Tugas Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bidang pelestarian bahan pustaka adalah bidang yang masih
baru dalam dunia perpustakaan. Kesadaran akan pentingnya pelestarian ini baru
dimulai sejak tahun 1966, yaitu pada saat banjir di Florence, Italia yang
merusak koleksi perpustakaan nasional Italia serta benda-benda seni yang lain.
Kejadian ini ternyata menggugah hati para pustakawan tentang perlunya
mempelajari bidang pelestarian bahan pustaka ini secara sungguh-sungguh.
Lembaga yang telah lama mengupayakan “pelestarian” ini
adalah museum, arsip, dan kolektor seni. Dua buah lembaga yang bergerak dalam
bidang tersebut ialah:
- The
International Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (IIC),
yang didirikan pada tahun 1950.
- The
American Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (AIC),
didirikan pada tahun 1960.
Kedua lembaga tersebut mengupayakan benda-benda bersejarah,
serta benda-benda seni dapat dilestarikan dengan baik, tetapi waktu itu belum
menyinggung pelestarian koleksi perpustakaan. Pelestarian bahan perpustakaan
baru dipikirkan pada tahun 1970-an, ketika The Library of Congress (LC)
berminat untuk mengembangkan bidang ini karena memiliki kepentingan untuk
merawat koleksinya yang terkenal dan sudah banyak yang lapuk. Kerusakan-kerusakan
bahan pustaka dapat dibagi kedalam kerusakan biologi, fisika, kimia dan
lingkungan lain-lain.
1.2
Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan atau pelestarian
koleksi bahan pustaka yang disebabkan oleh kerusakan fisika seperti
cahaya/lampu, debu, suhu ataupun kelembaban udara.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Cahaya
Cahaya yang digunakan untuk menerangi
ruangan perpustakaan dan arsip adalah bentuk energi elektromagnetik yang
berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar yang
terdapat dalam cahaya dapat dibagi dalam tiga kelompok menurut panjang
gelombangnya, yaitu sinar ultra violet dengan panjang gelombang antara 300-400
milimikron, sinar-sinar dalam cahaya tampak (merah, hijau, kuning) dengan
panjang gelombang antara 400-760 milimikron dan sinar infra merah denga panjang
gelombang lebih besar dari 760 milimikron.
Makin kecil gelombang suatu sinar, makin
besar energi yang dihasilkan. Sinar yang panjang gelombangnya kecil seperti
sinar ultra violet inilah yang berperan dalam merusak kertas. Kerusakan yang
terjadi karena pengaruh sinar ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul
buku, warna bahan cetakan, juga mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan kehilangan
kekuatan.
Kerusakan ini disebabkan karena aksi
dari energi, adanya bahan tambahan dan residu bahan pemutih pada saat proses
pembuatan kertas, adanya partikel-partikel logam dalam kertas serta adanya uap
air dan oksingen di sekitar kertas. Kerusakan ini melalui dua proses yaitu:
·
Fotolisis, yaitu efek
proses yang disebabkan oleh besarnya energi yang dipancarkan sinar ultra
violet, sehingga memutuskan rantai ikatan kimia pada polimer selulosa.
·
Proses fotosensitisasi,
yaitu efek yang disebabkan oleh proses oksidasi dari bahan tambahan dan
partikel logam dalam kertas karena pengaruh cahaya. Proses kerusakan ini akan
di percepat karena adanya uap air dan oksingen yang terdapat dalam udara,
sehingga menimbulkan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan dan menurunkan
kekuatan serat pada kertas.[1]
·
langkah
prefentif
Ø Cara
pencegahannya dapat dilakukan dengan cara:
1. Matahari
: Koleksi dihindarkan dari sinar matahari langsung, dengan memasang filter
flexy glass atau polyester film.
2.
Listrik/Lampu: Koleksi
harus dihindarkan dari sinar ultra violet yang berasal dari lampu neon dengan
cara memberikan filter (UV fluorescent light) atau seng oksida dan titanium
oksida.
3.
Mencegah
kerusakan
bahan pustaka karena pemudaran
warna kertas. Cara mencegahnya ialah
dengan merendahkan temperatur ruangan antara 20-24 derajat dengan AC.
Menggunakan jendela bergorden yang dapat dikontrol atau jendela kaca yang
diberi filter.
4. Mencegah kerusakan
bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan (foxing). Pencegahannya
ialah menghindari masuknya debu atau menempel sebanyak mungkin dan memelihara
tingkat kelembaban ruang pada 45% RH sampai 60% RH dengan temperatur 20-24
derajat celcius.
· langkah kuratif
Ø cara
pencegahannya yaitu dengan melakukan penghijauan di sekitar perpustakaan agar
sinar mata hari tidak terpantur langsung pada perpustakaan tersebut,dengan
adaya penghijauan maka koleksi terhidar dari teriknya mata hari.
Ø memasang
gorden di perpustakaan tersebut,supaya koleksi-koleksi yang ada di perpustakan
aman dan terkendali dari teriknya matahari dan koleksi pun terjamin aman.
2.2
Suhu
dan kelembaban udara
Sebenarnya kekuatan kertas tidak begitu
terpengaruh oleh perubahan suhu yang tidak terlalu ekstrim seperti yang terjadi
di indonesia asalkan kondisi udara tidak terlalu basah atau terlalu kering. Suhu
udara di Indonesia berkisar antara 20-350 C. Perbedaan antara suhu
siang dan malam hari tidak terlalu besar.
Masalah selalu timbul karena negara
indonesia terletak di daerah tropis yang kelembaban udaranya relatif tinggi
pada musim hujan. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan
bertambah karena kertas bersifat higroskopis. Perubahan suhu pada saat kertas
mengandung banyak air inilah yang menyebabkan kekuatan kertas menjadi lemah.
Hubungan dan kelembababn udara ini
sangat erat sekali, sebab bila suhu udara berubah, maka kelembababan udarapun turut
berubah. Jika suhu udara naik kelembaban udara akan turun dan air yang ada
dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan menyusut. Pada saat
inilah kertas akan menjadi cekang karena serat selulosa sering tarik menarik
pada proses penyusutan ini. Sebaliknya jika suhu udara menurun, maka kelembaban
udara akan naik.
Pada saat ini kertas menyerap uap
air yang ada dalam udara, menyebabkan kandungan air dalam kertas bertambah
akibatnya volume kertas memuai dan serat selulosa menjadi melemah, serta sangat
disukai serangga dan ditumbuhu jamur. Efek lain dari pengaruh udara lembab
adalah kertas menjadi busuk, berbau apek dan memberi peluang kepada jamur untuk
tumbuh dan berkembang. Spora jamur dapat berkembang dalam berbagai tingkat jika
kelembababan udara diatas 70%. Pada musim hujan biasa kelembaban udara lebih
tinggi jika dibandingkan dengan musim panas, terutama dalam ruangan yang
ventilasinya kurang sempurna.
Udara lembab yang dibarengi dengan
suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas
terhidrolisa, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia
pada plimer selulosa. Kelembaban dan suhu udara yang ideal bagi perpustakaan
dan arsip adalah 45-60% RH dan 20-240 C.
·
langkah
prefentif
Ø Cara
pencegahannya dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengatur
suhu udara dalam ruangan menjadi 20-240 C.
2. Memasang
alat dehumidifier (untuk ruangan) atau silicagel (untuk lemari), untuk mengatur
kelembaban.[2]
·
langkah
kuratif
·
mengontol ruangan agar tidak terjadi kelembaban dan
menjarak kan dari sisi setiapa koleksi agar suhu udara bisa masuk ke
celah-celah koleksi supaya tidak mudah timbul kelembabannya .
·
memeriksaa genteng agar tidak terjadi kebocoran saat
hujan,dan oleksi pun terjamin aman.
2.3 Partikel debu yang
terdapat dalam udara
Partikel yang terdapat dalam udara
adalah debu, pasir halus, garam-garam, partikel yang berasal dari kenalpot
kendaraan bermotor dan mesin industri yang berbentuk jelaga yang berminyak,
partikel besi dan timah. Partikel-partikel ini menimbulkan masalah di
perpustakaan dan tempat-tempat penyimpanan arsip karena selain berbahaya bagi
manusia, juga akan menimbulkan noda permanen pada kertas.
·
langkag
prefenti
Ø Cara
pencegahannya dapat dilakukan dengan cara:
1. Dilakukan
penyedotan debu (vacum cleaner )
2. Dipasang
AC/ filter penyaring udara, disamping untuk kesehatan dan keselamatan bahan
pustaka juga untuk kenyamanan petugas atau pembaca di perpustakaan.
3. Dipasang
alat pembersih udara (air cleaner ).[3]
·
langkah
kuratif
Ø Cara
pencegahannya yaitu, agar koleksi aman dari partikel debu maka pengguna saat
memasuki keperpustakaan terlebih dahulu membuka sepatunya, agar partikel debu
tidak mudah masuk dalam ruangan koleksi perpustakaan.
Ø Agar
lebih maksiamal lagi perpustakaan di sapu setiap hari agar koleksi-koleksi yang
ada bisa terjamin lebih baik dari hambatan-hambatan debu yang masuk dalam
perpustakaan.
Ø Agar
terhindar dari partekel debu sebaiknya
jendela perpustakaan di tutup supaya debu yang ditiup angin tidak masuk
ke celah jendela perpustakaan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Cara
pencegahan cahaya dapat dilakukan dengan cara:
1. Matahari
: Koleksi dihindarkan dari sinar matahari langsung, dengan memasang filter
flexy glass atau polyester film.
2. Listrik/Lampu:
Koleksi harus dihindarkan dari sinar ultra violet yang berasal dari lampu neon
dengan cara memberikan filter (UV fluorescent light) atau seng oksida dan
titanium oksida.
3. Mencegah kerusakan
bahan pustaka karena pemudaran
warna kertas. Cara mencegahnya ialah
dengan merendahkan temperatur ruangan antara 20-24 derajat dengan AC.
Menggunakan jendela bergorden yang dapat dikontrol atau jendela kaca yang
diberi filter.
4. Mencegah kerusakan
bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan (foxing). Pencegahannya
ialah menghindari masuknya debu atau menempel sebanyak mungkin dan memelihara
tingkat kelembaban ruang pada 45% RH sampai 60% RH dengan temperatur 20-24
derajat celcius.
Cara
pencegahan suhu dan kelembaban udara dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengatur
suhu udara dalam ruangan menjadi 20-240 C.
2. Memasang
alat dehumidifier (untuk ruangan) atau silicagel (untuk lemari), untuk mengatur
kelembaban.
Cara
pencegahan partikel debu dapat dilakukan dengan cara:
1. Dilakukan
penyedotan debu (vacum cleaner )
2. Dipasang
AC/ filter penyaring udara, disamping untuk kesehatan dan keselamatan bahan
pustaka juga untuk kenyamanan petugas atau pembaca di perpustakaan.
3. Dipasang
alat pembersih udara (air cleaner).
DAFTAR PUSTAKA
Razak
Muhammadin,1992, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta: Diterbitkan dengan dukungan dana dari yayasan Ford oleh
Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.
http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37064-hardskill%20-FAKTORFAKTOR%20KERUSAKAN,%20DAN%20PELESTARIAN%20BAHAN%20PUSTAKA%20.html
[1] Muhammadin Razak , Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip,( Jakarta:
Diterbitkan dengan dukungan dana dari yayasan Ford oleh Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992). Hal: 15.
Post a Comment