BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan bahasa,
gambar, bilangan, symbol-simbol, grafik, suatu kegiatan atau proses penyampaian
pesan itulah yang biasanya dinamakan dengan komunikasi. Semua studi
tentang manusia dan kehidupannya, selalu berhubungan dengan komunikasi.
Sebagai makluk sosial, komunikasi merupakan
hal yang sangat penting. Komunikasi dapat diartikan sebagai berbagi pikiran,
informasi dan intelejen. Komunikasi adalah segala bentuk aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain.
Lalu jika pesan yang dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan
bicara, maka terjadilah mis-komunikasi. Sebuah komunikasi yang efektif
membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata,
postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal.
Dalam konteks perpustakaan, komunikasi adalah
suatu keniscayaan yang tak terbantahkan, karena perpustakaan berhubungan dengan
informasi yang akan digunakan oleh pemustaka untuk kepentingan-kepentingan yang
terkait dengan perannya sebagai makhluk. Informasi yang disampaikan maupun yang diterima oleh elemen-elemen yang terkait dengan
perpustakaan tentu membutuhkan komunikasi
yang efektif agar setiap informasi yang ada maupun yang dibutuhkan di
perpustakaan dapat tersampaikan dan dapat diterima dengan baik.
B.
Rumusan
Masalah
Permasalah yang ingin dibahas di dalam makalah ini
adalah “
1. pengertian
perpustakaan, pustakawan dan pemustaka?
2. Pengertian
komunikasi dan ruang lingkupnya?
3. Apa-apa
saja komponen komunikasi?
4. bagaimana
cara seorang pustakaawan berkomunikasi dengan pemustaka dan sesama pustakawan?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu perpustakaan, pemustaka, pustakawan,
2. Untuk
mengetahui komunikasi dan ruang lingkupnya
3. Untuk
mengetahui komponen-komponen komunikasi
4. Dan
untuk mengetahui cara seorang pustakawan dalam berkomunikasi dengan para
pemustaka dan sesama pustakawan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian
Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku. Setelah mendapat awalan per dan akhiran an menjadi perpustakaan, yang berarti kitab, kitab perimbon, atau
kumpulan buku-buku, yang kemudian disebut koleksi bahan pustaka. Istilah itu
berlaku untuk perpustakaan yang masih bersifat tradisional atau perpustakaan
konvensional. Untuk perpustakaan modern, dengan paradigm baru (kerangka
berpikir atau model teori ilmu pengetahuan), koleksi perpustakaan tidak hanya
terbatas berbentuk buku-buku, majalah, Koran, atau barang tercetak (printed matter) lainnya. Koleksi
perpustakaan telah berkembang dalam bentuk terekam, dan digital (recorded matter). Selanjutnya,
buku-buku dan bahan pustaka yang lain tersebut harus ditata dan disusun rapi
dirak dan tempat-tempat yang sudah ditentukan di dalam ruangan atau gedung
tersendiri, setelah diolah atau dip roses menurut system pengelompokkan koleksi
menurut subjek, misalnya menurut Dewey
Decimal Classification (DDC).[1]
B.
Pengertian
Pemustaka
User adalah pengguna (pemustaka) fasilitas yang
disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun
fasilitas lainnya). User berbagai macam jenis, ada mahasiswa, guru, dosen, dan
masyarakat pada umumnya bergantung jenis perpustakaan yang ada.
C.
Pengertian
pustakawan
Pustakawan atau librarian adalah seorang tenaga
kerja bidang perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan,
baik melalui pelatihan, kursus, seminar maupun dengan kegiatan sekolah formal.
Pustakawan ini orang yang bertanggung jawab terhadap gerak maju roda
perpustakaan. Maka, di wilayah Pegawai Negeri Sipil (PNS), pustakawan termasuk
kedalam jabatan fungsional. [2]
D.
Pengertian
komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa inggris
“communication”), secara epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari
bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata
communis memiliki makana “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha
yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Sedangkan
komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam
komunikasi ini adalah manusia.[3]
Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau
makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang
kepada orang lainnya. Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian
informasi, mengenai fikiran, dan perasaan-perasaan.[4]
E.
Ruang
Lingkup Komunikasi
Ruang
Lingkup Komunikasi yaitu
menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol
simbol tertentu kepada orang lain. Bagaimana seseorang dalam kedudukannya
sebagai anggota masyarakat memberi pendapat dan menerima saran orang lain.
Bagaimana seorang politikus melakukan kampanye di depan massa, sehingga mampu
menarik pendukung dan lain sebagainya.
Peristiwa-peristiwa di atas
merupakan contoh dari peristiwa komunikasi antara manusia. Di mana manusia
sebagai pelaku utamanya dan berlangsung baik secara tatap muka maupun melalui
media. Karena itu disebut komunikasi insani (human communication) atau
lebih populer dengan nama komunikasi antara manusia.
Seorang mahasiswa contohnya duduk
sendirian membaca buku atau mendengar siaran radio dalam kamar akan menimbulkan
pertanyaan, apakah peristiwa yang terjadi ini dapat digolongkan sebagai
komunikasi antara manusia. Jawabannya tentu saja iya, sebab si mahasiswa
mengikuti pesan-pesan yang dibuat oleh manusia dan ditujukan kepada manusia
lewat radio dan buku, meskipun tanpa ditemani oleh orang lain.
Tetapi jika Budi setiap pagi bermain
dengan anjingnya, ia bercengkerama sehingga terjadi pemahaman antara kedua
makhluk yang berbeda itu meski dalam suasana komunikasi yang terbatas, maka
kita dapat mengatakan peristiwa komukasi yang berlangsung seperti ini bukanlah
komunikasi antara manusia, melainkan komunikasi antara manusia dan hewan.[5]
F.
Komponen-komponen
dasar komunikasi di perpustakaan
Komponen-komponen
komunikasi di dalam suatu lembaga atau intansi ialah :
1. pengirim
pesan (sender). Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan
kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya.
2. Pesan
(massage). Pesan adalah informasi
yang akandisampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal
atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa:
Ø informasi,
Ø ajakan,
Ø rencana
kerja,
Ø pertanyaan
dan sebagainya.
3. Simbol
atau isyarat. Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga
pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang guru menyampaikan
pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan
bagian muka lainnya).
4. adalah
media atau penghubung adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti: TV, radio,
surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini
disesuaikan dengan isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan,
situasi dan sebagainya.
5. mengartikan
kode atau isyarat. Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata maupun
indera lainnya), maka penerima pesan harus dapat mengartikan simbol atau kode
dari pesan tersebut, sehingga dapat dipahami.
6. penerima
pesan. Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari pengirim
meskipun dalam bentuk kode atau isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim.
7. balikan
(feedback). Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa balikan seorang
pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap penerima pesan.
8. Delapan
adalah gangguan. Gangguan bukan
merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam
proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada gangguan.
Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga
penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.[6]
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Peranan
komunikasi dalam perpustakaan
Perpustakaan dan organisasi
informasi lainnya mempekerjakan banyak tipe orang yang berbeda watak, kebiasaan
dan budayanya yang kemudian membentuk suatu kelompok. Jelas bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi itu adalah kondisi interaksi
kelompok tersebut, yakni komunikasi antar pegawai, antara pimpinan dengan
bawahan dan antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain di dalam suatu
organisasi serta antara petugas dengan pengguna perpustakaan.
Dalam hal ini setiap individu
seyogyanya menyadari bahwa seseorang mungkin memiliki kelebihan, sedangkan yang
lain mempunyai kekurangan dalam keterampilan interaksi sosial. Dengan menyadari
kondisi ini, diharapkan bahwa keterpaduan kelompok dapat ditegakkan. Karena
integrasi suatu keterampilan kelompok dapat memungkinkan suatu organisasi
mencapai tujuannya secara efektif. Dan sebaliknya seringkali kelompok kerja
terpecah akibat kurang komunikasi antar anggota atau antar bagian di dalam
organisasi tersebut. Agar pekerjaan dapat dikerjakan secara efektif, keterpaduan
yang menimbulkan kerjasama tetap diperlukan.
B.
Komunikasi
dan informasi di lingkungan perpustakaan
Dilihat dari
aspek social dan komunikasi, perpustakaan bisa ditempatkan sebagai salah
satu struktur social dalam masyarakat, lembaga, atau bahkan proses dan
organisasi. Fungsi-fungsi komunikasi dan proses perjalanan informasi dalam
konteks ini sangat kental menyertai. Bahkan , hampir semua bentuk dan hasil
kegiatan perpustakaan mempunyai tujuan untuk dikomunikasikan kepada masyarakat
seluas-luasnya[7].
Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Kita mengadakan komunikasi, karena kita
menghendaki seseorang berbuat, berpikir atau merasa dalam suatu cara yang
tertentu. Kita mengetahui bahwa kita sudah mengkomunikasikannya, jika respons
atau reaksi yang kita ingini sudah tercapai atau terjadi.
Proses komunikasi yaitu :
1. Mestilah
ada suatu pengirim (sender) yang menjadi sumber dari pesan itu.
2. Setiap
komunikasi mestilah mempunyai suatu tujuan.
3. Ide
yang ada dalam komunikasi di “encode”, di ubah menjadi lambang dan tanda-tanda.
4. Lambang
atau tanda-tanda itu disalurkan melalui suatu saluran.
5. Penerima
mengadakan “decade” terhadap lambang-lambang atau tanda-tanda itu, dengan
memberinya arti atau makna.
6. Jika
pengirim dan penerima sama-sama mempunyai tingkat pengalaman bersama yang
serupa, maka kesempatan akan lebih baik, bahwa mereka juga akan sama-sama
mempunyai arti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.
7. Feedback
atau umpan balik, ialah apa yang terjadi sebagai suatu akibat atau hasil dari
komunikasi itu, dan merupakan cara atau jalan yang terutama bagi kita untuk
memeriksa atau melihat apakah pesan itu dimegerti.[8]
Dilihat dari segi kelembagaan, perpustakaan dianggap
sebagai unit kerja yang bersama-sama dengan unit kerja lainnya di dalam
lingkungan lembaga penaungnya, turut serta menunjang pencapaian tujuan dari
lembaga induknya tersebut. Karena sebagai unit kerja, secara organisasi
perpustakaan terbagi kedalam unit-unit kerja yang lebih kecil. Dari sana maka
informasi yang ditanganinya pun menyesuaikan secara proposional. Ada informasi
untuk bahan administrasi pengadaan, ada informasi untuk data peminjaman dan ada
juga informasi untuk diberikan kepada pengguna luas.
Proses komunikasi dalam segala aspeknya terjadi di
lingkungan perpustakaan. Misalnya, di bagian referensi terjadi terjadi proses
komunikasi pendidikan dan antarpersona sekaligus, di ruang media terjadi proses
komunikasi bermedia, dan di bagian pelayanan peminjaman koleksi terjadi proses
komunikasi antarpersona. Secara umum, perpustakaan juga berfungsi sebagai
lembaga layanan jasa penelusuran informasi.[9]
C.
Prinsip
atau strategi yang dapat digunakan oleh pustakawan
Kekompakan organisasi tergantung kepada komunikasi,
yakni pertukaran informasi antar instansi di dalamnya. Komunikasi seharusnya
dikembangkan antara atasan dan bawahan, antara sesame atasan, antara sesame
bawahan dan komunikasi silang (cross
communication). Dengan komunikasi yang lancer, maka pimpinan akan mendapat
dukungan dari bawahan. Sebaliknya bawahan akan mendapat kepercayaan dari
pimpinan. Dampak selanjutnya proses pelaksanaan dapat berjalan lancar (“smoothly”). Sebaliknya apabila
kpmunikasi tidak berjalan lancar, ada kekurang-engkapan atau hambatan, misi dan
pesan tidak sampai. Karena hal itu bisa salah persepsi, salah pengertian, dan
berkurangnya rasa saling percaya antara pimpinan dan bawahan. Jadi komunikasi
yang dikembangkan berprinsip kepada sampainya pesan secara utuh di tangan
penerima sebagaimana dikehendaki si pengirim. Kendala atau distorsi komunikasi
sedapat mungkin dihindarkan. Sebab kelancaran komunikasi akan mengurangi atau
menghilangkan salah persepsi, kecurigaan ataupun penilaian yang keliru.[10]
D.
Arus
komunikasi arah ke bawah dan ke samping
Komunikasi didalam suatu orgnisasi memiliki beberapa
arah, yaitu :
1. Komunikasi
vertical (ke bawah)
Komunikasi
kebawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan kepada
bawahannnya. Dalam komunikasi ke bawah, pesan bergerak sepanjang saluran
vertical melalui dua arah yaitu dari atas dan dari bawah. Komunikasi kebawah
dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan yang
lebih tinggi kepada mereka yang lebih rendah. Kebanyakan komunikasi kebawah
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan
pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan,
disiplin, perintah, pertanyaan, dan menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap,
membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena
salah informasi , mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan
mempersiapkan diri untuk menyesuiakan perubahan. [11]
2. Komunikasi
horizontal ( ke samping)
Komunikasi dalam
sebuah lembaga atau organisasi juga berlangsung diantara anggota-anggota yang
menduduki posisi-posisi yang sama atau sederajat. Pesan ini biasanya
berhubungan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan
masalah, penyelesaian konflik dan saling memberi informasi. Komunikasi ini
bertujuan untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi informasi mengenai
rencana dan kegiatan kerja, memecahkan masalah yang timbul di antara
orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama, untuk memperoleh pemahaman
bersama, dan untuk mengembangkan dukungan interpersonal.[12]
E.
Membangun
relasi ideal antara pustakawan dan pemustaka
Pustakawan ideal dalam materi Diklat Calon
Pustakawan Tingkat Ahli oleh Muhtar Arifin Sholeh adalah pustakawan yang secara
umum memenuhi kompetensi-kompetensi seorang pustakawan, yaitu kompetensi
pribadi (personal competence), kompetensi sosial (social competence),
kompetensi profesional (professional competence), dan kompetensi ketrampilan
(skill competence). Sebuah kompetensi pribadi adalah kepribadian yang luhur,
sehat jasmani dan rokhani, berpenampilan menarik . Yang dimaksud dengan
kompetensi sosial komunikasi yang baik, atensi terhadap orang lain, senyum,
salam, sapa, sopan-santun, rela membantu (helpful), kerja sama, ramah,
kepemimpinan. Sedangkan kompetensi professional adalah seorang pustakawan
haruslah berijasah / bersertifikat pendidikan perpustakaan, penguasaan ilmu
informasi & perpustakaan, penguasaan teknologi informasi – komunikasi. Arti
dari kompetensi ketrampilan bahwa pustakawan harus bisa mengembangkan
ketrampilan berpikir, ketrampilan tangan, kreatif serta inisiatif.
Dalam menciptakan citra pustakawan yang
ideal bagi pemustaka atau masyarakat tentulah dibutuhkan suatu pengetahuan yang
memadai tentang kepribadian, komunikasi, informasi serta keunggulan
perpustakaan itu sendiri. Citra positif seorang pustakawan dapat diperlihatkan
dalam pelayanan kepada pemustaka baik dalam bertutur kata, gesture atau bahasa
tubuh dan kejelasan informasi yang diperlukan. Disamping itu citra negatif
harus dihilangkan karena citra negatif akan memperlemah serta merusak strategi
yang telah dibangun secara efektif. Perlakuan pustakawan yang menimbulkan citra
negatif misalnya perlakuan kasar dan judes kepada pemustaka yang mungkin juga
memang menjengkelkan, memberika jawaban yang tidak professional misalkan
ditanya tentang keberadaan koleksi lantas dijawab dengan “tidak tahu ya”, atau
pura-pura tidak mendengar. Dalam menghadapi pengguna atau pemustaka walau
sejengkel apapun seorang pelayan publik harus mampu bersikap profesinal dengan
tetap berperilaku yang santun.[13]
Interaksi sosial antara pustakawan dan
pemustaka berlangsung melalui kontak sosial dan komunikasi sosial. Interaksi
tersebut dilandasi oleh beberapa factor yaitu imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati, dan empati. Bentuk interaksi antara pustakawan dan pemustakanya dapat
terjadi melalui kegiatan kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Persoalan
interaksi pustakawan dan pemustakanya disebabkan oleh perkembangan pemustaka
dan teknologi informasi, posisi pustakawan dalam system kerja, serta makin
banyak tersedianya sarana pendidikan maupun pelatihan. Seiring dengan dengan
meningkatnya kebutuhan akan informasi, interaksi sosial antara pustakawan dan
pemustaka pun frekuensinya semakin meningkat. Pustakawan dapat berinteraksi
dengan baik jika dia punya kemampuan (ability), keterampilan (skill), dan
kompetensi (competence) informasi.
Imitasi adalah tindakan meniru orang
lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk
, misalnya, gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola piker serta apa
saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang. Namun demikian, dorongan
seseorang untuk meniru orang lain tidak terjadi dengan sendirinya , perlu ada
sikap menerima, sikap mengaggumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan
diimitasi. Misalnya : imitasi pemustaka terhadap pustakawan yang rajin membaca.
Sugesti berlangsung ketika pustakawan
memberi pandangan atau pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh
pemustaka. Biasanya, sugesti muncul ketika si penerima sugesti sedang dalam
kondisi tidak netral sehingga tidak dapat berpikir rasional.
Identifikasi merupakan kecenderengun
atau keinginan pemustaka untuk menjadi sama dengan pustakawan. Identifikasi
bersifat lebih mendalam dibandingkan imitasi karena kepribadian seseorang bisa
terbentuk dalam proses identifikasi. Orang melakukan proses identifikasi karena
memerlukan tipe ideal tertentu dalam hidup. Misalnya saja identifikasi
pemustaka kepada seorang pustakawan yang dengan cepat menemukan di rak bahan
pustaka yang dibutuhkannya.
Simpati merupakan suatu proses ketika
seseorang pemustaka merasa tertarik kepada pustakawan. Melalui proses simpati,
pemustaka menempatkan dirinya dalam keadaan pustakawan dan merasakan apa yang
dialami, dipikirkan, atau dirasakan oleh pustakawan. Dalam proses ini, perasaan
berperan penting walaupun alasan utamanya adalah keinginan memahami dan bekerja
sama dengan orang lain. Misalnya, pemustaka yang meletakkan bahan pustaka yang
selesai dibacanya di meja yang telah disediakan, tidak meletakkannya langsung di
rak.
Empati merupakan simpati mendalam yang
dapat mempengaruhi fisik dan kejiwaan seseorang. Misalnya saja pustakawan yang
berempati untuk membantu pemustaka melakukan penelusuran cepat bahan pustaka
yang dibutuhkan dalam skripsinya.
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan,
pengaruh, atau stimulasi yang diberikan seorang pustakawan kepada pemustaka
sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang
dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Wujud
motivasi dapat berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.[14]
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi di dalam suatu organisasi maupun di
masyarakat sangat penting untuk digunakan. Karena komunikasi digunakan untuk
menyalurkan suatu informasi dan suatu makna melalui media tertentu sesuai
dengan situasi. Peranan komunikasi juga sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan karena tanpa komunikasi ilmu yang akan disampaikan tidak akan bisa
diterima, begitu juga komunikasi dalam lingkungan sosial, komunikasi dalam
lingkungan keluarga. Dan dapat dipastikan jika di dalam suatu keluarga tidak
ada komunikasi yang terbuka tidak akan ada keharmonisan, komunikasi dalam
kelompok dan organisasi.
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai
komponen dasar sebagai berikut : pengirim pesan, penerima pesan dan pesan.
Semua fungsi manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dimulai
dengan adanya pengirim pesan yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang agar dapat dipahami sesuai apa yang ia sampaikan. Kemudian pesan
(informasi) tersebut disampaikan melalui isyarat (simbol), baik verbal
(kata-kata) maupun non verbal (bahasa tubuh) melalui media komunikasi langsung
(tatap muka), TV, Radio, internet, dll. Setelah pesan diterima melalui indera,
maka si penerima mengartikan, atau menterjemahkan agar dapat dipahami olehnya.
Setelah pesan tersebut dimengerti, maka ada tanggapan atau isyarat yang berisi
pesan dari penerima agar pengirim pesan tahu dampak pesannya terhadap penerima
pesan (balikan).
B.
Saran
Sebagai makhluk sosial, tentunya komunikasi
merupakan hal yang mutlak ada dalam kehidupan kita. Tentunya kita tidak akan
bisa hidup tanpa berkumunikasi dengan orang lain. Dengan adanya makalah ini,
maka diharapkan kita dapat menciptakan suatu komunikasi yang baik agar tidak
terjadi miss komunikasi yang akan berakibat fatal dan bisa mendorong terjadinya
konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Arni Muhammad, kumunikasi organisasi, Jakarta:bumi
aksara,1995.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/Komunikasi.pdf. di akses pada tanggal 18 November 2015.
http://www.informasiahli.com/2015/08/ruang-lingkup-komunikasi.html#_
di akses pada tanggal 17 November 2015.
http://digilib.uinsby.ac.id/9333/4/bab2.pdf . hlm 16 di akses
pada hari senin tanggal 17 November 2015
pukul 09.00 wib.
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/197207152003121-CHAIRUL_FURQON/Ar diakses pada tanggal 18 November 2015.
http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfteguh/interaksi%2520pustakawan.pdf diakses pada tanggal 17 November 2015.
http://haryelsaputra-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45162-Info%20Perpustakaan-Menciptakan%20Citra%20Perpustakaan%20Ideal%20Dalam%20Masyarakat.html diakses pada tanggal 19 November 2015.
Pawit M.Yusup, Ilmu Informasi Komunikasi dan kepustakaan , Jakarta:Bumi
Aksara,2009.
Robbins, James G.,Komunikasi yang efektif untuk pemimpin,
pejabat dan usahawan. Jakarta:pedoman ilmu jaya,1995.
Sutarno, Manajemen Perpustakaan:suatu pendekatan praktik. Jakarta:Sagung
Seto,2006.
Wiji Suwarno,perpustakaan dan buku : wacana penulisan dan penerbit.
Yogjakarta:ar-ruzz media,2011.
[1] Sutarno, Manajemen Perpustakaan:suatu pendekatan
praktik. (Jakarta:Sagung Seto,2006). Hlm 11
[2] Wiji Suwarno,perpustakaan dan buku : wacana penulisan dan
penerbit.(Yogjakarta:ar-ruzz media,2011).
[3] http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/Komunikasi.pdf. di akses pada tanggal 16 november 2015.
[4] Robbins, James
G.,Komunikasi yang efektif untuk
pemimpin, pejabat dan usahawan.(Jakarta:pedoman ilmu jaya,1995). Hlm 10.
[5] http://www.informasiahli.com/2015/08/ruang-lingkup-komunikasi.html#_
di akses pada tanggal 17 november 2015.
[6] http://digilib.uinsby.ac.id/9333/4/bab2.pdf . hlm 16 di akses pada hari senin tanggal 16
november 2015 pukul 09.00 wib.
[7] Pawit M.Yusup, Ilmu Informasi Komunikasi dan kepustakaan (Jakarta:Bumi
Aksara,2009). Hlm 1.
[8] Robbins, James
G.,Komunikasi yang efektif untuk
pemimpin, pejabat dan usahawan.(Jakarta:pedoman ilmu jaya,1995). Hlm 11
[9] Pawit M.Yusup, Ilmu Informasi Komunikasi dan kepustakaan (Jakarta:Bumi
Aksara,2009). Hlm 28
[10] Sutarno, Manajemen Perpustakaan:suatu pendekatan
praktik. (Jakarta:Sagung Seto,2006). Hlm 127
[11] Arni Muhammad, kumunikasi organisasi,(Jakarta:bumi
aksara,1995).hlm 108
[12] http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/197207152003121-CHAIRUL_FURQON/Ar
diakses pada tanggal 16 november 2015.
[13] http://haryelsaputra-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45162-Info%20Perpustakaan-Menciptakan%20Citra%20Perpustakaan%20Ideal%20Dalam%20Masyarakat.html
diakses pada tanggal 19 November 2015.
[14] http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfteguh/interaksi%2520pustakawan.pdf
diakses pada tanggal 17 november 2015.
+ comments + 1 comments
Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT
Over 160k women and men are trying a simple and secret "liquid hack" to lose 2 lbs each night as they sleep.
It's proven and it works with anybody.
This is how you can do it yourself:
1) Hold a drinking glass and fill it up with water half full
2) Proceed to learn this weight losing hack
and you'll become 2 lbs lighter the next day!
Post a Comment