Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA DARI FAKTOR KIMIA DAN LINGKUNGAN

Wednesday, 29 July 20150 comments

 Makalah pelestarian dan pengawetan bahan pustaka

Pencegahan kerusakan bahan pustaka dari faktor kimia dan lingkungan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perpustakaan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan utama untuk mengumpulkan dan merawat dokumen dari masa lalu kemasa yang akan datang. Di  perpustakaan dokumen-dokumen yang telah terhimpun dalam berbagai ilmu pengetahuan disebut dengan bahan pustaka. Bahan pustaka yang merupakan koleksi perpustakaan baik bahan pustaka yang konvesional maupun bahan pustaka yang modern perlu dipelihara, dirawat, dan dilestarikan untuk mempertahankan kandungan informasi yang ada di dalamnya sehingga bisa digunakan oleh setiap generasi secara terus- menerus.
Perpustakaan juga merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa. Pelestarian dalam hal ini meliputi pemeliharaan dan pengawetan koleksi perpustakaan dengan tujuan agar bahan pustaka senantiasa pada kondisi yang baik dan siap dimanfaatkan oleh pemustaka. Oleh karena itulah maka pustakawan harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan melestarikan koleksi perpustakaan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Factor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan bahan pustaka?
2.      Bagaimanakah cara-cara pencegahan kerusakan bahan pustaka?

1.3   Tujuan
1.       Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan atau pelestarian koleksi bahan pustaka yang disebabkan oleh kerusakan kimia dan lingkungan seperti manusia, alam dan kebakaran.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    FAKTOR KIMIA
Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai, dan akhirnya kertas menjadi rusak. Peruraian tersebut disebabkan oleh reaksi-reaksi oksidasi dan hidrolisis, yang dipengaruhi pula oleh suhu dan cahaya.
Oksidasi terjadi karena adanya oksigen dari udara mengakibatkan perubahan pada zat-zat organik dan anorganik. Oksidasi pada kertas menyebabkan jumlah gugusan karbonil dan karboksil bertambah serta diikuti dengan memudarkannya warna kertas. Sedangkan hidrolisasi adalah suatu reaksi yang terjadi karena adanya air. Pada kertas reaksi tersebut mengakibatskan putusnya rantai polimer serat selulosa membentuk unit-unit  yang lebih kecil, dan melekul air. Sehingga mengurangi kekuatan serat dan kekuatan kertaspun akan berkurang. Apabila hal ini berlanggsung terus-menerus mengakibatkan kertas menjadi rapuh.
Kandungan asam didalam kertas, mempercepat reaksi hidrolisis sehingga mempercepat kerusakan kertas. Oleh karena itu asam merupakan zat berbahaya    bagi kertas yang harus dihilangkan. Asam yang terbentuk dalam kertas dapat terjadi dari bermacam-macam sumber dan cara, baik dari dalam kertas maupun dari udara dari tempat penyimpanan, serta tinta. Disamping itu sifat asam yang mudah berpindah tempat, menyebabkan keasaman kertas dapat diperoleh dari kotak karton dan kertas sampul atau pembungkus yang mengandung asam, apabila terjadi kontak langsung diantara bahan-bahan tersebut.

Langkah preventif dari faktor kimia yaitu :
1.        Dengan memilih bahan pustaka yang baik  dengan teliti, perlu dilihat jenis kertas dan tulisan.
2.        Menetralkan asam yang terkandung dalam kertas dengan deasidifikasi atau memberi bahan penahan ( buffer)




a.       Dalam kertas
Sumber keasaman yang berasal ari dalam kertas antara lain residu dari bahan-bahan kimia yang digunakan pada waktu pembuatan kertas,lignin, alum-rosin sizing, zat pemutih. Demikian pula halnya dengan tinta sebagai alat tulis, beberapa jenis ternyata juga mengandung asam.
Pada pemasangan pulp terbentuk senyawa-senyawa kimia hasil dari reaksi-reaksi kimia, baik yang bersifat asam mmaupun yang akan membentuk asam pada reaksi selanjutnya. Semua zat-zat tersebut harus dihilangkan agar tidak meninggalkan residu yang akan menambah jumlah asam didalam kertas. Beberapa zat, yang harus dihilangkan, antara lain:
·        Lignin
Lignin adalah suata senyawa kimia yang terdapat dalam kayu, sebagai bahan pengikat antar serat. Kandungan lignin di dalam kayu berkisar antara 20-30. Zat ini sangat berbahaya bagi kertas, oleh karena itu pada pembuatan kertas lignin di hilangkan dengan cara pemasakan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Lignin yang tertinggal dalam kertas akan menhakibatkan keretas menjadi coklat, diikuti dengan berkurangnya kekuatan kertas, karena terjadi reaksi oksidasi yang menghasilkan asam.
·         Alum-rosin sizing
Sifat kertas yang mudah menyerap air mengakibatkan tinta yang ditulis di atas kertas akan mengembang. Untuk mengatasi hal tersebut, ditambahkan zat sizing pada pembuatar kertas. Gelatin adalah salah satu zat sizing yang yang dipergunakan pada awal dikenalnya pembuatan kertas, yaitu suatu zat yang diperoleh dari hasil pemasakan tulang binatang. Kemudian gelatin sebagai zat sizing diganti oleh alum-rosin yang lebih murah dan mudah diperoleh serta efisien cara penggunaannya. Tetapi reaksi dari aluminium sulfat (alum) dengan matrium rosin selain membentuk aliminium rosin (mengurangi daya serap air), juga membentuk asam yaitu asam sulfat yang akan menghindrolisa selulosa.

·           Zat pemutih
Hipoklorit, klor dioksida dan peroksida adalah zat-zat pemutih yang bisa digunakan untuk memucatkan warna serat yang diperoleh dari proses kimia. Pemucatan merupakan kelanjutan dari peroses pemasakan dalam hal memisahkan lignin dan zat-zat lain yang tidak diinginkan, yang terkandung dalam kayu. Zat-zat pemucat klori harus dihilangkan dengan sempurna, agar tidak menggalkan residu klorin dalam kertas yang merupakan sumber asam.

b.    Polusi Udara
sumber keasaman juga dapat diperoleh dari udara, karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, karbon dioksida, hidrogen sulfida dan gas-gas lain yang juga berbahaya bagi kertas yaitu ozon dan amonia yang terdapat di udara bebas.
·      Sulfur dioksida
Sulfur dioksida terdapat di udara bebas yang merupakan hasil pembakaran bermacam-macam bahan bakar. Sulfur dioksida diserap oleh kertas, kemudian adanya air dan logam-logam berat seperti besi dan tembaga dalam kertas menyebabkan sulfur dioksida diubah menjadi asam sulfit. Asam sulfit dioksidasi oleh No dan ozon membentuk asam sulfat.
·           Hidrogen sulfida
Hidroen sulfide adalah gas yang bersifat asam, merupakan hasil aktifitas industry dalam kota, aktivitas biologi di rawa-rawa, daerah-derah danau dan air pasang. Gas ini juga dapat dihasilkan dari karet dalam bermacam-macam bentuk yang banyak dijumpai pada kantor-kantor dan gedung modern.
·           Nitrogen dioksida
Gas nitrogen dioksida juga dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak pada kendaraan bermotor. Seperti gas sulfur dioksida, gas ini dapat bereaksi dengan air menghasilkan asam nitrat.
Asam nitrat terbentuk bersama-sama dengan asam nitrat dan bereaksi lebih lanjut dengan oksigen dari udara membentuk asam nitrat. Asam nitrat dan asam sulfat merupakan asam-asam kuat dan bersifat oksidator yang dapat menghidrolisa selulosa pada kertas.
·           Ozon
Gas ozon dapat membahayakan kertas, karena ozon dapat memutuskan rantai-rantai ikatan kimia pada polimer selulosa, membantuk fraksi-fraksi yang tidak stabil. Pemutusan rantai ikatan kimia ini akan lebih cepat terjadi bila dalam keadaan lembab.
Gas ozon berasal dari berbagi sumber, yaitu:
-          Terdapat dalam atmosfir lapisan atas, yang diproduksi secara alami.
-          Efek dari cahaya matahari pada gas-gas yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor (reaksi fotokimia).
-          Dari beberapa macam lampu dan alat listrik yang dipakai dalam ruangan.
Ozon mulai terbentuk dari gas nitrogen dioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Reaksi fotokimia dari nitrogen dioksida oleh sinar matahari membentuk nitrogen monooksida dan atom oksigen. Oksigen ini bereaksi dengan gas oksigen dari udara membentuk ozon. Kemudian ozon mengubah gas nitrogen monooksida menjadi gas nitrogen dioksida kembali. Mesin fotokopi juga dapat menghasilkan sinar ultra violet dan ozon.

c.    Tinta
Sumber asam dapat juga berasal dari tinta iron gall sebagai alat tulis. Tinta ini dibuat dengan mencampur asam tanat dan garam besi (ferro sulfat). Campuran tinta tersebut bersifat asam karena ditambahkan asam sulfat atau asam hidroklorida, agar tertulis dapat melekat atau tertera dengan baik di atas kertas. Tetapi adanya asam di dalam tinta mengakibatkan kertas akan terkikis dan membentuk lubang pada bagian=bagian yang tertulis oleh tinta.
Sifat merusak pa tinta bertambah besar dengan adanya kandungan besi di dalam tinta, seperti diketahui besi merupakan katulis (zat yang mempercepat reaksi) bagi terbentuknya asam sulfat dari sulfat dioksida.

Langkah preventif dari polusi udara, diantaranya:
1.      Ruangan mrnggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter untuk menyaring udara dan biasanya ruangan yang ber AC selalu tertutup rapat.
2.      Didalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air cleaner). Di dalam alat ini terdapat bahan karbon aktif untuk menyerap gas-gas pencemar udara, dan juga terdapat filter untuk membersihkan udara dari partikel debu.
3.      Menyimpan dan mendata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam.
4.      Membersihkan kertas dan buku dari debu dengan vacuum cleaaner secara berkala dan teratur.


Langkah curative dari polusi udara, diantaranya:
1.         Di lakukannya penyedotan debu dengan menggunakan vacuum cleaner
2.         Melakukan penjilidan terhadap bahan pustaka yang telah rusak.

B.     FAKTOR BENCANA ALAM DAN MUSIBAH
            Pustakawan harus memperhatikan fator-faktor keamanan, termasuk didalamnya tindakan dan langkah-langkah untuk menghadapi kerusakan yang disebabkan oleh adanya bencana alam dan musibah lain seperti api, air/banjir, perang, pencurian dan sebagainya.
            Perencanaan pencegahan yang efektif untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ataupun yang tidak diduga sebelumnya perlu diawali dengan memasukkan persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan spesifikasi yang ideal untuk sebuah bangunan perpustakaan dengan memperhatikan unsur keamanan tersebut.
Bencana alam dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dan arsip dalam jumlah besar dan waktu relatif singkat, karena bencana alam sukar diperkirakan datangnya. Namun demikian, yang selalu dapat diusahakan adalah upaya untuk penyelamatan dan pelaksanaan kesiapsiagaan untuk menekan sekecil mungkin akibat dari bencana alam tersebut. Dalam hal ini tentu saja pustakawan dituntut memahami berbagai prosedur penyelamatan serta  penanganan sistem keamanan secara fisik.
            Beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
a.    Api
Api merupakan bahaya utama, sehingga banyak koleksi bahan pustaka berharga rusak berat atau musnah karena api. Perlindungan memadai diawali dengan disain arsitektural gedung. Seperti ruang, tangga, lorong, dan lain-lain yang akan diperkirakan akan menjadi cerobong penyebaran api harus dihindarkan. Pintu tahan api dan penyekat api yang memadai harus dipasang, serta penyebaran api mmelalui pipa-pipa listrik yang sejenisnya juga diperkecil.
o  Alat yang dipergunakan, baik dalam gedung maupun perlengkapannya terbuat dari bahan yang tidak mudah menyala dan juga tidak mengeluarkan asap beracun yang mungkin berbahaya, baik bagi manusia maupun bahan pustaka.
o  Alat detektor api, alarm dan sebagainya dapat dipasang dan selalu dikontrol efesiensinya, bila perlu disiapkan tenaga listrik cadangan untuk alat-alat tersebut agar supaya tetap berdaya guna.
o  Sumber-sumber api harus dikurangi sejauh mungkin, yang adaun harus didaftar dan selalu dikontrol seperti jaringan listrik, gardu disel tenaga listrik, zat-zat kimia, bengkel, mesin-mesin, dapur umum, dan sebagainya.
o  Alat-alat pemadam kebakaran ditempatkan pada posisi strategis dan staf diberi instruksi cara pemakaiannya. Alat tersebut harus diuji dan dikontrol secara teratur. Jenis alat yang tepat dan cocok untuk pemadam bahan pustaka adalah bentuk bubuk dan bukan bentuk cair atau gas yang justru akan merusak. Dan tetu saja organisasi atau lembaga pemadam kebakaran yang berwenang dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat.
o  Merokok dilarang keras dan tidak diizinkan diruang penyimpanan ruang baca dan ruang-ruang lain yang membahayakan. Dan bila diizinkan hendaknya diberikan ruang tertentu dengan fasilitas yang memadai, yang selalu dicek secara teratur dan tertib guna menjaga kemungkinan bahaya kebakaran.

Langkah preventif dari faktor api :
1.      Kabel listrik harus diperiksa secara berkala.
2.      Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan-bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.
3.      Merokok dilarang keras dalam ruangan, gudang atau ruangan pengepakan.
4.      Alarm seperti smoke detector harus dipasang pada tempat-tempat yang strategis untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran. Berfungsinya alarm harus diperiksa secara berkala dan dites.
5.      Alat-alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Alat pemadam api ini harus diisi kembali kalau sudah habis masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di dalamnya terdapat benda-benda organic seperti kertas adalah tipe pemadam api kering seperti CO2.

Langkah curatif dari faktor api:
1.      Bila terjadi kebakaran setiap staf harus mengerti prosedur seperti menghubungi petugas pemadam kebakaran, membantu petugas menyelenggarakan evakuasi.
2.      Peta perpustakaan sangat bermanfaat bagi petugas pemadam kebakaran, untuk itu sangat bijaksana apabila perpustakaan mau berkonsultasi dengan staf/petugas pemadam kebakaran untuk lebih mengenal sebelumnya.

b.         air
 Kerusakan oleh bahaya banjir atau air seringkali lebih berbahaya dibanding api. Air dapat timbul dari mana-mana seperti air laut pasang, sungai meluap atau banjir dan hujan terus menerus, kerusakan saluran persediaan air minum, air buangan pipa pemanasan sentral, alat pendingin udara, rembesan dinding, got tersumbat, atap rusak, jendela, kaca dan sebagainya. Juga dapat timbul oleh Karena usaha melawan api dengan air yang biasanya justru lebih besar dan luas dari pada apinya itu sendiri .hindari dengan cara-cara perawatan dan pemeliharaan gedung secara teratur termasuk di dalamnya instalansi listrik , gas, air dan sebagainya dan bila bangunan baru susunlah spesifikasi arsitektural yang memadai .

Langkah preventif dari faktor air yaitu:
1.      Dengan melakukan Pengeringan, yang dapat dilakukan dengan fumigasi untuk mencegah tumbuhnya jamur selama proses pengeringan. Proses pengeringan dapat diusahakan secepat mungkin untuk menghindari problem jamur ini dan menjaga agar tidak berpindah dari satu kertas ke kertas lainnya
2.      Mengontrol air setiap ada turun hujan

Langkah curative dari faktor air, yaitu:
1.      Melakukan pengeringan melalui penembahan larutan thymol 10% dalam alcohol yang berguna untuk menterilkan kertas. Dalam proses ini kita harus berhati-hati jangan sampai warna kertas menjadi luntur dan pucat.
2.      Perpustakaan bisa mencari upaya mengunakan perlengkapan penghilangan kelembaban yang di sebabkan oleh faktor api seperti alat “dehumidifier”, pengering silicagel dan sebagainya.
3.      Setelah pengeringan, kertas dapat difumigasi dan direstorasi sebelum dimasukkan kedalam tempat penyimpanan.

Kertas dapat dikeringkan dengan angin dalam ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik. Kertas dihamparkan pada rak-rak yang telah disediakan, sehingga dalam waktu 24 jam dapat kering dengan baik. Untuk membantu sirkulasi udara dalam ruangan dapat menggunakan kipas angin. Temperature ruangan dapat dinaikan menjadi 35-40oC dengan menggunakan heater.

c.         perang dan bencana alam
Perang dan bencana alam sulit diramalkan datangnya,sehingga pustakawan harus memikirkan situasi tak terduga yang tidak diinginkan tersebut.  Didaerah gempa misalnya di sekitar gunug-gunung berapi atau daerah dilalui jalur-jalur gempa , maka setidaknya bisa merencanakan disain arsitektural gedung perpustakaan yang kuat. Disain semacam ini juga untuk menjaga kemungkinan adanya bahaya/bencana banjir dan /atau kebakaran. Demikian juga pecahnya perang,perlu direncanakan dan dipikirkan pemindahan dan evakuasi koleksi ketempat yang lebih aman.

d.        pencurian
Perencanaan untuk melindungi bahan pustaka dan arsip terhadap bahaya pencurian diawali dengan perencanaan  gedung, mekanisme pelayanan, saluran got, dan lain-lainnya .perlunya diadakan pemeriksaan identitas , baik terhadap  petugas maupun pembaca . bila perlu pembaca diberikan identitas dan /atau izin setiap mereka memasuki gedung dan hak menggunakan bahan pustaka . kamar baca bila perlu diawasi terutama bahan-bahan pustaka langka dan berharga , pembaca dilarang membawa mantel ,tas dan bila perlu sekali lagi pemeriksaan pada pintu keluar yang dilengkapi dengan detektor dan usahakan pintu untuk pengunjung di batasi .
Perpustakaan harus memikirkan pemasangan alarm selama perpustakaan tutup. Untuk perpustakaan yang lebih besar diperlukan patroli keamanan secara teratur oleh staf  keamanan, yang bisa bekerja sama dengan aparat kepolisian .
Pengecekan terhadap bahan pustaka dilakukan secara priodik dalam rak dan ruang penyimpanan untuk membuktikan apakah masih lengkap atau  ada yang hilang . biasa juga terjadi kekeliruan dalam pengembalian ke rak , namun demikian pengecekan stok ataupun inventarisasi bahan pustaka secara periodik dapat membuktikan terjadinya kasus-kasus pencurian.
Dengan demikian untuk lebih menghadapi berbagai bencana alam maupun musibah lain yang mungkin saja bisa terjadi, pustakawan perlu memikirkan atau merencanakan prosedur darurat untuk menghadapi bahaya-bahaya potensial tersebut . langkah-langkah penting yang harus dilakukan antara lain : alarm,memanggil petugas bencana,memanggil staf  perpustakaan , menaksir derajat kerusakan , menentukan langkah dan tindakan yang harus diambil setiap pemindahan ,perawatan dan perbaikannya,  tim pembantu dan merapikan bahan pustaka dan meyakinkan bahan pustaka yang rusak akan di tangani staf pelestarian dan terlatih. Rencana-rencana tersebut hendaknya  di barengin dengan pengaturan komunikasi darurat, buku pedoman yang tepat dan pelatihan staf . bila mungkin dapat di buat duplikat bahan pustaka berharga dan langka, khususnya dapat dibuat dan di simpan di tempat yang lebih aman.[1]

Langkah preventif dari faktor manusia, yaitu:
1.      menumbuhkan kesadaran terhadap pemakai bahan pustaka, tentang pentingnya merawat bahan pustaka.
2.      Tingkakan kepedulian terhadap keutuhan bahan pustaka

Langkah curatif dari faktor manusia, yaitu:
1.      memberikan sanksi kepada perusak bahan pustaka.
2.      memasang rambu-rambu.[2]



















BAB III
PENUTUP

1.3  Kesimpulan
Cara pencegahan dari polusi udara dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: Ruangan mrnggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter untuk menyaring udara dan biasanya ruangan yang ber AC selalu tertutup rapat. Didalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air cleaner). Di dalam alat ini terdapat bahan karbon aktif untuk menyerap gas-gas pencemar udara, dan juga terdapat filter untuk membersihkan udara dari partikel debu. Menyimpan dan mendata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam. Membersihkan kertas dan buku dari debu dengan vacuum cleaaner secara berkala dan teratur.
Cara pencegahan dari api dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: Kabel listrik harus diperiksa secara berkala. Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan-bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama. Merokok dilarang keras dalam ruangan, gudang atau ruangan pengepakan. Alarm seperti smoke detector harus dipasang pada tempat-tempat yang strategis untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran. Berfungsinya alarm harus diperiksa secara berkala dan dites. Alat-alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Alat pemadam api ini harus diisi kembali kalau sudah habis masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di dalamnya terdapat benda-benda organic seperti kertas adalah tipe pemadam api kering seperti CO2.
Cara mencegah kerusakan oleh  faktor manusia: Kebiasaan menyusun rak buku dengan kondisi rak padat. Solusi untuk kebiasaan ini ialah sisakan 20% dari  lebar buku agar buku tidak berdempetan. Kebiasaan mengambil buku dengan sembarangan. Solusi untuk kebiasaan ini ialah buatkan jalan dengan cara mendesak kanan dan kiri sehingga longgar. Kebiasaan memanggul buku dalam jumlah banyak beresiko jatuhnya buku. Solusi untuk kebiasaan ini ialah pakai kereta dorong.






1.4  Saran
Demikian makalah dari kami, kami menyadari bahwa dalam makalah ini tak kuasa dengan kesalahan-kesalahan yang ada, baik itu dari segi penulisan, gaya bahasa yang kami paparkan atau juga sistematika pengambilan referensi. Mohon maaf. Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu kami mintak kritik yang bersifat membangun, serta saran guna untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini bisa mendatangkan kemamfaatan bagi pemakalah khususnya, serta pembaca pada umumnya.Amin,,,



























DAFTAR PUSTAKA


Muhammadin raza, 1992 pelestarian bahan pustakan dan arsip. Jakarta:diterbitkan dengan dukungan dana dari yayasan ford oleh program pelestarian bahan pustaka dan arsip.

http://yuni yuyen. Blog. Undip. Ac.id/2012/05/09/pelestarian-koleksi-perpustakaan




[1] Muhammadin raza, pelestarian bahan pustakan dan arsip. (Jakarta:diterbitkan dengan dukungan dana dari yayasan ford oleh program pelestarian bahan pustaka dan arsip, 1992) hal.17..
[2] http://yuni yuyen. Blog. Undip. Ac.id/2012/05/09/pelestarian-koleksi-perpustakaan/.
Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger