Selamat datang Iskandar Menulis.Com

Featured post

Membangun Hubungan Interpersonal Antara Pustakawan Dan Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep perpustakaan sebagai sebuah kesatuan organisasi yang terstuktur dalam tujuanya m...

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Paologis Dengan Perdarahan Pospartum Primer Karena Sisa Plasenta

Thursday, 4 December 20140 comments



Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Paologis Dengan Perdarahan Pospartum Primer Karena Sisa Plasenta

BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas  dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008). 

Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit

B.                 Tujuan Umum
1.      Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan  perdarahan post partum karena tersisanya plasenta
C.                Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami penerapan asuhan kebidanan yaang meliputi :
a.        Pengumpulan data dasar secara subyektif dan obyektif pada kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum karena sisa plasenta
b.      Intrerpretasi data klien untuk kasus ibu nifas dengan post partum.
c.       Penetapan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari ibu nifas dengan perdarahan post partum.
d.      Penetapan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, merujuk kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum.
e.        Penetapan rencana asuhan kebidanan untuk kasus ibu nifas dengan post partum.
f.       Pelaksanaan tindakan untuk kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum.
g.      Evaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.

BAB II
PEMBAHASAN

A.                Perdarahan pervagina
            Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum atau post partum hemorargi atau hemorargi post partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Pendarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri dan laserasi jalan lahir .
Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu ; ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan ( perdarahan postpartum, plasenta previa, solution plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptura uteri ) disebabkan oleh perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia mengurangkan daya tahan tubuh. Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2.   Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

B.                 Epidemiologi
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1
            Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak

C.          Etiologi dan  faktor  perdisposisi
                  Penyebab pendarahan pasca salin ada beberapa sebab antara lain:
      Atonia uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
      Robekan (laserasi, luka)  jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jaln lahir bisa di sebabkan oleh robekan
      Spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi ditempat:Robekan serviks, perlukaan vagina, perlukaan perineum.
      Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya)
      Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
      Gangguan pembekuan darah (koagulopati)

D.                DIAGNOSIS PERDARAHAN PASCAPERSALINAN
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun. Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi; sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan baik. Dalam hal uterus berkontaraksi dengan baik, perlu diperiksa lebih lanjut tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan lahir. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan pascapersalinan dapat dicegah. Tetapi kematian tidak data terlalu dihindarkan, terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam persalinan.
Diagnosis perdarahan pascapersalinan dilakukan dengan :
1.      Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2.      Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
3.      Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:


- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test), dll
Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam




1.                  Retensio plasenta
Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta:
1.      Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring.
2.      Kelainan dari placenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus.
3.      Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

Penyebab retensio plasenta :
    1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
      1. Plasenta adhesive : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
      2. Plasenta inkerta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
      3. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
      4. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembuus serosa atau peritoneum dinding rahim.
    2. Plasenta sudah lepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim ( akibat kesalahan penanganan kala III ) yang akan menghalangi plasenta keluar ( plasenta inkarserata)
Diagnosis retensio plasenta
      1. Tanya dan dengar :
        1. Kapan melahirkan ?
        2. Kapan mulai mengalami perdarahan?
        3. Berapa banyak perdarahan?
        4. Apakah plasenta sudah dilahirkan?
        5. Apakah ibu sudah diberi obat?
      2. Lihat dan Raba (Lihat tanda-tanda syok)
        1. Tekanan darah turun
        2. Kulit dingin dan lembab
        3. Denyut nadi lemah dan cepat
    Segera setelah terlihat perdarahan:
1.      Raba uterus untuk memastikan uterus keras dan berkontraksi
2.      Lihat jalan lahir, apakah servik dan vagina robek?
3.      Lihat plasenta (bila sudah lahir) secara teliti untuk memastikan bahwa tidak ada bagian yang tertinggal
Penanganan Retensio Plasenta dengan plasenta manual
1.      Sebaiknya pelepasan plasenta manual dilakukan dalam narkosis, karena relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya tertutama bila retensi telah lama, sebaiknya juga dipasang infus NaCl 0,9% sebelu tindakkan dilakukan. Setelah disinfektan tangan dan vulva termasuk daerah seputarnynya, labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.
2.      Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis. Tangan kanan dengan posisi obstetrik menuju ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi salah jalan.
3.      Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut dipindahkan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat. Kemudian dengan sisi tangan kanan sebelah kelingking ( ulner ), plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.
4.      Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta secara manual adalah adanya lingkaran kontriksi yang hanya dapat dilalui dengan dilatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam nakrosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan daripada lokasi di dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal ini tindakan dihentikan.
    
    Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera lakukan kompresi bimanual uterus dan dapat disuntikkan Ergometrin 0.2 mg IM atau IV sampai kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, resiko atonia uteri tinggi, oleh karena itu harus dilakukan tindakan pencegahan perdarahan postpartum.
E.        Penanganan umum
a. Hentikan perdarahan
b. Cegah atau atasi syok
c. Ganti darah yang hilang :diberi infus cairan ( larutan garam fisiologis, plasma ekspander, Dextran – L), tranfusi darah kalau perlu oksigen.

BAB III
PENGKAJIAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGIS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER KARENA SISA PLASENTA TERHADAP Ny. X DI RSU A.YANI METRO TAHUN 2014

Tanggal           :13 November 2014                            Pukul               : 15.00 WIB


Anak lahir tanggal                   : 12 November 2006 Pkl. 20.00 WIB
Jenis kelamin                           : Laki-laki
BB/PB                                     : 3100gram/50cm
Jenis persalinan                       : Spontan
Penyulit saat melahirkan         : tidak ada
Plasenta                                   : lahir spontan Pkl.20.15 WIB Berat plasenta 500 gram
 Keadaan plasenta tidak lengkap


A.  IDENTITAS

 Nama Ibu       : Ny. Hanifa                                        Nama Suami    : Tn. Hasan
Umur               : 28 tahun                                            Umur               : 30 tahun
Agama             : Islam                                                             Agama             : Islam
Pekerjaan         : IRT                                                    Pekerjaan         : Wiraswasta
 Suku               : Jawa                                                  Suku                : Jawa


DATA SUBJEKTIF

Keluhan Utama Ibu mengatakan mengeluarkan darah segar pervaginam yang banyak sampai berkali-kali ganti doek setelah 1 hari post partum

DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum                       : Lemah
Kesadaran                               : Composmentis
2.      2. Tanda-tanda vital
a.       Tekanan darah             : 90/70 mmHg
b.      Pernafasan                   : 20x/menit
c.       Nadi                            : 80x/menit
d.      temperatur                   : 37,5oC
e.       abdomen                     : TFU 1 jari diatas pusat
f.       Kontraksi                    : Lemah
g.      Konjungtiva                : pucat
h.      Lochea                                    : Rubra

Jumlah perdarahan :
Kala I                          : 50cc blood slym
Kala II                         : 150cc
Kala III                       : 150cc
Kala IV                       : 2500cc

Lama persalinan :
Kala I                          : 11 jam
Kala II                         : 30 menit
Kala III                       : 20 menit
Kala IV                       : 2 jam



3. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan. Kebiasaan keluarga berobat ke Psukesmas daan tenaga kesehatan.

4. Keadaan Psikososial
Ibu mengatakan senang dan bahagia dengan kelahiran bayi pertamanya, begitupula dengan suami dan keluarganya.

5. Pola Kehidupan Sehari-hari
a. Nutrisi
Sesudah melahirkan : Makan 2 kali sehari porsi sedikit, minum 4-6 gelas perhari.

b. Eliminasi
BAB:
Sesudah Ibu mengatakan sesudah melahirkan ia baru  bab 1 kali sehari
BAK:
Sesudah Ibu mengatakan setelah melahirkan ia hanya BAK 4 kali sehari.
6. Istirahat tidur
Sesudah Ibu mengatakan sesudah melahirkan ia agak susah tidur, hanya 6 jam sehari.

7.  Personal hygiene
Sesudah Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari dan membersihkan perineum.

8. Aktifitas
Sesudah Sesudah melahirkan ibu hanya bisa berjalan pelan-pelandan dibantu.

9.                  Pemeriksaan penunjang
i.        Hb                               : 9,5gr%.

ANAMNESSA

Ny. H umur 28 tahun, P1A0, post partum 1 hari dengan perdarahan primer ( sisa plasenta )


PLAYNING

1.      Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan

 2. Jelaskan kondisi ibu saat ini
 a. Jelaskan bahwa ibu sedang mengalami perdarahan setelah bersalin.
 b. Berikan dukungan emosional agar ibu dan keluarga tidak cemas.

3. Kolaborasi dengan dokter untuk :
 a. Pemberian infus dan transfusi
 b. Terapi obat-obatan
 c. Melakukan tindakan eksplorasi untuk mengeluarkan plasenta

4. Anjurkan ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya
 a. Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi
 b. Jelaskan pada ibu pentingnya nutrisi bagi ibu yang baru melahirkan.

5. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
 a. Jelaskan pada ibu pentingnya personal hygiene
 b. Anjurkan ibu teknik vulva hygiene.

6. Menjelaskan pada ibu pentingnya nutrisi makanan sehat terutama sayu-sayuran yang berwarna hijau, protein (daging dan ikan), untuk pemulihan kondisi ibu dan bayi dengan produksi ASI yang dihasilkan maka nurisi bayi akan terpenuhi
7. Ajarkan ibu bagaimana cara atau teknik menyusui yang baik dan benar
8. Mengajarkan ibu post natal breastcare dengan massase pada payduara dan kompres panas dingin pada daerah payudara, diharapkan ASI akan keluar dengan lancer jika ASI nya tidak mau keluar
9. Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi ibu menyusui bahwa ibu menyusui lebih banyak memerlukan nutrisi dan gizi dibandingkan pada saat hamil karena untuk kebutuhan ibu sendiri (proses involusi) dan juga untuk memenuhi kebutuhan bayi yang hanya bergantung pada ASI ibu.
10. Anjurkan ibu unuk tetap menjaga luka laserasi agar tidak lembab
11. Ganti pakaian dalam dan bra ketika lembab
12. Anjurkan  kunjungan ulang berikutnya jika ada keluhan pada ibu
BAB IV
PENUTUP
A.                Kesimpulan

Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Patologis pada Ny. “H” dengan perdarahan post partum primer didapatkan kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan pengumpulan data yang meliputi data subjektif dan objektif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa bahwa Ny. “H” dalam kondisi lemah akibat perdarahan yang terjadi. Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada, sedangkan penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan, yang menunjukkan bahwa Ny. “H” mengalami kemajuan yaitu; mengetahui tentang keadaannya dan terapi / tindakan yang diperlukan.
Dalam masa nifas, pengetahuan, perawatan dan dukungan suami dan keluarga sangatlah penting karena dapat mempengaruhi proses pemulihan. Dengan demikian seorang Bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan tepat sesuai dengan Standart Profesi Kebidanan sehingga ibu dapat beradaptasi terhadap keadaanya dengan baik
B.                 Saran
ü  Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan yang baik dan benar.
ü  Bagi latihan praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas, dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam mencegah kematian pada ibu.
ü  Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak dan menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.



DAFTAR PUSTAKA
              Boule mauren,2007. Buku saku bidan. Jakarta : EGC

              Prawirohardjo,sarwono.2009.ilmu kebidanan.jakarta: PT.bina pustaka sarwono prawirohardjo

              Varney helen. 2007. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC

              Wiknjosastro,hanifa .2007. ilmu bedah kebidanan.jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Share this article :

Post a Comment

 
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger