa tersebut sehubungan dengan aspek tautologi yang ada di dalamnya?
Artinya pada tiap kelompok aspek sentimen dan interaksi sudah pasti ada.
Untuk
dua pertnyaan tersebut di atas Homans beragumentasi bahwa :
a)
Pada
orang-orang yang sedang bermusuhan /tidak menyukai maka orang-orang tersebut
bukanlah orang-orang yang berada dalam satuk kelompok.
b)
Aspek
tautologi memang ada pada orang-orang yang sedang berada dalam satu kelompok.
Namun hipotesa ini meninjau dari aspek tautologi setelah mengalami
perkembangan.
Hipotesa 2 : Menurut interaksi dengan orang orang di
luar kelomopok, yang diikuti dengan rasa tidak senang kepdanya, mengakibatkan
makin naiknya interaksi di dalam kelompok, dan seklaigus berarti menaikannya
rasa tertarik di dalam kelompok.
Hipotesa ini memang sangat tepat
bila diterapkan pada kelompok yang kuat dan tertutup atau masyarakat yang
primitif.
Karena pada kedua contoh tersebut, anggota-anggotanya sulit menerima
hal-hal dari luar.
Hipotesa ini sangat tepat untuk
menerangkan timbulnya klik sebab makin seringnya anggota klik berinteraksi maka
rasa tidak senang dengan orang-orang kuat semakin mendalam.
Sehubungan dengan proses internal
sistem, maka hal ini merupakan potensi poko bagi terbentuknya norma-norma
kelompok. Namun perbentukan norma-norma kelompok ini terjadi secara tidak wajar
dan akibat proses pengelompokan serta bukan dari proses interaksi.
Hal ini seperti diungkapkan oleh G.C
Homasn sendiri : “....group percipitate their own norms out of the very process
of in teraction”.
Hipotesa 3 : Makin tinggi kedudukan seseorang di dalam
kelompok makin banyak kesediaannya untuk
mentaati norma-norma yang ada.
Sebaliknya juga berlaku
:
Makin banyak kesediaan
mantaati norma-norma yang ada, makin terpandang oleh anggota-anggota lainya,
makin tinggi kedudukan orang itu di dalam kelompok.
41
|
42
|
Untuk ini maka G.C. Homans mengjukan
suatu konsep yang disebut dengan: Moving equilibrium yang pada pokoknya : “The
state the leader would have wished” artinya pimpinan menghendaki perubahan.
Hipotesa 4 : Anggota kelompok yang mempunyai kedudukan lebih
tinggi akan menghubungi anggota di bawahnya lebih sering daripada yang bawah
mnghubungi atasannya.
Hipotesa
5 : Apabila dua orang berhubungan, makin
sering orang mengambil inisiatif untuk menghubungi temanya, makin hormat orang
ini kepadanya.
Hipotesa ini tepat diterapkan pada
kelompok atau masyarakat yang memiliki kehidupan yang homogen, sehingga kurang
dirasakan dirasakan perbedaan kehidupan antara anggota satu dengan yang lain.
Namun hipotesa ini tidak berlaku
pada kehidupan kelompok atau masyarakat telah maju dimana kehidupan mereka
telah bersifat heterogen. Juga hipotesa ini tidak berlaku apabila diterapkan
pada masyarakat yang ada jurang pemisahnya/jurang kelas sosial.
Post a Comment