Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL

Friday, 12 December 20140 comments







INTERAKSI SOSIAL

Dalam suatu pengelompokan gejala kejiwaan yang timbul antar anggota kelompok adalah adanya interaksi sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bales maupun Homans pada Bab 1.
Interaksi sosial ini akan diuraikan selanjutnya pada Bab 2 secara panjang lebar.
Secara berturut-turut akan diuraikan :

A.     DEFINISI DAN ASPEK INTERAKSI SOSIAL
1.      Definisi interaksi sosial
Pada hakikatnya manusia telah memiliki sifat yang dapat digolongkan kedalam :
a.       Manusia sebagai makhluk individual.
b.      Manusia sebagai makhluk sosial
c.       Manusia sebagai makhluk berke-Tuhanan

Khususnya manusia sebagai makhluk sosial maka manusia sudah barang tentu dituntut untuk menjadi hubungan sosial antar sesamanya dalam kehidupan di samping tuntunan untuk hidup secara kelompok.
Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, mengandung pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain.
Hal ini disebabkan bahwa dengan kata berarti “hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, di mana mereka saling mengakui dan saling mengenal atau mutual action dan mutual recognation.
Disamping itu, manusia sebagai makhluk sosial, dituntut pula adanya kehidupan berkelompok, sehingga keadaan ini mirip sebuah community, seperti desa, suku bangsa dan sebagainya yang masing-masing kelompok memiliki ciri yang berbeda satu sama lain.
Kehidupan berkelompok ini, bukan ditentukan oleh adanya interest/kepentingan, tetapi karena adanya the basic condition of a common life (syarat-syarat dasar daripada kehidupan bersama) the basic condition of a common life ini merupakan unsur pengikat kehidupan berkelompok mereka dan dapat berupa “locality, yakini adanya daerah/tempat tinggal tertentu dan community sentiment, yakni suatu perasaan tentang pemilikan bersama” dalam kehidupan.
Dalam pada itu Harold Bethel menjelaskan bahwa the basic condition of a common life dapat tercermin pada faktor-faktor antara lain.
1)      Grouping of people artinya adanya kumpulan orang-orang
2)      Definite place artinya adanya wilayah/tempat tinggal tertentu
3)      Mode of living artinya adanya pemilikan cara-cara hidup

Atas dasar uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa setiap individu dalam kehidupan harus menjalin interaksi sosial antar individu lain, yang sama-sama hidup dalam satu kelompok.
           
Dalam hal menurut S.S. Sargent “ Social interaction is to cansider social behavior always within a group framework, asa related to group structure an function”.
Apa yang dikemukakan oleh S.S. Sargent tentang interaksi sosial pada pokoknya memandang tingkah laku sosial yang selalu dalam kerangka kelompok seperti struktur dan fungsi dalam kelompok.
13
14
Jadi tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur kelompok seperti : tingkah laku pimpinan atau juga tingkah laku individu yang berfungsi sebagai anggota kelompok. Sementara itu H. Bonner memberi rumusan interaksi sosial adalah “Suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi.merubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Dengan demikian kedua definsi tersebut diatas satu sama lain tidak ada perbedaan dalam penngertian dan saling melengkapi sehingga hal ini akan memudahkan untuk mengetahui aspek-aspek yang ada dalam interaksi sosial.

2.      Aspek-aspek Interaksi Sosial
Dengan telah diketahui definisi interaksi sosial di atas, maka aspek-aspek dalam interaksi sosial itu adalah berikut :
a.       Adanya hubungan
Setiap interaksi sudah  barang tentu terjadi karena adanya hubungan baik antara individu dengan individu maupun individu dalam hubungan kelompok.
b.      Ada individu
Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang melaksanakan hubungan.
c.       Ada tujuan
Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain.
d.      Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok di samping itu tiap-tiap individu memiliki fungsi di dalam kelompoknya.

3.      Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
Disamping aspek-aspek tersebut di atas, dalam interaksi sosial ada faktor-faktor yang ikut mempengaruhi interaksi sosial tersebut di mana faktor-faktor ini menentukan berhasil/tidaknya interaksi sosial yang berlangsung.
Faktor-faktor yang di maksud adalah :
a.       “The nature of the social situation”. Situasi sosial itu bagaimanapun memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut.
b.      “The norms previvailing in any given social groud”. Kekuasaan norma-norma kelompok sangar berpengaruh terjadinya interaksi sosial antar individu.
c.       “Their own personality trends”. Masing-masing individu memiliki tujuan kepribadian, sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
d.      “a person’s transitory tendencies”. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara.
e.       “The process of perceiving and intepreting a situation”. Setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga hal ini mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.

B.     DASAR-DASAR INTERAKSI SOSIAL

Seperti uraian pada bagian muka, setiap individu di dalam kehidupannya selalu menjalin interaksi sosial dengan sesamanya walaupun interaksi sosial tersebut dibatasi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor dari dalam diri individu maupun faktor dari luar individu.
Disamping itu di dalam menjalin interaksi sosial, sudah barang tentu setiap individu memiliki dasar-dasar tertentu baik dasar itu datang dari individu yang bersangkutan maupun dasar itu datang dari liar individu. Adapun dasar-dasar yang dimaksud adalah :

1)      Imitasi
a.      Timbulnya Imitasi Sebagai Dasar interaksi Sosial
Gabriel Terde penemu istilah imitasi ini atas dasar kesimpulan yang tertarik dari tugasnya sebagai ahli hukum. Ia berpendapat bahwa kejahatan yang dilakukan oleh masing-masing individu ternyata akibat imitasi.
Dari hasil penemuannya ini kemudian ia kembangakan di masyarakat ia menyatakan adalah hasil imitasi belaka, yang berlansung terus menerus sejak dahulu sampai sekarang.
15
16
 
Bahkan  kata G. Taros “kehidupan sosial itupun akibat imitasi karena ia beranggapan bahwa imitasi itu adalah kunci daripada misteri/kejadian masyarakat yang tidak disertai dengan adanya perbedaan masyarakat dan ia sendiri menyadari bahwa di dalam proses imitasi tersebut terjadi hasil imitasi yang lebih baik daripada sebelumnya yang mengakibatkan terdapatnya kemajuan dalam kehidupan sosial individu.
Dengan demikian di dalam proses imitasi tersebut individu sering memperoleh invention artinya individu dapat menemukan sesuatu yang baru, yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Walaupun demikian G. Tarde mengakui bahwa proses penemuan baru invention tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil individu sedangkan sebagian besar individu hanyalah mengimitasi saja.
Lebih lanjut diungkapkan oleh Trotter bahwa “adanya semangat untuk meniru dari individu pada masyarakat, demikian kata Wallet Bogthot timbul kesamaan yakni kecakapan meniru”. Selanjutnya disebutkan bahwa tingkah laku imitasi tersebut merupakan hasil principe attraction.

b.      Definisi
Atas dasar uraian timbulnya teori imitasi dari Gabriel Tarde maka pengertian/definisi imitasi akan diberikan pada bagian berikut ini sehingga terlihat imitasi itu secara keseluruhan G. Tarde mengungkapkan bahwa imitasi berasal dari kata imitation yang berarti penemuan. Hal ini disebabkan karena manusia itu pola dasarnya individualiteit, namun dipihak lain manusia mempunyai kesanggupan untuk menirukan sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial.

Selanjutnya ada yang berpendapat bahwa :”With imitation one person copies another” artinya individu itu mencontoh yang lain, sehingga individu memiliki “ a passive role ini relation” dengan individu lain.

Sementara itu ada pula yang menyebutkan :”Imitation is to copy or produce action of another”. Jadi tingkah laku yang dihasilkan berasal dari individu lain.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa imitasi yang dilaksanakan individu serupa dengan idio-motor action yakni adanya tingkah laku yang bersifat otomatis sehingga menimbulkan .mengakibatkan adanya tingkah laku yang seragam.

c.       Syarat-syarat Imitasi
Salah satu hal yang belum pernah disinggung oleh Gabriel Tarde dalam hal berimitasi adalah apa yang menjadi persyaratan di dalam imitasi tersebut, di mana persyaratan itu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hal berimitasi.
Sementara itu Choros menggunakan beberapa persyaratan dan berimitasi sebagai berikut :
1)      Harus ada minat/perhatian terhadap hal/sesuatu yang akan diimitasi.
Minat/perhatian merupakan tuntutan pertama dalam imitasi dari tiap individu dan merupakan sesuatu yang membedakan hasil imitasi dari tiap individu dan merupakan sesuatu yang membedakan hasil imitasi antara individu satu dengan yang lain.
2)      Harus ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi pada hal-hal yang diimitasi.
Sesuatu hal yang dihargai/dijunjung tinggi pasti yang lebih baik daripada apa yang dimiliki oleh individu yang akan mengadakan imitasi atau sesuatu yang tidak dimiliki oleh individu.
3)      Harus ada penghargaan sosial yang tinggi
Sering terlihat bahwa individu yang mengadakan imitasi dengan maksud ia akan memperoleh tingkah laku di mana tingkah laku ini dapat mendatangkan penghargaan sosial di dalam lingkunganya.


17
18
 
4)      Harus ada pengetahuan dari individu
Pengetahuan individu dapat menentukan hasil imitasi dan masing-masing individu walaupun ketiga persyaratan telah sama-sama dipenuhi individu.

d.      Macam-macam Imitasi
Setiap individu yang mengadkan imitasi, dapat menempuh berbagai cara sehingga dengan demikian dapat megakibatkan bermacam-macam imitasi yang terjadi.
Dalam hal ini Baldwin melihat 2  macam imitasi :
1)      Non deliberate imitation. Yang dimaksud dalah suatu peniruann yang berlangsung tanpa mengetahui maksud dan tujuan dari peniruan tersebut.
2)      Deliberate imitation. Adalah suatu penituan yang berlangsung dengan segaja artinya suatu peniruan dengan maksud dan tujuan tertentu dari peniruan yang dilaksanakan.

e.       Tahap Dalam Proses Imitasi
Dalam setiap imitasi yang tanpa sengaja, mengandung 3 tahap yang harus dilalui.
1.      Tahap proyeksi. Pada tahap ini individu memperoleh kesan dari sesuatu yang akan diimitasi.
2.      Tahap subyektif. Pada tahap ini individu cenderung untuk menerima hal-hal yang akan diimitasi, misalnya sikap, dan tingkah laku dan individu lain.
3.      Tahap obyektif. Pada tahap ini individu telah menguasai apa yang akan diimitasi sehingga akhirnya ia dapat berbuat seperti individu lain yang akan diimitasi.

f.        Hukum-hukum Imitasi
Dari hasil penyelidikan Gabriel Terde, sampailah pada hukumu-hukum imitasi yang meliputi :
1.      The law of descent
Artinya sesuatu golongan atas menjadi obyek peniruan dari golongan yang di bawahnya.
Golongan atas yang dimaksssud dapat berupa keadaan (kaya, berpengaruh),keahlian (ahli ilmu pengetahuan/keterampilan), kedudukan (pimpinan) dan faktor psikologis (kewibawaan).
2.      The law of geometrical progression
Yang dimaksud adalah sesuatu proses peniruan sudah barang tentu dimulai dari sumber asalnya.
3.      The law of the internal before the exotic
Artinya suatu proses peniruan terhadap kebudayaan sendiri akan lebih mudah daripada kebudayaan asing.

g.      Akibat Imitasi
Didalam setiap proses imitasi, dalam hubungannya dengan interaksi sosial, dapat memberikan akibat positif dan akibat negatif.
1)      Akibat positif ini dapat terlihat :
a)    Dapat diperoleh kecakapan dengan segera
b)   Adanya sesuatu tingkah laku yang seragam
c)    Dapat mendorong inidividu/kelompok untuk bertingkah laku.
2)      Akibat negatif dapat berupa :
a)    Apabila yang diimitasi hal-hal yang salah, dapat menimbulkan kesalahan massal.
b)   Dengan imitasi, dapat menghambat cara berpikir kritis.

2.      Sugesti
a.       Timbulnua sugesti sebgai dasar interaksi sosial didahului oleh berbagai pandangan para ahli yang mempunyai kesamaan walaupun dengan istilah yang berbeda satu dengan yang lain.
1)     
19
20
Masmer dengan konsepsinya: Animal magnistism.dalam konsepsinya ia mengatakan bahwa apabila orang-orang pada suatu saat saling menyentuh seseorang yang berpengaruh, mereka akan mengikuti suaranya.
2)      Baid dengan konsepsinya: Idio motor response. Baid mengatakan adanya “hypnotism” untuk menggambarkan gejala di bawah imbal kata/diskusi dan hipnotisme tersebut dibatasi oleh lapangan kesadaran.
Ia memperingatkan betapa pentingnya perhatian individu, karena banyak isi jiwa individu diakibatkan oleh pengamatan terhadap tingkah laku individu lain, sehingga individu yang bersangkutan cenderung mencontoh tingkah laku individu lain secara spontan.
Ahli lain seperti Liebeult menyamakan konsep sugesti dengan hypnotism, sedang Burbeheim mengembangkan konsep ini menjadi sugestive-psychotherapy artinya pengobatan terhadap kejiwaan melalui peristiwa sugesti.

Sedangkan Y.M Charchot menolak konsepsi hynotism ini karena dalam hipnotisme terjadi keretakan kepribadian/disosiasi dan hal ini tidak disadari dalam tingkah laku biasa.

Lebih lanjut Sidis menyebutkan hypnotism sebagai gejala abnormal stigtibility, yang ditandai oleh disosiasi dan disagregation dari pada kesadaran.

3)      Kesadaran yang kacau, konsepsi dari Gustave Ie Bon. Buah pikiran Gustave Ie Bon dituliskan dalam buku “La Psychologie des faules” yang kemudian diterjemahkan dengan The Crowd, memusatkan perhatian pada tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi massa.

Menurut Gustave Ie Bon, tingkah laku individu dalam suasana massa berbeda dengan tingkah laku individu biasa sepertinya individu lebih inpulsif , mudah tersinggung, agresif,mudah terbawa arus sentimen, kurang rasional, sugestibel, dan sebagainya.

Dari hasil penyelidikannya, sampailah Gustave Ie Bon pada kesimpulan bahwa dalam situasi massa terdapat ciri-ciri:
(a)    Individu akan kehilangan rasa tanggung jawab. Dalam suasana massa, individu kehilangan kepribadiannya, walaupun hannya bersifat semu. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan massa kepribadian individu diganti dengan kepribadian massa, yang merupakan hal yang bersifat abstrak.
Kepribadian massa ini merupakan kekuatan/pendorong bagi setiap individu untuk bertingkah laku dalam suasana massa, tingkah laku mana bersifat agresif, irasional, otomatis dan tidak didasarkan atas pemikiran sehat.

(b)   Individu terkena infeksi jiwa. Dalam suasana massa, jiwa massa itu terus-menerus merambat pada setip anggota massa sehingga semakin lama mereka tinggal di dalam massa semakin tebal jiwa yang tertanam pada diri individu.
(c)    Jiwa massa sangat sugestif. Jiwa massa, yang menghinggapi setiap individu anggota massa, mempunyai sifat sugestif sehingga jiwa itu bersifat mempengaruhi dan makin lama makin tertanam lebih mendalam pada setiap individu massa.

Keadaan ini dapat terlihat jelas pada tingkah laku individu anggota massa seperti adanya kekompakan pada massa yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang seragam, tingkah laku lebh agresif dari sebelumnya dan tingkah laku yang dikendalikan oleh emosional.

b.      Definisi
Istilah sugesti in mula-mula dikenalkan secara luas oleh Gustave Ie Bon dan istilah sugesti itu berasal dari kata lain: suggere yang berarti mempengaruhi.
21
22
Timbulnya aliran Psiko Analisa yang memperkembangkan istilah sugesti ini, yang pada pokoknya sugesti diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang memperoleh pandangan, sikap dan tingkah laku individu tanpa dikritik lebih dahulu.
Sementara itu S.S Sargent memcoba memberi pengertian sugesti: “one persom induces uncritical acceptance of ideas, or uncondcious per formance of acts, in other”.
Selanjutnya ada yang menyebutkan sugesti adalah “suatu proses dimana seseorang individu memberikan pandangan atau sikap yang lalu diterima oleh individu lain di luar dirinya, tanpa ada pemikiran kritis sebelumnya”.
Dengan demikian dari berbagai pengertian tentang sugesti ternyata pada dasarnya sugesti adalah pemberian pengaruh kepada yang lain tanpa dikritik terlebih dahulu, sehingga akibatnya terjadi tingkah laku yang seragam di antara mereka.

c.       Syarat-syarat Sugesti
Dari hasil pengamatan sementara ahli, yang menyangkut peristiwa sugesti, maka syarat-syarat sugesti adalah:           
1)      Menurut Thomas Brown. Bahwa setiap asosiasi yang terjadi pada jiwa individu adalah suatu gejala sugesti.
2)      Menurut Cantril. “sugesti terjadi bila seseorang individu dihinggapi oleh situasi yang kritis dan individu tidak dapat membuat suatu ketentuan yang pasti”.

d.      Macam-macam Sugesti
Dari uraian tentang pengertian sugesti, maka ada yang membagi macam-macam sugesti sesuai dengan sasaran dimana sugesti tersebut akan diterapkan.

      Adapun macam-macam sugesti tersebut adalah:
1)      Auto sugesti. Suatu proses sugesti yang diberikan kepada dirinya sendiri sehingga akan diperoleh tingkah laku lebih meningkat daripada sebelumnya.
2)      Hetero sugesti. Suatu proses sugesti yang berlangsung, dan ditujukan kepada individu lain agar individu lain dapat dipengaruhi sesuai dengan maksud individu yang memberi pengaruh.

e.       Hukum-hukum Sugesti
Dengan melihat proses berlangsungnya sugesti, maka Sidis memberikan gambaran hukum-hukum sugesti sebagai berikut:
1)      Bertambahnya sugesti sebanding dengan bertambahnya perpecahan atau pertentangan daripada keutuhan kesadarannya.
2)      Bertambahnya sugesti pada orang-orang normal terlaksana secara tidak langsung daripada sugesti secara yang tidak langsung.
3)      Bertambahnya sugesti pada orang-orang tidak normal terlaksana secara langsung daripada sugesti yang secara tidak langsung. Baik sugesti secara langsung maupun sugesti secara tidak langsung bermaksud untuk mempatkan kembali sistem tingkah laku pada sesuatu situasi tertentu, yang dihadapi individu yang bersangkutan.

f.        Faktor-faktor yang Mempercepat Sugesti
Suatu peristiwa sugesti yang terjadi, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam individu maupun dari luar individu.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1)      Karena hambatan berpikir. Keadaan seseorang yang berbeda dengan keadaan yang normal menyebabkan individu tersebut mudah disugesti. Misal: keadaan lelah, sakit dan sebagainya.
2)      Karena keadaan pikiran terpecah-belah. Keadaan seorang individu yang menghadapi bermacam-macam hal, menyebabkan individu tersebut mudah disugesti.
23
24
Misal:    Seorang mahasiswa yang memikirkan belajarnya, keadaan tempat kost, keadaan keluarganya yang ada di desa, memikirkan pacarnya dn lain sebagainya.
3)        Karena keadaan otoriteit. Hal-hal yang merupakan hak milik individu, menyebabkan individu yang bersangkutan mudah memberi sugesti dan mudah diterima oleh individu lain.
Misal: orang yang pandai, ahli, berpengaruh dan sebagainya.
4)        Karena keadaan mayoritas. Keadaan mayoritas menyebabkan individu mudah terkena sugesti oleh individu lain.
 Misal: individu yang bersama-sama individu lain saat melihat sepakbola.
5)        Karena keadaan will to believe. Keadaan yang berfungsi untuk lebih meyakinkan menyebabkan individu lebih mudah dikenai sugesti.
Misal: Seorang mahasiswa diberi pengumuman tentang   pekan sunyi saat menjelang tentamen oleh temannya.

3.        Identifikasi
a.        Timbulnya Identifikasi Sebagai Dasar Interaksi Sosial
Menurut Sigmund Freud, setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada situasi tertentu, dimana individu itu berada bersama-sama individu lain.
Akan tetapi nafsu ini seringkali tidak memenuhi tuntutan yang ada artinya banyak individu yang tidak dapat menempatkan diri sehingga individu tersebut sukar untuk bertingkah laku.
Untuk mengatasi keadaan ini, maka individu yang bersangkutan melaksanakan apa yang disebut dengan identifikasi kepada individu lain sehingga dengan demikian akhirnya ia dapat bertingkah laku seperti teman-temannya.
Memang disadari oleh Sigmund Freud bahwa nafsu-nafsu pada individu tersebut seringkali berada dalam keadaan terpendam sehingga perlu bantuan pihak luar untuk menyalurkan nafsu ini.

b.        Definisi
Menurut Sigmund Freud, identifikai berarti: “dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan individu lain”. Sejak manusia memiliki kesadaran akan egonya sehingga identifiksi merupakan alat yang penting bagi dirinya untuk saling hubungan dengan yang lain.
Ahli lain berpendapat bahwa: “identification server as a fashion of a model. The machanism of identification functions widely in social situation”.
Dari beberapa definisi tersebut di atas ternyata identifikasi sebagi poses menyamakan dirinya dengan individu lain. Jadi dengan kata lain identifikasi sebagai alat untuk sosialisasi individu dalam kehidupan sehari-hari.

b.        Proses dan Tujuan

Identifikasi yang berlangsung pada diri individu, pertama-tama secara tidak disadari artinya individu yang bersangkutan melakukan sesuatu tingkah laku seperti tingkah laku orang lain adanya/disertai perasaan dan pemikiran.
Di lain pihak proses identifikasi sering bersifat irasional di dalam arti proses tersebut seakan-akan tidak mungkin dilakukan, tetapi proses tersebut tetap berlangsung dan apapun hasilnya tidak menjadi persoalan baginya.
Adapun yang menjadi tujuan proses identifikasi adalah individu yang bersangkutan ingin mempelajari tingkah laku individu lain walaupun tanpa disadari sebelumnya dan umumnya proses ini berlangsung lama serta baru disadari apabila proses tersebut telah membawa suatu hasil.

4.        Simpati

a. Timbulnya Simpati
Istilah simpati  dikenalkan oleh Mac Dougull dan berasal dari adanya self interest yang ada pada masing-masing individu dan dicerminkan dalam bentuk tingkah laku.
Dalam kehidupan bermasyarakat, self interest itu menunjukkan fungsinya sehingga kehidupan individu berlandaskan mencari keuntungan belaka. Oleh karena itu kehidupan bersama sebenarnya tidak perlu diadakan.
25
26
Namun ahli lain Adam Smith menambahkan bahwa kehidupan bersama itu ada karena masing-masing individu itu memiliki apa yang disebut dengan moral sentiment, yakni suatu kekuatan dan dinamika individu yang tersembunyi pada diri individu. Selanjutnya ia menambahkan bahwa inti dari bekrja sama, membantu teman dan sebagainya sehingga bagaimanapun juga kehidupan bersama tersebut tetap harus ada pada individu.
Sementara itu ahli lain seperti T. Ribot , Herbert Spencer dan lain-lain mengatakan bahwa setiap individu itu memiliki self love yang tidak hanya ditujukan pada diri sendiri, tetapi self love juga kepada individu lain serta self-love ini menjadi dasar utama pada hubungan antar individu.

b.      Defenisi Simpati
Istilah simpati berasal dari bahasa latin sympathia yang berarti turut merasakan. Kemudian istilah itu berkembang, sehingga simpati berarti “a foundation of all social existence” artinya dasar dari semua kenyataan sosial.
Ada yang berpendapat lain bahwa simpati adalah “suatu relasi kerjasama antara dua atau lebih individu yang menjamin terdapatnya saling mengerti” sehingga simpati itu merupakan salah satu dasat untuk menjalin interaksi sosial.
Sedangkan perumusan lain dari simpati adalah “perasaan tertariknya individu yang satu terhadap individu lain”.
Dari beberapa difinisi tersebut di atas dapatlah diambil pengertian bahwa simpati pada dasarnya suatu proses tertariknya seseorang individu kepada individu lain dalam suasana atau situasi sosial.

c.       Proses dan Tujuan Simpati
Proses berlangsungnya simpati sering tidak atas dasar logis rasional tetapi lebih banyak atas dasar penilain perasaan dan umumnya rasa tertarik pada simpati ini meliputi keseluruhan ciri pola tingkah laku atau keadaan individu lain.
Di lain pihak proses simpati ini berlangsung secara perlahan-lahan, disadari dan berkembang secara wajar di dalam interaksi sosial serta sering kali simpati memerlukan waktu cukup panjang dan disertai dedikasi antar mereka.
            Adapun yang menjadi tujuan daripada simpati adalah agar terciptanya kerja sama dan saling pengertian oleh karena dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama di antara mereka.
Beberapa ahli menyebutkan macam-macam simpati sebagai berikut:
1)      Adam Smith, membagi simpati menjadi:
a)      Simpati yang menimbulkan response yang cepat, hampir seperti repleks.
Misal:  melihat orang memanjat pohon sampai tinggi,    menjadi ngeri.
b)      Simpati yang sifatnya lebih intelektual.
Misal:  mengucapkan selamat, bila teman meraih kesuksesan.
2)      Herbert Spencer, membagi simpati menjadi:
a)      Perspectively presentative artinya simpati yang timbul secara cepat,  seperti refleks.
b)      Representative artinya simpati yang sadar refleksife
Misal:  mengucap selamat, atas kedatangan tamu.
c)      Re-representative sympathy artinya simpati yang kadar intelektualnya lebih tinggi.
Misal:  mengucap salut atas keberhasilan seseorang untuk membantu kehidupan adiknya sampai menjadi sarjana.
3)      Theodore Ribot, membagi simpati menjadi
a)      Tipe primitif atau otomatis artinya simpati yang dapat diterangkan melalui response bersyarat.
b)      Tipe reflektif artinya simpati yang menimbulkan kesadaran pad diri sendiri.
c)      Tipe intelektual artinya simpati yang bersifat umum dan lebih abstrak.
4)      Max Scheler, membagi simpati menjadi:
a)      Einsfuhlung artinya simpati yang prosesnya bersifat primitif, kurang berdasar atas pemikiran. Disebut juga emphaty.
b)      Meteinander fuhlung artinya simpati yang prosesnya berlangsung dengan spontan.
c)     
27
28
Gefuhlsantechung artinya simpati yang prosesnya atas dasar perasaan tertekan. Dapat disebut: transparthy.
d)      Einsfuhlung artinya simpati yang proses berlangsungnya atas dasar identifikasi perasaan. Disebut juga: emphaty.
e)      Nachfulung artinya simpati yang prosesnya berlangsung atas dasar perasaan masing-masing individu, sehingga dapat terjadi perbedaan.
f)       Mitgefuhl artinya simpati yang prosesnya atas dasar penimbangan perasaan orang lain bersifat positif.
g)      Menchenliebe artinya simpati yang prosesnya atas dasar penghargaan dan penghormatan kepada individu lain. Dapat berbentuk: altruisme dan phylannopi.
h)      Akosmisch person und gottesliebe artinya simpati yang prosesnya atas dasar penyatuan jiwa dengan Tuhan.

C.     BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
            Di dalam interaksi sosial di samping mempunyai dasar-dasar, maka interaksi sosial memiliki pula bentuk-bentuk tertentu, yang berbeda dengan bentuk kelompok yang akan dibicarakan pada bab berikutnya.
            Dalam hubungan ini bentuk-bentuk interaksi sosial yang ada menurut:
1.      Merton Deuttah; Terbagi atas:
a.         Kerja Sama/Cooperation.
1)        Dalam memberi pengertian kerja sama, S.S Sargett  merumuskan: “...is coondinated effort directed toward a sharable goal it is most likely to occler in situations where an end cannot be anained by purely individual effort”.
Pada pokoknya kerja sama diartikan sebagai terpusarnya berbagai usaha secara langsung untuk tujuan terpisah.
Hal ini merupakan kesesuaian dengan situasi di masa dimana tujuan akhir tidak dapat dicapaii denganuasha khusus individu ada pula yang menunjukkan bahwa kerja sama adalahh suatuu bentuk interaksi sosial di mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggtoa yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan.
2)        Proses timbulnya kerja sama.
Proses timbulnya kerja sama lain adalah apabila individu menyadari mempunyai tujuan/kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengadilan diri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam bentuk kerja sama tersebut ada kesediaan dari seseorang anggtoa kelompok untuk mengganti kegiatan anggota kelompok yang lain karena kegiatan yang dilaksanakan adalah saling tergantung dengan kegiatan yang lain dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan bersama.
Perlu disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan/kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehingga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling memberi/menerima pengaruh dari anggota yang lain.
3)        Macam – macam kerja sama
Dalam kerja sama ada yang disebut :
a)      Bergaining yakni “suatu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa andara dua organisasi atau lebih.
b)      Cooperation yakni “suatu proses penerimaan unsur-unsur baruu dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu  organisasi sebagai salah satuu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
c)     
29
30
Coalition yakni kombinsi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama dan biasanya agar tercapai kestabilandari organisasi-organisasi tersebut.
d)      Joint venture yakni suatu bentuk kerja sama antara dua atau  lebih organisasi atau jasa guna memperoleh suatu keuntungan dalam waktu yang sama.

b.    Persaingan Competition
1)   Pengertian.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengertian persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana seseorang individu dapat mencapai tujuan maka individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut.
Ahli lain memberi pengertian bahwa persaingan adalah suatu proses sosial di mana individu/kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Proses dari persaingan itu berlawanan sama sekali dengan proses kerja sama dan masing-masing individu atau kelompok disesbu dengan rivalri.
2)   Bidang-bidang tempat persaingan.
Bidang – bidang yang dapat digunakan sebagai tempat persaingan adalah :
a)      Bidang ekonomi
b)      Bidang kebudayaan
c)      Bidang kedudukan.
d)      Bidang kesukuan/ras

3)   Fungsi-fungsi persaingan
Persaingan memiliki fungsi-fungsi antara lain  :
a)      Persaingan dapat menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok
b)      Persaingan sebagai jalan untuk menarik perhatian umum atauu masyarakat
c)      Persaingan untuk sarana seleksi atas dasar seks atau kesosialan untuk memberi peranan/kedudukan
d)      Persaingan sebagai alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lakas tercapai.
  
2.    Park dan Burges
Dalam bentuk interkasi sosial Parkk dan Burgess membagi :
a.       Competition/persaingan
(lihat uraian di bagian depan)
b.      Conflict/pertentangan
1)   Pengertian
Yang dimaksud konflik adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana seseorang individu/kelompok dapat mencapai tujuan maka individu /kelompok lain akan hancur.
Ada lagi pengertian konflik:”..... is intermiftent rather than lasting and may emerge at any time from the quiter, more stable, on going processes of social inter action”. Selanjutnya konflik:”.... is rooted in aggresive reactions to frustation and anger”.
Yang lain berpendapat bahwa konflik adalah “suatu proses sosial di mana individu-individu atau kelompok individu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
2)   Sebab-sebab terjadinya konflik.
a)      Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu sehingga terjadi konflik di antara mereka.
b)      Adanya perbedaan kepribadian di antara mereka, yang di sebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang kebudayaan.
c)      Adanya perbedaan kepentingan individu atau kelompok di antara mereka.
d)      Adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan nilai/sistem yang berlaku.

31
32
 
3)        Bentuk-bentuk pertentangan.
Bentuk-bentuk pertentangan dapat diuraikan sebagai berikut:
a)      Pertentangan pribadi artinya pertentangan yang berlangsung antara dua orang.
b)      Pertentangan rasial artinya pertentangan artar suku bangsa yang ada.
c)      Pertentangan kelas sosial artinya pertentangan antara kelas yang ada dalam masyarakat.
d)      Pertentangan politik artinya pertentangan yang menyangkut golongan di masyarakat.
e)      Pertentangan internasional artinya pertentangan antar negara yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan.

4)      Akibat-akibat pertentangan.
a)      Bertambahnya rasa solidaritas antara anggota.
b)      Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok.
c)      Adanya perubahan kepribadian seseorang individu.
d)      Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

c.         Accomodational/Persesuain
1.      Pengertian akomodasi
       Ada beberapa pengertian akomodasi yakni menurut S.S. Sargnet, akomodasi adalah : “ .....a process of increasing mutual adaption aor adjument. Typecally accomudation is a kind of compromose by which conflict is halted, though often only temporarily”.
 Ada yang memberi pengertian akomodasi adalah “usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yakni usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Atau menurut ahli Sosiolosi, akomodasi berarti usaha proses di mana individu atau kelompok saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
2.      Tujuan akomodasi
Ada beberapa tujuan akomodasi, antara lain :
a)      Untuk mengurangi pertentangan antara individu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham
b)      Untuk mencegah meledaknya pertentangan yang bersifat sementara.
c)      Untuk memungkinkan kerja sama antara kelompok-kelompok sosial sebagai akibat psikologis atau kebuadayaan.
d)      Untuk mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial.

3.      Bentuk-bentuk akomodasi
a)      Coercion artinya suatu bentuk akomodasi diman proses berlangsungnya secara paksaan.
b)      Compromise adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntunannya agar tercapai suatu penyelesaian.
c)      Arbitration adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang saling bertentangan tidak sanggup untuk mencari penyelesaiannya sendiri.
d)      Mediation adalah suatu bentuk akomodasi di mana proses penyelesaian dilaksanakan dengan meminta bantuan pihak ketiga.
e)      Consiliation adalah suatu bentuk akomodasi dimana prosesnya melalui permufakatan dari keinginan pihak-pihak yang berselisih agar tercapai persetujuan.
f)       Teleration adalah suatu bentuk akomodasi di mana proses penyelesaian yang ada atas dasar persetujuan formal.
g)      Stalemate adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak-pihak yang beeselisih berhenti pada keadaan tertentu karena keduanya memiliki kekuatan seimbang.
h)      Adjucation adalah suatu bentuk akomodasi di mana proses pencapaian persetujuan melalui suatu pengadilan.

33
34
 
4.      Hasil-hasil yang dicapai akomodasi
a)      Terjadinya integrasi di dalam masyarakat
b)      Dapat menekan oposisi
c)      Sebagai sarana koordinasi dari kepribadian yang berbeda
d)      Terjadinya perubahan yang sesuai dengan keadaan yang baru
e)      Terjadinya perubahan kedudukan
f)       Membuka jalan ke arah asimilasi

d.      Assimilation/Asimilasi/Perpaduan
1.      Pengertian asimilasi
            S.S. Sargent berpendapat : “Assimilation is a process of interpenetration and fusiam in whcih persons and groups asquire the memories, sentimens and attitudes of other persons and groups and by sharing their experiencies and history, are incorperated with them in a cultural life.”
            Pendapat lain mengatakan bahwa asimilasi adalah “suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok-kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan/tujuan bersama”.
2.      Proses Asimilasi
            Asimilasi yang merupakan bentuk interaksi sosial diawali dengan adanya perbedaan perbedaan kepentingan/tujuan dari masing-masing individu atau kelompok dimana mereka saling mempertahankan berpendapat mereka masing-masing.
35
36
1
            Individu atau kelompok tersebut kemudian saling mengadakan pendekatan sehingga timbullah sikap yang sama dan akhirnya diikuti dengan terjadinya interaksi secara langsung dalam waktu yang cukup lama.
            Akibat dari interaksi ini, kedua belah pihak kemudian saling mengadakan penyesuaian diri, di mana proses penyesuaian diri ini sering tanpa melalui paksaan, tetapi melalui kesadaran dan kemauan masing-masing.
            Penyesuaian diri yang dilakukan adalah penyesuain diri terhadap norma-norma idiil, sehingga akhirnya keduanya dapat mencapai keterpaduan kepentingan atau tujuan.
3.      Faktor-faktor yang mempercepat proses asimilasi
a.       Adanya toleransi dari kedua belah pihak
b.      Adanya keseimbangan dari keduanya
c.       Adanya sikap terbuka
d.      Adanya persamaan unsur kebudayaan dari keduanya
e.       Adanya perkawinan campuran
f.       Adanya ancaman bersama dari luar

4.      Bentuk-bentuk dari asimilasi
a.       Alienation artinya suatu bentuk asimilasi dimana individu kurang baik di dalam interaksi sosial.
b.      Stratification adalah suatu proses di mana individu yang mempunyai kelas, kasta tingkat atau status memberi batas yang mempunyai kelas, kasta, tingkat atau status memberi batas yang jelas dalam masyarakat.

3.      Krout
Krout membagi interaksi sosial ke dalam :
a.       Komensialisme artinya satu interaksi sosial yang sosial yang dilaksanakan tanpa adanya perjanjian lebih dahulu.
b.      Parasialisme artinya suatu interaksi sosial yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja.
c.       Mutualisme artinya suatu interaksi suatu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak.
d.     
2
Sosiality artinya suatu interaksi sosial yang bersifat kemasyaratan.
D.     TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL
Ada dua teori penting dalam interaksi sosial, yakni :
1.      Teori Interaksi Sosial dari Bales
a.       Aspek-aspek Interaksi Sosial
1.      Situasi : yakni suatu suasana dimana tingkah laku masing-masing individu tersebut berlangsung.
2.      Aksi/interaksi : yakni suatu tingkah laku yang tampak sebagai pernyataan pribadi.

b.      Macam-macam Interaksi Sosial
1.      Interaksi antara individu dengan diri pribadi.
2.      Interaksi antara individu dengan individu
3.      Interaksi antara individu dengan kelompok
4.      Interaksi antara kelompok dengan kelompok

c.       Fase-fase dalam Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu proses yang komplek sehingga bila dianalisa terdapat fase-fase sebagai berikut :
1)      Dalam interaksi terdapat aspek-aspek artinya setiap interaksi harus memenuhi aspek-aspek tersebut di atas.
2)      Dalam interaksi sosial ada dimensi waktu artinya interaksi sosial pasti memiliki waktu untuk digunakan berinteraksi.
3)      Dalam interaksi sosial apa problem yang timbul, baik bersifat individu maupun bersifat bersama, dan dapat terjadi antara problem tersebut saling bertautan satu sama lain.
4)      Dalam interaksi sosial timbul ketegangan dalam penyelesaian problem yang ada, ketegangan yang ada pada setiap individu.
5)      Dalam interaksi sosial timbul suatu intergrasi artinya proses penyelesaian dari problem yang ada tersebut.

d.    Kriteria untuk analisa interaksi
Bales mengunakan kriteria untuk analisa interaksi sosial sebagai berikut :
1)        Bidang sosio emosional, yang terbagi menjadi :
a)      Reaksi-reaksi positif, meliputi :
1)      Menunjukan solidaritas, pemberian bantuan, hadiah.
2)      Menunjukkan ketegangan, kepuasan, tertawa.
3)      Menunjukan kesetujuan, penerimaan, pengertian dan sebagainya.

b)      Reaksi-reaksi negatif meliputi :
1)      Menunjukan pertentangan, mempertahankan pendapat sendiri.
2)      Menunjukan ketegangan, acuh tak acuh
3)      Menunjukan ketidaksetujuan, penolakan, formalitas.
2)        Bidang tugas-tugas yang terbagi mejadi :
a)      Memberi jawaban, meliputi :
1)      Memberi saran, tujuan
2)      Memberi pendapat, penilaian, analisa
3)      Memberi informasi, orientasi, pengulangan
b)      Meminta tugas-tugas, meliputi :
1)      Meminta saran, tujuan, kegiatan, yang positif
2)      Meminta pendapat, penilaian, analisa
3)      Meminta orientasi, informasi, pengulangan.

Dari kedua kategori tersebut, oleh Bales dibagi lagi menjadi 6 kawasan masalah sebagai berikut :
1)      Masalah orientasi, meliputi 2a, (3) dan 2b. (3)
2)      Masalah penilaian, meliputi 2a (2) dan 2 (b) (2)
3)      Masalah pengawasan, meliputi 2a (1) dan 2b (1)
4)      Masalah keputusan, meliputi Ia (3) dan 1b (1)
5)      Masalah ketegangan meliputi Ia (2) dan Ib (2)
6)      Masalah integritas, meliputi Ia (1) dan Ib (1)
37
38
 
e.    Proses Analisa Interaksi Sosial
Dengan kriteria tersebut di atas, Bales menggunakan kriteria tersebut untuk mengadakan penyelidikan 2 kelompok yang sedang mengadakan diskusi, dengan hasil sebagai berikut :’
 



















Analisa tersebut di atas menunjukan :
1)      Memberi opini dan menunjukan persetujuan, serta memberi informasi sering dilakukan.
2)      Menunjukan solidaritas, meminta informasi, pendapat, jarang dilakukan.
3)      Menunjukan ketegangan dan pertentangan serta meminta saran lebih jarang dilakukan.


2.      Teori Interaksi Sosial dari G.C. Homans
a.      Sumber teori G.C Homans
Dalam menyusun teorinya G.C Homans berdasarkan penyelidikan sebagai berikut :
1.      Bank wiring group of Hawthom works of the company oleh Roethlisberger dan Dickson.
2.      Norton Street Gang oleh J.F. Whyle
3.      Family in Tikopis oleh Raymond Firth.
4.      Disentegration at Hilltown New England oleh H. Hatch.
5.      Electrical Equipment Company oelh C.M. Aremberg dan D. Macgregor.

b.      Aspek-aspek dalam Interaksi Sosial
G.C Homans membagi aspek-aspek dalam interaksi sosial sebagai berikut :
1)   Adanya motif/tujuan yang sama artinya setiap individu yang mengadakan interaksi mempunyai motif/tujuan  tertentu.
2)  Adanya suasana emosional yang sama artinya bahwa setiap individu didorong oleh perasaan masing-masing yang sama dalam interaksi sosial.
3) Adanya interaksi artinya setiap individu dalam keadaan demikian pasti berhubungan dengan indivudi lain, yang disebutkan dengan interaksi.
Dipandang dari segi  individu maka interaksi itu disebut dengan aksi..
4)   Adanya pimpinan artinya bahwa adanya interaksi, aksi dan sentimen ini menimbulkan suatu bentuk pimpinan dan umumnya berlangsung secara wajar serta merupakan bentuk piramida.
5)   Adanya eksternal sistem artinya bahwa dengan adanya interaksi dan sintimen maka mereka tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh luar dan pengaruh dari luar ini disebut dengan eksternal sistem.
6)  
39
40
Adanya internal sistem artinya untuk mengulangi pengaruh dari luar, maka masing-masing indivudi yang berinteraksi sosial semakin memperkuat dirinya masing-masing seperti menciptakan kesamaan pandangan, kesadaran, perbuatan, yang ini semua menimbulkan interaksi sistem.

c.       Hipotesa dari G.C Homans
Atas dasar penyelidikan dari kelompok ahli tersebut dan aspek-aspek yang ada dalam interaksi disusunlah hipotesa sebagai berikut :
Hipotesa 1 :     Apabila interaksi antara anggota kelompok makin sering, sentimen tertarik makin besar, dan kemudian sentimen ini mendorong unutk makin besarnya interaksi.
Akan tetapi ada 2 pernyataan yang timbul dengan hipotesa tersebut, yakni :
a)      Bagaimana hipotesa tersebut apabila diterapkan pada orang-orang yang saling bermusuhan/tidak menyukai satu sama lain? Sebab pada orang-orang yang saling bermusuhan, makin sering mereka berinteraksi makin menimbulkan interaksi.
b)      Bagaimana hipotesa tersebut sehubungan dengan aspek tautologi yang ada di dalamnya? Artinya pada tiap kelompok aspek sentimen dan interaksi sudah pasti ada.
Untuk dua pertnyaan tersebut di atas Homans beragumentasi bahwa :
a)        Pada orang-orang yang sedang bermusuhan /tidak menyukai maka orang-orang tersebut bukanlah orang-orang yang berada dalam satuk kelompok.
b)        Aspek tautologi memang ada pada orang-orang yang sedang berada dalam satu kelompok. Namun hipotesa ini meninjau dari aspek tautologi setelah mengalami perkembangan.
Hipotesa 2 :     Menurut interaksi dengan orang orang di luar kelomopok, yang diikuti dengan rasa tidak senang kepdanya, mengakibatkan makin naiknya interaksi di dalam kelompok, dan seklaigus berarti menaikannya rasa tertarik di dalam kelompok.
            Hipotesa ini memang sangat tepat bila diterapkan pada kelompok yang kuat dan tertutup atau masyarakat yang primitif.
            Karena pada kedua contoh  tersebut, anggota-anggotanya sulit menerima hal-hal dari luar.
            Hipotesa ini sangat tepat untuk menerangkan timbulnya klik sebab makin seringnya anggota klik berinteraksi maka rasa tidak senang dengan orang-orang kuat semakin mendalam.
            Sehubungan dengan proses internal sistem, maka hal ini merupakan potensi poko bagi terbentuknya norma-norma kelompok. Namun perbentukan norma-norma kelompok ini terjadi secara tidak wajar dan akibat proses pengelompokan serta bukan dari proses interaksi.
            Hal ini seperti diungkapkan oleh G.C Homasn sendiri : “....group percipitate their own norms out of the very process of in teraction”.
Hipotesa 3 :     Makin tinggi kedudukan seseorang di dalam kelompok makin  banyak kesediaannya untuk mentaati norma-norma yang ada.
                        Sebaliknya juga berlaku :
                        Makin banyak kesediaan mantaati norma-norma yang ada, makin terpandang oleh anggota-anggota lainya, makin tinggi kedudukan orang itu di dalam kelompok.
41
42
            Hipotesa ini sangat tepat bila diterapkan pada keloompok gelandangan, gang, klik, masyarakat yang primitif. Artinya bagi anggota Yang tinggi kedudukannya dalam kelompok, mereka paling taat pada norma kelompoknya. Akan tetapi bagaimana hipotesa ini menghadapi sistem sosial yang selalu berkembanga seingga hal ini mempengaruhi norma-norma kelompok dan orang-orang yang punya kedudukan tinggi tersebut ? Artinya apakah orang-orang yang punya kedudukan tinggi tersebut bersedia menerima perkembangan dan melepaskan norma-norma yang ada?
            Untuk ini maka G.C. Homans mengjukan suatu konsep yang disebut dengan: Moving equilibrium yang pada pokoknya : “The state the leader would have wished” artinya pimpinan menghendaki perubahan.
Hipotesa  4    : Anggota kelompok yang mempunyai kedudukan lebih tinggi akan menghubungi anggota di bawahnya lebih sering daripada yang bawah mnghubungi atasannya.

Hipotesa 5  : Apabila dua orang berhubungan, makin sering orang mengambil inisiatif untuk menghubungi temanya, makin hormat orang ini kepadanya.

            Hipotesa ini tepat diterapkan pada kelompok atau masyarakat yang memiliki kehidupan yang homogen, sehingga kurang dirasakan dirasakan perbedaan kehidupan antara anggota satu dengan yang lain.
            Namun hipotesa ini tidak berlaku pada kehidupan kelompok atau masyarakat telah maju dimana kehidupan mereka telah bersifat heterogen. Juga hipotesa ini tidak berlaku apabila diterapkan pada masyarakat yang ada jurang pemisahnya/jurang kelas sosial.
Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger