BAB I
PERTANYAAN
1. Sukses
ditentukan banyak faktor antara lain:
· Kapasitas
intelegensi
· Kecerdasan
emosi
· Kepribadian
Jelaskan faktor-faktor
tersebut didalam menentukan kesuksesan seseorang!
2. Setiap
anak memiliki kecerdasan bawaan yang berbeda-beda sebagai orang tua hendaknya
dapat menstimulasinya dengan cara yang tepat. Namun saat ini, banyak orang tua
yang hanya bangga apabila anaknya mendapat nilai tinggi pada mata pelajaran eksakta
dan mengabaikan mata pelajaran lainnya. Coba anda jelaskan bagaimana implikasi
kondisi tersebut terhadap perkembangan anak dimasa akan datang.
3. Sebut
dan jelaskan:
· Kecerdasan
emosi
· Sikap
dan fungsi sikap
· Berikut
contohnya
4. Jelaskan
peran persepsi sebagai fantasi dalam
perilaku dan perkembangan diri manusia dan berikan contoh
implementasinya!
5. Sosialisasi
tentang makanan yang sehat dan bergizi akan diterima dan diimplementasikan oleh
si penerima apabila terbentuk sikap positif tentang hal tersebut. Jelaskan
bagaimana anda sebagai ahli gizi dapat membentuk sikap positif masyarakat agar
dapat menerapkan pola makan yang sehat dan bergizi.
6. Pada
kasus kebiasaan makan junk food pada anak faktor orang tua sebagai idola
akan sangat berperan. Coba jelaskan
fenomena ini dan berikan solusinya.
7. Sebutkan
dan jelaskan bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya dan berikan
contoh kasusnya!
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Faktor-faktornya:
A.
Kapasitas
Intelegensi
DEFINISI
Intelegensi
berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin
yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (Djaali, 2007:63). Pengertian
sederhana dalam masyarakat menyatakan bahwa Intelegensi adalah aktivitas
atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami
sesuatu. Intelegensi lebih sering dikenal dengan cerdas atau kecerdasan,
sehingga dalam masyarakat saat ini intelegensi merupakan sebuah kata yang digunakan
untuk memberikan penilaian atas kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu di
bidang khusus.
LANDASAN
TEORI
Banyak ahli yang telah mempelajari tentang intelegensi, dan setiap ahli
yang telah meneliti memberikan pendapat yang berbeda mengenai makna dari
intelegensi itu sendiri. Beberapa pendapat ahli tersebut ialah sebagai berikut
:
·
Edward L. Thorndike menyatakan bahwa intelligence
is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the
stand of truth or fact. (Intelegensi ditunjukkan dengan kemampuan
individu untuk memberikan respon yang tepat atas dasar kebenaran atau fakta
(Khodijah, 2011:99). Menurut pengertian yang diberikan oleh Thorndike bahwa
manusia atau individu dapat dikatakan sebagai individu yang cerdas atau memiliki
intelegensi yang baik jika individu tersebut mampu merespon sesuatu yang
terjadi berdasarkan kebenaran yang terlihat olehnya. Jadi jika individu tidak
dapat memberikan respon yang tepat, maka individu tersebut bukanlah orang yang
berintelegensi.
·
Freeman dalam Khodijah (2011:100) melihat intelegensi
sebagai ; a) capacity to integrate experiences and to meet a new situation
by mean of appropriate and adaptive responses (kapasitas untuk
memadukan pengalaman dan menghadapi situasi baru dengan pengertian yang tepat
dan respon yang adaptif); b) capacity to learn (kapasitas untuk
belajar); c) capacity to perform tasks regarded by psychologist as
intelectual (kapasitas untuk melakukan tugas-tugas psikologis secara
intelektual), dan d) capacity to carry on abstract thinking (kapasitas
untuk berfikir abstrak). Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Freeman maka
diketahui bahwa Freeman lebih menekankan pada analisa kapasitas seseorang dalam
melakukan segala kegiatan menggunakan intelegensi, hal tersebut dapat dilihat
dari kapasitas untuk belajar yang berarti jika individu telah memiliki
kapasitas ini maka individu tersebut dapat menjadi individu yang
berintelegensi.
·
J. P. Chaplin (dalam Khodijah, 2011) mendefinisikan
intelegensi sebagai : a) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara cepat dan efektif; b) kemampuan menggunakan konsep abstrak
secara efektif; c) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan
cepat.
·
Piaget (dalam Djaali, 2007) menyatakan bahwa intelegensi
adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pendapat Piaget tentang
intelegensi merupakan sebuah perkembangan yang terjadi pada inidividu pada
waktu tertentu, yakni pada usia progressive.
·
Garret (dalam Djaali, 2007) berpendapat bahwa
intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan yang diperlukan untuk
pemecahan masalah yang memerlukan pengertian, serta mengunakan simbol-simbol.
Pengertian yang diberikan oleh Garret mengacu pada kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah dengan cara yang baik, melalui sebuah pengertian dan
pemahaman sehingga manusia seperti ini dapat dikatakan sebagai manusia
berintelegensi.
·
Robert J. Sternberg (dalam Djaali, 2007) menyatakan
bahwaintelligence is capacity to learn from experience and the ability to
adapt to the surrounding environment (intelegensi ialah kecakapan atau
kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan). Penulis beranggapan bahwa Robert menitik beratkan pada kemampuan
seseorang untuk mengelola pengalaman yang dimiliki dengan kemampuan yang ada
sehingga dalam kehidupan bermasyarakat manusia ini dapat beradaptasi dengan
cepat dan baik, dan manusia seperti ini menurut Robert merupakan manusia yang
memiliki intelegensi.
Berdasarkan definisi-definisi yang
telah dikemukakan oleh peneliti atau para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
intelegensi merupakan sebuah kecerdasan atau kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk tetap bertahan hidup, dengan cara belajar memecahkan masalah
yang terjadi, serta memiliki kemampuan berfikir abstrak sehingga memungkinkan
untuk hidup berdampingan dengan masyarakat yang akhirnya adaptasi yang baik
akan tercipta.
Beberapa teori yang membahas tentang intelegensi yang disampaikan oleh
Djaali (2007:45) antara lain:
1)
Teori Faktor
Tokoh dari teori faktor ialah Charles Spearman. Teori
faktor berusaha mendeskripsikan struktur intelegensi yang terdiri atas dua
faktor utama, yakni faktor “g” (general) yang mencakup semua
kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam beragam strata
tertentu, dan faktor “s” (specific) yang mencakup berbagai faktor
khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Kedua faktor ini tak jarang menjadi
tumpang tindih, dan bahkan berbeda. Faktor “g” lebih dominan memiliki segi
genetis dan faktor “s” lebih banyak diperoleh melalui latihan dan pendidikan
(Djaali, 2007:72; Khodijah, 2011:106).
2)
Teori Struktural Intelegensi
Tokoh dari teori struktural intelegensi ialah
Guilford. Menurut Guilford struktur kemampuan intelektual terdiri atas 150
kemampuan dan memiliki tiga parameter, yaitu operasi, produk, dan konten.
Paramater operasi terdiri atas evaluasi, produksi, konvergen, produksi,
divergen, memori, dan kognisi. Parameter produk terdiri atas unit, kelas,
relasi, sistem, transformasi, dan implikasi. Parameter konten terdiri atas
figurasi, simbolis, semantik dan prilaku (Djaali, 2007:72; Khodijah, 2011:107).
3)
Teori Multiple
Intelegence
Tokoh dari teori ini ialah Gardner. Intelegensi
manusia memiliki 10 (sepuluh) dimensi yang semiotonom yaitu linguistik, musik,
matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal,
intrapersonal, naturalis, spiritual dan eksistensial. Setiap dimensi tersebut
merupakan kompetensi yang eksistensinya berdiri sendiri dalam sistem neuron,
artinya memiliki organisasi neurologis yang berdiri sendiri dan bukan hanya
terbatas kepada yang bersifat kontekstual (Djaali, 2007:73; Khodijah,
2011:108).
4)
Teori Uni
Factor
Tokoh teori ini ialah Wilhelm Stern. Intelegensi
merupakan kapasitas atau kemampuan umum (Djaali, 2007:73). Oleh karena itu,
cara kerja intelegensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau dalam memecahkan masalah, bersifat
umum pula. Kapasitas umum timbul akibat pertumbuhan fisiologis ataupun akibat
belajar.
5)
Teori Multifaktor
Tokoh teori ini ialah E.L. Thorndike. Intelegensi
terditi atas bentuk hubungan neural antara stimulus dengan respons (Djaali,
2007:73). Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.
Manusia diperkirakan memiliki tiga belas miliar urat syaraf sehingga
memungkinkan adanya hubungan neural yang banyak sekali. Jadi, intelegensi
menurut teori ini adalah jumlah koneksi aktual dan potensial di dalam sistem.
6)
Teori Primary Mental Ability
Tokoh teori ini adalah Thurstone. Teori ini mencoba
menjelaskan tentang organisasi intelegensi yang abstrak, dengan membagi
intelegensi menjadi kemampuan primer yang terdiri atas kemampuan
numericall/matematis, verbal atau berbahasa, abstraksi, berupa visualisasi atau
berfikir, membuat keputusan, induktif maupun deduktif, mengenal atau mengamati
dan mengingat (Djaali, 2007:73).
7)
Teori Sampling
Tokoh teori ini ialah Godfrey H. Thomson. Menurut
teori ini intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan
berbagai bidang pengalaman dan sebagian terkuasai oleh pikiran manusia.
Masing-masing bidang hanya terkuasai sebagian saja, dan ini mencerminkan
kemampuan mental manusia. Intelegensi beroperasi dengan terbatas pada sampel
dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata.
8)
Entity Theory
Menurut teori ini, intelegensi atau kecerdasan adalah
kesatuan yang tetap dan tidak berubah-ubah.
9)
Incremental Theory
Menurut teori ini seseorang dapat meningkatkan
intelegensi/kecerdasannya melalui belajar.
CONTOH
KASUS
Ketika
semester 1, Andre tidak sering atau jarang membaca buku untuk materi esoknya. Khususnya
mata kuliah IGD (ilmu gizi dasar), karena bukunya sangat tebal. Jadi, Andre
hanya mendengarkan dari penjelasan dosen dan presentasi dari kelompok. Dan
hasil dari proses belajar yang tidak baik ini menjalar hampir ke seluruh mata kuliah dan Andre menjadi
terbiasa dengan cara belajar yang seperti itu. Ketika memasuki semester 2,
semuanya pun berubah. Semua mata kuliah menuntut mahasiswa termasuk Andre untuk
membaca buku sebelum masuk kuliah. khususnya mata kuliah GDDK (gizi dalam daur
kehidupan), yang meminta bukti bahwa kita telah membaca sebelumnya, yaitu
resume. Awalnya Andre sangat malas mengerjakannya. Tetapi, karena ini merupakan
kewajiban dan juga merupakan nilai tugas, maka Andre selalu mengerjakannya.
Sehingga, kebiasaan membaca buku sebelum masuk, menjalar untuk semua mata
kuliah lain.
PEMBAHASANNYA
Andre telah
merubah pola belajarnya karena kebiasaan yang menuntut dia untuk membaca buku
sebelum masuk kuliah. Pola ini terjadi karena kebiasaan Andre sehari-hari yang
harus membaca buku. Dan Andre menerapkan cara belajar yang baru (membaca lalu
membuat resume) ke mata kuliah yang lainnya. Pola hidup Andre pun berubah dari
malas menjadi rajin.
Nah teori
yang berhubungan dengan pembahasan ini adalah:
·
Teori Freeman dalam Khodijah (2011:100) melihat
intelegensi sebagai ; a) capacity to integrate experiences and to meet a new
situation by mean of appropriate and adaptive responses (kapasitas
untuk memadukan pengalaman dan menghadapi situasi baru dengan pengertian yang
tepat dan respon yang adaptif); b) capacity to learn (kapasitas
untuk belajar); c) capacity to perform tasks regarded by psychologist
as intelectual (kapasitas untuk melakukan tugas-tugas psikologis
secara intelektual), dan d) capacity to carry on abstract
thinking (kapasitas untuk berfikir abstrak). Berdasarkan definisi yang
diberikan oleh Freeman maka diketahui bahwa Freeman lebih menekankan pada
analisa kapasitas seseorang dalam melakukan segala kegiatan menggunakan
intelegensi, hal tersebut dapat dilihat dari kapasitas untuk belajar yang
berarti jika individu telah memiliki kapasitas ini maka individu tersebut dapat
menjadi individu yang berintelegensi.
·
J. P. Chaplin (dalam Khodijah, 2011) mendefinisikan
intelegensi sebagai : a) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara cepat dan efektif; b) kemampuan menggunakan konsep abstrak
secara efektif; c) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan
cepat.
B.
Kecerdasan Emosi
DEFINISI
Kata emosi
berasal dari kata: movere yang berarti “menggerakkan,
bergerak” ditambah awalan “e” untuk memberi
arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman
dalam bukunya Kecerdasan Emosional, semua emosi (2002:7) pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur (evolusi), dan
emosi juga sebagai perasaan dan fikiran-fikiran khas,
suatu keadaan biologis, dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi dapat dikelompokkan pada rasa amarah, kesedihan, takut,
kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.
Kecerdasan
Emosi atau Emotional Quotient (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya. Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan
Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan
orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan
tersebut.
Jadi orang
yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan,
tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain
melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang
itu kita rasakan juga.
LANDASAN
TEORI
·
Daniel Goleman (1999), adalah salah seorang yang
mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting
yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni
kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ).
·
Steiner (1997) menjelaskan
kecerdasan emosinal adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri
sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri
terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies,
Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan
emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tidakan.
·
Patton (1998) mengemukakan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif guna mencapai
tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan. Sementara
itu Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan
emosinal adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan
kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk
mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.
Dari beberapa pengertian
tersebut ada kecenderungan arti bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali
perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.
CONTOH KASUS
Ada seorang wanita yang sedang mengalami emosi besar
karena dicemooh oleh temannya sendiri, tapi dia tidak bisa mengungkapkan
kekesalannya terhadap temannya itu. Sedangkan dia sakit hati mendengar
cemoohannya, tapi dia pendam sampai menimbulkan dendam. Emosi yang dia pendam
mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri dan temannya.
PEMBAHASANNYA
Dari contoh kasus tersebut, tingkat kecerdasan emosi wanita tersebut yang sangat rendah. Seharusnya dia membicarakannya secara baik-baik agar semua masalahnya selesai dan tidak menimbulkan kerugian baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Contoh kasus di atas berhubungan dengan teori Steiner (1997) menjelaskan kecerdasan emosinal adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi dan teori Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosinal adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.
Dari contoh kasus tersebut, tingkat kecerdasan emosi wanita tersebut yang sangat rendah. Seharusnya dia membicarakannya secara baik-baik agar semua masalahnya selesai dan tidak menimbulkan kerugian baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Contoh kasus di atas berhubungan dengan teori Steiner (1997) menjelaskan kecerdasan emosinal adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi dan teori Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosinal adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.
C.
Kepribadian
DEFINISI
Kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang
individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai
individu yang khusus, yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai
beberapa ciri watak yang diperlihatkan sejak lahir, konsisten dan konsekuen
dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki
identitas khusus yang berada dari individu-individu (Koetjaraningrat, 1985:102)
Berdasarkan
psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai
suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu
struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat
berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur
tumbuh dan mengalami perubahan.
LANDASAN TEORI
1)
Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku
dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian instruksi.
2)
Menurut M.A.W Bouwer kepribadian adalah corak tingkah
laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan
sikap-sikap seseorang.
3)
Menurut Cuber kepribadian adalah gabungan keseluruhan
dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
4)
Menurut Theodore R. Newcombe kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
5)
Menurut Horton kepribadian adalah keseluruhan sikap,
perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan
tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada
situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau
pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
6)
Menurut Schever dan Lamm kepribadian sebagai
keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan perilaku seseorang. Pola
berarti sesuatu yang sudah menjadi standarr baku, sehingga kalau dikatakan pola
sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam
menghadapi situasi yang dihadapi.
7)
Menurut Roucek dan Warren kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku
seseorang.
CONTOH KASUS
Terdapat
dua orang yang rajin dan tekun, namun keduanya menunjukkan sikap yang berbeda
walaupun memiliki kepribadian yang sama atau serupa. Orang pertama sebut saja
Ami merupakan anak yang rajin dalam mempelajari pelajaran baru yang ia terima
sehingga ia selalu berusaha mencari tahu lebih dalam mengenai apa yang ia
pelajari saat itu, sehingga ia mempelajari pelajaran tersebut dalam satu waktu
dan merangkumnya dalam buku agar saat dibutuhkan dapat kembali dibaca.
Berbeda
dengan orang kedua, sebut saja Della merupakan anak rajin, namun ia memiliki
cara yang berbeda dengan Ami dalam mempelajari pelajaran baru. Della terbiasa
mempelajari setiap pelajaran secara rutin dengan setiap jadwal yang telah ia
tentukan. Misalnya, ia akan rutin mempelari pelajaran matematika secara continue setiap hari rabu dan
kamis, lalu pelajaran ipa setiap senin, pelajaran ips setiap selasa, dan
seterusnya. Della terbiasa belajar setiap waktu subuh karena menurutnya itu
waktu yang tepat untuk menghapal pelajaran karena otak masih fresh sehingga saat ada ujian
ia tidak perlu menghapal pelajaran terlalu keras.
PEMBAHASANNYA
Dari
kedua orang tersebut dapat dilihat dua orang yang sama-sama rajin namun memiiki
cara yang berbeda dalam mempelajari pelajaran di sekolahnya. Dari contoh tersebut tori yang berkaitan dengan Kepribadian yang
dikembangkan oleh Gordon Allport mengenai teori keunikan sifat individu adalah
perbedaan respons yang ditunjukkan satu orang dengan yang lainnya dalam
menanggapi hal yang sama dan sifat yang sama. Dan juga menurut teori Theodore R.
Newcombe yaitu organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar
belakang terhadap perilaku.
2. Jawab:
Terutama
kondisi tersebut tentu akan mempengaruhi perkembangannya di masa yang akan
datang. Namun dari perkembangan yang dialami sejak kecil akan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola tertentu yang tetap.
Jadi, anak yang hanya suka matapelajaran eksakta saja akan berpengaruh hingga
di masa yang akan datang, hingga terbentuklah kepribadian anak tersebut yang hanya
suka pada mata pelajaran eksakta saja dan tidak suka pada matapelajaran yang
lain. Semua itu di pengaruhi oleh faktor sosial, terutama lingkungan
keluarganya. Penjelasan ini termasuk ke dalam teori kepribadian yang
dikemukakan oleh Schever dan Lamm kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap,
kebutuhan, ciri-ciri kas dan perilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang
sudah menjadi standar baku, sehingga kalau dikatakan pola sikap, maka sikap itu
sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapi situasi yang
dihadapi.
3. Berikut penjelasannya:
A.
Kecerdasan Emosi
DEFINISI
Kecerdasan
Emosi atau Emotional Quotient (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya. Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan
Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan
orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan
tersebut.
LANDASAN TEORI
·
Daniel Goleman (1999), adalah salah seorang yang
mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor
penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni
kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ).
·
Steiner (1997) menjelaskan
kecerdasan emosinal adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri
sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri
terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies,
Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan
emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tidakan.
·
Patton (1998) mengemukakan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif guna mencapai
tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan.
Sementara itu Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosinal adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi
dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk
mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.
CONTOHNYA
Terkadang jika kita sedang marah biasanya ingin melempar suatu barang
misalnya buku, tetapi jika orang yang memiliki kecerdasan dalam emosi biasa nya
selalu berfikir dahulu, untuk apa kita melepar barang, dampaknya kedepan akan
seperti apa, dan apa manfaatnya, sehingga orang yang memiliki kecerdasan emosi
bisa mengendalikan emosi nya.
B.
Sikap dan Fungsi Sikap
DEFINISI
Secara umum, pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal
aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan
evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni
bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada
kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi
warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan.
Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, dapat
diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh individu yang
bersangkutan.
LANDASAN
TEORI
·
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000)
mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau
secara negatif (untavorably) terhadap obyek-obyek tertentu.
·
D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam
Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap
dari proses motivasional , emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek
dunia individu.
·
La Pierre (dalam Azwar, 2003)
mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan
·
Soetarno (1994), sikap adalah pandangan
atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek
tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap
tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan,
lembaga, norma dan lain-lain.
·
Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan
sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang
lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak
sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.
·
G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun,
1999 :218) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak.
·
Tri Rusmi Widayatun memberikan
pengertian sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
FUNGSI SIKAP
Katz
(Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu adalah
fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan
fungsi pengetahuan.
a)
Fungsi penyesuaian diri
berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk
mencapai tujuan secara maksimal. Sebagai contoh, seseorang cenderung menyukai
partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara
Inggris dan Australia, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh
yang kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau member
tunjangan lebih besar.
b)
Fungsi pertahanan diri
mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan
untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai contoh fungsi ini adalah
perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi ciri-ciri yang tidak diakui oleh
diri seorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia seakan-akan tidak
akan memiliki ciri-ciri itu.
c)
Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap
membantu ekspresi positive nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra
dirinya, dan aktualisasi diri. Contoh Si Fithra mungkin memiliki citra diri
sebagai seorang “Konsevative” yang hal itu akan mempengaruhi sikapnya tentang
demikrasi atau sikapnya tentang perubahan social.
d)
Fungsi pengetahuan berarti
bahwa sikap membantu seseoarang menetapkan standar evaluasi terhadap sesuatu
hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka
acu pribadi seseoarang dalam menghadapi objek atau peristiwa disekelilingnya.
Contoh fungsi pengetahuan sikap misalnya adalah pemilik sepeda motor akan
mengubah sikap positif terhadap sepeda motor seiring dengan peningkatan status
sosialnya. Ia sekarang emutuskan untuk membeli mobil karena ia yakin bahwa
mobil lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru, yaitu sebagai manager
tingkat menengah sebuah perusahaan level menengah.
CONTOHNYA
Dalam sebuah
keluarga ada tiga orang anak. Anak pertama (perempuan) bersifat tomboy, sukanya
lepas dan ingin melakukan apapun, tempat tidurnya pun berantakan dan jarang
dibereskan. Anak kedua (laki-laki) memiliki sifat yang penyayang terhadap
keluarga. Anak ketiga (perempuan) memiliki sifat yang super-super rajin, kalau
meliaht sapu pasti langsung menyapu. Jadi, ketiga sikap anak tersebut
berbeda-beda meskipun mereka saudara kandung.
4. Berikut penjelasannya:
Persepsi
merupakan suatu proses masuknya suatu pesan atau informasi ke dalam otak
manusia, yang tanpa kita sadari berlangsung pada diri kita sewaktu kita
mengamati sesuatu yang kita temui.
Fantasi
adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak
benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja (imajinasi).
Contohnya:
Sebuah
gambar yang bentuknya dua wajah manusia dan telinganya seperti orang duduk,
rambutnya seperti kain dan lain sebagainya.
Jadi, peran
persepsi ini bahwa setiap gambar yang dilihat oleh orang pasti akan berbeda
pendapatnya, pada saat orang melihat gambar tersebut mereka akan berkhayal
bagaimana bentuk gambar itu.
5. Berikut penjelasannya:
Dalam
membentuk sikap positif pada masyarakat untuk menerapkan pola makan yang sehat
dan bergizi, dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada masyarakat. Dengan menerapkan
5 tahap proses menerapkan perilaku:
ü Awarenes
(mengetahui/kesadaran), orang akan berubah apabila sudah mengetahui. Tidak
mungkin seseorang mengikuti pola baru kalau belum tahu.
ü Interest
(tertarik), orang akan berubah apabila itu tertarik / sesuatu yang membuat
tertarik. Agar masyarakat tertarik dengan apa yang kita sampaikan kita harus
merayu/mengajak.
ü Evaluation
(menilai), setelah kita membuat masyarakat tertarik maka masyarakat akan
memberikan penilaian-penilaian positif kepada topik yang kita sampaikan.
ü Trial
(mencoba), masyarakat akan berani mencoba karena mereka sudah tahu.
ü Adoption
(menerapkan/menerima), maka dengan menerapkan apa yang sudah disampaikan akan
terbentuk perilaku hidup yang baru dan
dapat membentuk sikap positif tentang pola makan yang sehat dan bergizi.
6. Berikut penjelasannya:
Fenomena ini
memang sudah sangat tidak asing lagi di telinga masyarakat, karena pengaruh
faktor lingkaungan disekitar anak dapat berpengaruh besar terhadap mereka.
Fenomena ini mungkin terjadi karena orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya
sehingga tidak dapat memperhatikan anaknya dan tidak sempat menyiapkan makanan
sehat dan bergizi dirumah, dan juga karena banyaknya restoran yang menyediakan
makanan cepat saji, jadi para orang tua pun tinggal memesannya. Kalau sejak
kecil sudah terbiasa makan makanan cepat saji maka ketika dewasa si anak akan
menerapkan sikap yang di ajarkan orang tuanya.
Solusinya
dengan menerapkan sikap positif kepada anak sejak kecil tentang pola makan yang
sehat dan bergizi. Dan juga beri perhatian penuh kepada anak dengan
menyempatkan membuat makanan yang sehat di rumah.
7. Interaksi Sosial
DEFINISI
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat
berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan
individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
menggunakannya.
LANDASAN
TEORI
Teori
Perbandingan sosial
Teori ini di
kemukakan oleh Festinger (1950, 1954). Pada dasarnya teori ini berpendapat
bahwa proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi
sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self
evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri
dengan orang lain.
Teori
Inferensi Korespodensi
Teori ini
dikembangkan oleh Jones & davis (1965). Teori ini pada dasarnya mencoba
untuk menerangkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang pengamat (perceiver)
dari pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain. Dengan perkataan
lain pengamat mengadakan peramalan (inferences) terhadap niat (intention) orang
lain dari perilaku orang lain tersebut.
Tesis utama
dari teori ini adalah sebagai berikut : perkiraan tentang intensi dari suatu
perbuatan tertentu bisa ditarik dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
lain yang dapat dilakukan oleh si pelaku.
Teori
Atribusi Eksternal.
Teori
atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah
itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan
sebagainya. Atau karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan
tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat
dapat mengambil kesimpulan atas prilaku yang sedang di tampilkan orang lain.
Ini berarti setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuan semu yang
berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu.
Teori
Penilaian Sosial.
Teori
penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita membuat
penilaian tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego
dalam pendapat tersebut.
Teori ini
dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961) mencoba menggabungkan sudut
pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi. Mereka mengatakan bahwa dalil
yang mendasar dari teori ini adalah orang yang membentuk situasi yang penting
buat dirinya. Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan
motif) maupun ekstern (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan
factor intern dan ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan dari setiap
perilaku. Pasokan-pasokan inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan
dicari sejauh mana pengaruhnya terhadap
penilaian social dilakukan oleh individu.
BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Interaksi
sosial mempunyai dua bentuk yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk
penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses
disosiatif).
1)
Bentuk
penyatuan (proses asosiatif)
Interaksi
sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama.
Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut.
a)
Kerja sama (Cooperation)
Kerja
sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b)
Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi
adalah sutu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan.
c)
Akulturasi
Akulturasi
adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian
rupa sehingga unsu-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
d)
Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi
adalah usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau
kelompok serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya
tujuan bersama. Contoh asimilasi antar dua kelompok masyarakat adalah upaya
untuk membaurkan etnis Tionghoa dengan
masyarakat pribumi.
2)
Bentuk
pemisahan (proses disosiatif)
Interaksi
sosial disosiatif merupakan bentuk inetraksi sosial yang menghasilkan sebuah
perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain
sebagai berikut:
a)
Persaingan (Competition)
Persaingan
adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau bersaing
antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakn ancaman atau kekerasan
untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih
kuat. Contoh persaingan adalah saat siswa bersaing untuk mendapatkan peringkat
pertama atau pada saat berlangsungnya suatu pertandingan.
b)
Kontravensi (contraventio)
Kontravensi
adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan konflik.
c)
Konflik
Konflik
yaitu suatu bentuk perjuangan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
CONTOH KASUS
Pada sebuah
desa diadakan gotong royong, semua warga keluar untuk membantu membersihkan
desa. Namun, pak Ahmad tidak keluar untuk membantu. Padahal sudah diumumkan
bahwa akan ada gotong royong.
Jadi, pak
Ahmad tidak ada interaksi sosial dengan warga yang lain.
Post a Comment